Sudut Haji Lane |
Di malam sebelum pulang gue pergunakan untuk menikmati suasana di sekitar Bugis Street. Pokoknya ga boleh ada kata malaslah selama di sini. Penasaran banget gue sama yang namanya Jalan Haji Lane. Dan ternyata memang seru banget di sini. Jadi pas sore hari gue memutuskan untuk jalan-jalan sendiri ke mal-mal sekitar Bugis (dan gue tersesat dengan sukses, thanks to Google map). kemudian menjelang malam baru gue berkeliling Kampong Glam dan jalan Haji Lane yang terkenal itu.
Menurut gue sih wilayah ini agak kontradiksi. Apa sih maksudnya ? Gue juga bingung, Hahaha.... Maksudnya gue melihat bagaimana ternyata negara ini begitu menghormati perbedaan. Kalau ada yang bilang ini negara yang tidak memiliki kebudayaan karena dasarnya terbentuk dari imigran-imigran berbagai suku bangsa, gue malah melihat ini dari sisi yang berbeda. Justru mereka amat sangat menghormati perbedaan itu. Bagaimana ras China, India, Arab dan Melayu bisa begitu saling menghormatinya dan hidup bersama-sama dengan damai. Sungguh berbeda dengan kondisi negara ini yang menonjolkan keberagaman di bawah negara kesatuan namun sebenarnya rentan dan tetap lebih mementingkan kesejahteraan golongannya masing-masing.
Itu pendapat gue aja lho, sebagai seorang yang buta politik dan sudah lupa pelajaran sejarah, you may not agree with this.
Salah satu pengalaman gue yang menarik, sebagai seorang wanita berkerudung, adalah ketika gue masuk ke dalam sebuah toko sepatu di mal, sang penjaga counter dengan tergopoh-gopoh menghampiri gue dan bilang kalau gue tidak disarankan untuk belanja di tempat itu karena bahan dasar semua produk di situ mengandung kulit babi. Atau pada saat gue memesan sarapan di sebuah coffee shop yang terkenal, mereka langsung mengatakan kalau coffee shop itu menyediakan juga makanan yang tidak halal. Dan gue sangat mengapresiasi semua hal itu. Sebagai seorang muslim gue merasa aman dan dilindungi, tanpa perlu bertanya gue mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Sementara gue harus bertanya kepada salah satu restoran di PIM apakah mereka memiliki sertifikat halal atau tidak. Dan ini adalah sebuah negara dengan penduduk mayoritas muslim. I love you, Indonesia :)
Kembali ke Bugis. Daerah Bugis ini sungguh unik. Center of attention dari wilayah ini sebenarnya adalah Masjid Sultan yang terletak distrik Kampong Glam. Kalau gue baca wikipedia, mesjid ini sudah berdiri sejak tahun 1824 dan dinamakan berdasarkan Sultan Pertama di Singapore yaitu Sultan Hussein Shah. Satu hal yang menarik, bagaimana negara ini bisa menjadikan tempat ini sebagai sebuah lokasi wisata yang menarik yang sungguh berbeda dengan kondisi di pusat kota.
Salah satu gang yang menghubungkan Arab Street dan Haji Lane |
Deretan bangunan-bangunan yang berwarna-warni dan dipertahankan keaslian arsitekturnya menjadikan lokasi ini begitu cantik. Belum lagi mural di setiap sudut dinding dan suasana restoran di udara terbuka yang persis terletak di belakang mesjid Sultan. Jalan Haji Lane sendiri merupakan jalan kecil atau bisa dibilang sebuah gang yang dipenuhi dengan deretan toko milik desainer independen yang menjual barang-barang unik, mulai dari baju, tas dan sepatu maupun benda-benda unik lainnya yang tidak mungkin dijumpai di toko lain. Untungnya gue bisa menahan diri untuk tidak berbelanja, selain karena uang jajan sudah menipis juga karena gue sangat sadar kapasitas koper gue yang kecil mungil itu.
Selain toko-toko tersebut terdapat juga kafe-kafe kecil dengan interior yang menarik. Selepas senja, kawasan ini sudah tidak dapat dilalui oleh kendaraan lagi karena jalanan akan mulai dipenuhi oleh kursi dan meja sebagai tanda bahwa kehidupan malam di ruas jalan ini akan segera dimulai. Hal yang sama juga terlihat di sekitar Arab Street dan Bali Lane.
A perfect Spot |
Banyak Spot cantik kaya gini |
Cat Cafe |
Sudut Arab Street di malam hari |
Mesjidnya cantik banget kalau malam |
Siapa yang bisa menyangka ada sudut ini di Singapore ? |
I really enjoy my time here. Mungkin karena pada dasarnya gue menyukai sesuatu yang berbeda. Gue menghabiskan malam terakhir di Haji Lane dengan bercerita panjang lebar dengan teman gue sambil mendengarkan permainan musik akustik yang sangat cantik. Dan gue berpikir suatu hari nanti gue akan berangkat lagi ke kota ini sendiri untuk menghabiskan waktu dengan menulis di salah satu kafe sambil memperhatikan kesibukan Haji Lane ini.
Cheers,
Dhidie.
No comments:
Post a Comment