Featured post

Wednesday, 30 August 2017

My Magical Journey



Hampir satu tahun ketika pertama kali saya melakukan suatu kewajiban yang seharusnya sudah saya lakukan sejak lama. Sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan pilihan namun adalah keharusan. Kewajiban yang selama ini saya anggap seperti angin lalu. 

Beribu ajakan dari orang-orang terdekat, dari mulai sindiran sampai jelas-jelas seperti menyudutkan. Namun hanya saya tanggapi dengan senyuman, bahkan dengan enteng tertawa, " nanti saja." Seakan saya akan abadi di dunia.

Ada satu peristiwa ketika keponakan saya bertanya pada ibunya, " Ma, tante Didi itu agamanya apa? Kok tidak berjilbab?" Saya hanya tanggapi dengan tertawa. Saya bahkan pro dengan pendapat orang kebanyakan, yang penting hatinya dulu yang berhijab. Benar, saya ikut-ikutan. Kemudian ketika saya mendapat rezeki berangkat umrah sekeluarga. Hati ini mulai tidak tenang. Ada pesan-pesan mengiringi, " Nanti pulang jilbabnya jangan dilepas yah?" Lagi-lagi saya menanggapi dengan senyuman, " Nanti saja kalau pulang haji baru saya berhijab."

Padahal dalam hati masih ada keraguan, kalau saya sudah berhijab bagaimana saya ke kantor? Pakai baju apa kalau saya pergi ke Bali ? Apakah saya masih bisa yoga ? Berarti saya sudah tidak bisa pakai baju ini baju itu lagi. Subhanallah, saya benar-benar dibutakan. 

Sampai akhirnya di tahun yang sama, saya mendapatkan rezeki lagi, saya bisa berangkat haji. Hati saya mulai menciut mengingat janji saya, pulang dari sana harus sudah pasti berhijab. Mulai bimbang memandang lemari pakaian, berarti saya tidak bisa pakai ini itu lagi. Lalu nanti saya pakai apa? Baru sadar kalau koleksi pakaian saya jauh dari syariah.

Sampai sebelum berangkat, saya mendapat kesempatan menjemput anak ke sekolah. Dengan percaya diri saya masuk ke lingkungan sekolah berharap sang anak akan menyambut saya dengan gembira. Apa yang terjadi, anak saya memandang saya dengan muka marah hampir menangis. Waktu saya tanya kenapa, jawabannya adalah," Kok mami ke sekolah tidak pakai kerudung.." 
Dia malu, ibunya datang tanpa kerudung. Rasanya ingin menangis mendengarnya, hati ini mendadak hancur. Saya merasa bersalah. Saya mulai berpikir dan menetapkan hati, ternyata hidayah itu disampaikan melalui si bungsu. 

Ketika bersiap ke Airport dan mengenakan hijab saya, saya menetapkan hati kalau merupakan hari pertama saya memulai hidup baru, Insya Allah saya tidak akan melepaskannya lagi. Dan Alhamdulillah sudah setahun saya melaluinya. Ternyata saya salah selama ini, bukan hati kita dulu yang harus berhijab. Tapi justru dengan berhijab,  hati dan tingkah laku kita akan lebih terjaga.

Sebelum melakukan sesuatu, saya selalu berpikir dulu pantaskah saya melakukan itu. Sebelum berkata saya akan berpikir dulu khawatir yang saya katakan ini akan menyakiti orang lain. Ketakutan semu akan penerimaan di lingkungan kerja selama ini pun menjadi tidak beralasan. Alhamdulillah saya bekerja di lingkungan yang sangat mentoleransi perbedaan, bahkan dari waktu ke waktu saya seperti dimudahkan dan diberikan jalan dalam melakukan pekerjaan. Saya bahkan ditawari posisi baru yang tidak mengharuskan saya untuk bertemu customer setiap saat. 

Ketakutan menjadi tidak modis apabila sudah berhijab ternyata juga tidak beralasan,  ada yang bilang saya justru jauh lebih berwarna sekarang. Saya bahkan bisa memadu-padankan berbagai gaya dan berbagai warna.  Meskipun minggu-minggu pertama tetap terasa berat karena saya menghabiskan tiga puluh menit untuk memandang lemari saya dengan putus asa sebelum berangkat ke kantor, tapi Allah maha baik, saya dikelilingi oleh keluarga dan sahabat-sahabat yang baik yang menghadiahi saya dengan berbagai macam pashmina dan kerudung bahkan peniti dan jarum pentul sebagai penyemangat keputusan saya ini.  Jazakkallah khairan, pemberian itu tidak akan pernah saya lupakan. 

Saya akui cara berpakaian saya masih jauh dari sempurna, hijab saya belum menjuntai dan kaki saya masih terbuka. Tapi saya akan berusaha untuk menjadi lebih baik. Saya juga belum punya keberanian untuk mengajak teman-teman terdekat saya, karena saya masih malu apabila mengingat bagaimana saya dulu juga keras kepala. Ilmu agama saya pun masih sangat dangkal, tapi saya akan selalu berusaha untuk menyampaikan walau hanya satu ayat. 
Perkataan seseorang yang akan selalu saya ingat adalah apabila hidayah itu datang cepatlah ditangkap. Karena waktu adalah suatu kerugian bagi manusia.

Selamat Idul Adha 1438H

Cheers, Dhidie

No comments:

Post a Comment