Featured post

Monday, 29 June 2020

Jadi Ibu Rumah Tangga, Enak Ga ? - My Life After I Quit (Part-3)

Everything has changed
It all happened for a reason
Pasti familiar kan sama lirik lagu itu kan ?
Bukan, ini bukan tentang lagu Lathi yang buat kita bangga karena musik Indonesia bisa didengar di seluruh dunia.
Ini tentang suatu hari ketika gue ditanya oleh customer service sebuah bank.
"Pekerjaan Ibu apa ?"
Dan gue sempat terdiam beberapa detik, berpikir, apa pekerjaan gue sekarang?
Sebelum akhirnya memberikan sebuah jawaban pamungkas.
" Tulis saja, Ibu Rumah Tangga, Mbak..."


Masih belum terbiasa. Itu aja. Mungkin masih belum bisa mendefinisikan pekerjaan gue saat ini.
Dan buat gue, jawaban Ibu rumah tangga rasanya kurang cocok.
Bukan karena gue malu menjadi seorang ibu rumah tangga.
Tapi karena gue merasa pada saat gue masih kantoran  dengan status menikah dan punya anak,  gue sudah menjadi seorang ibu rumah tangga. 
Dan ibu rumah tangga itu bukan pekerjaan. Dia lebih dari sekedar predikat.
Dia seperti titel yang melekat setelah nama seseorang. Jadi bukan untuk ditulis di kolom pekerjaan pada sebuah formulir pengisian data.
Karena yang dituntut dari semua ibu rumah tangga adalah keikhlasan dalam melakukan tugasnya. Tidak ada imbalan uang, jam kerja ataupun jatah cuti dalam menjalankan kewajibannya.
 Tugasnya menyelaraskan kehidupan di sebuah rumah, dari mulai mengajarkan hal-hal baik kepada anak-anaknya, memastikan bahwa selalu ada makanan sehat yang terhidang di meja makan sampai memastikan selalu ada pakaian bersih untuk dikenakan anggota keluarga setiap harinya. 
Mungkin mirip helpdesk yang dituntut untuk bisa memberikan solusi dari setiap masalah yang muncul. Bisa dibilang jobdesk seorang ibu rumah tangga apabila dituliskan satu persatu akan menjadi lebih panjang dari jobdesk seorang customer service di sebuah Bank.
Lalu apa rewardnya? Tentu saja bukan uang. Senyuman, ucapan terima kasih dan pujian yang tulus dan spontan adalah reward tidak dapat dikonversi menjadi mata uang negara manapun.

Kembali ke masalah utama, jadi, jawaban apa yang paling tepat yang harus gue ucapkan ketika ada orang yang bertanya apa pekerjaan gue ? Tidak mungkin gue jawab penulis, hanya karena gue pernah menerbitkan sebuah buku. Bukan juga content creator hanya karena gue pernah membuat video di YouTube. 

Kegelisahan yang sama kembali muncul pada saat gue ditanya apa pekerjaan gue di sebuah bank yang berbeda. Untungnya seorang sahabat yang pada saat itu menemani menjawab spontan," Tulis saja wiraswasta, Mbak. Lo jualan tas online kan sekarang ?"
Hal yang selama ini gue anggap hanya mengisi waktu luang ternyata bisa dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Gue jadi tersadar kalau terkadang kita suka lupa bersyukur dan mengecilkan hal-hal yang menurut kita seakan-akan memang sepantasnya kita miliki atau terjadi. Padahal mungkin untuk orang lain hal yang kita anggap kecil itu bisa jadi merupakan sesuatu yang besar. 

Hal kecil yang selalu lupa kita lakukan adalah bersyukur.
Seperti seorang teman pernah bilang," Maybe there are people out there that want to be in your shoes." Dan kata-kata itu seperti pengingat buat gue untuk selalu bersyukur atas nikmat sekecil apapun. Meskipun yah...masih sering lupa :)
Namanya juga manusia....


Have a nice day, jangan lupa bersyukur hari ini

Cheers, Dhidie

No comments:

Post a Comment