Featured post

Saturday, 16 April 2022

What I've Learnt From My Journey

 Ramadhan tahun ini sudah masuk ke hari ke lima belas. Alhamdulillah, kok gak berasa banget yah. Kayanya pengen selamanya aja kaya gini. Karena kaya udah gak mikirin apa2 selain puasa aja dan karena tahu kebaikan apapun yang kita lakukan akan dibalas berkali-kali lipat jadinya kaya ya udah, bye bye dunia....

Masih dalam rangka throwback ke tahun 2016 ketika dalam satu tahun gue berkesempatan melakukan perjalanan ke tanah suci sebanyak dua kali. Kali ini gue mau mengingat kembali apa yang berubah dari sudut pandang gue terhadap dunia dan kalau gue dalam kesusahan.

1. Tidak terlalu fokus pada dunia

Ini yang paling benar, karena begitu tahu kita mau berangkat kita seperti sudah bersiap untuk meninggalkan apa yang bersifat duniawi, termasuk anak. Seakan-akan kita masuk ke dimensi lain dan hanya fokus agar ibadah kita berjalan dengan lancar dan diterima. Padahal sebelum berangkat seperti banyak kekhawatiran, gimana anak2, gimana pekerjaan, gimana rumah dan beratus kekhatiwatiran lainnya. Tapi begitu kita mengenakan busana Ihram dan berangkat menuju Mekah, semua kekhawatiran itu seperti lenyap dan seperti masalah2 duniawi itu cuma masalah kecil banget yang kaya gak berharga buat dipikirin.

2. Merasa lebih kuat dan lebih berani menghadapi dunia

Bukan sok kuat atau gimana, tapi mungkin beberapa kendala yang kita hadapi di waktu perjalanan ditambaha tentu saja banyak konflik yang harus kita hadapi menyebabkan mental kita lebih kuat aja tanpa kita sadari. Mulai masalah kurang tidur, capek, makanan yang mungkin tidak sesuai perubahan cuaca sampai dengan kecemasan karena takut ibadah kita tidak sesuai rukun dan menjadi sia-sia, tanpa kita sadari ternyata merubah mental gue menjadi lebih kuat. Kalau dulu kaya pas SMA sehabis ikut LDK nah rasanya lebih berkali-kali lipat. Kayanya gue gak takut untuk menghadapi manusia, termasuk menghadapi bos di kantor, yah selama kita benar dan bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan.  Peace ah! Gue juga gak takut memikirkan orang akan ngomong apa tentang gue, intinya Allah akan selalu tahu apa yang kita lakukan.

3. Lebih berserah diri kepada Allah di saat ada kesulitan yang menimpa

Ini sebenarnya termasuk bagian dari mental yang lebih tahan banting itu. Gue menjadi lebih pasrah menghadapi masalah demi masalah yang gue hadapi. Meskipun ada masa gue mempertanyakan kenapa sih ini harus terjadi, tapi gue lebih tenang dan akhirnya membiarkan semuanya terjadi, whatever will be, will be. 

4. Lebih bisa beradaptasi

Karena kita memang dipaksa untuk beradaptasi dengan cepat di lingkungan yang baru dan harus kita jalani selama tiga minggu ke depan, dan gue melihat semua jamaah di satu rombongan juga sama, kebanyakan baru pengalaman pertama naik haji, jadinya kita bisa melebur dengan cepat. Dan itu terbawa ke kehidupan setelah kembali. Gue tidak terlalu insecure lagi sama lingkungan baru. Kalau nyasar kan ada google map, dan bisa nanya juga sama orang. Kalau gak ada yang kita kenal, yah tinggal sok akrab aja sama orang di sebelah. Intinya gue gak terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan.

5. Tidak Takut Batal Wudhu

Nah, kenapa ini penting banget. Gue merasa lebih fleksibel aja kalau harus shalat dimana saja. Karena terbiasa kalau waktunya shalat yang harus ambil air wudhu dan shalat. Gimana aja caranya, bahkan kalau harus hanya beralasakan lantai sekalipun atau dalam posisi duduk di perjalanan. Jadi kalau dulu takut banget batal wudhu karena malas ambil air wudhu lagi. Kalau sekarang, dimana pun gue siap..

Karena mungkin sudah terlalu rindu pengen kembali lagi ke tanah suci. Makanya gue lagi berusaha mengingat-ingat semua kenangan di sana. 

Semoga bisa kembali lagi ke sana secepatnya yah....


Cheers, Dhidie

No comments:

Post a Comment