Ke Bali kalau ga ke Ubud tuh kaya ke Jakarta tapi ga ke Monas. Eh ga gitu banget yah ? Tapi yah menurut gue sih wajib, meskipun ga setiap ke Bali bakalan sempet ke Ubud. Tapi gue tetap merasa kalau visit Ubud is a must. Setelah hiruk pikuk dan hingar bingar suasana pantai, Ubud tuh seperti sesuatu yang menenangkan. Sepertinya waktu berjalan dengan lambat di sini. Efeknya kita jadi lebih menghargai detik per detik dari hidup kita. Makanya cocok banget kalau kota ini jadinya tempatnya para Yogi dan penulis. Karena kita menikmati setiap tarikan nafas dan hembusan dan nafas. Dan we're really living in present. Masuk ke kota ini, gue seperti langsung ngerasain damainya kota ini. Sudah banyak yang berubah dari Ubud sejak terakhir gue ke sini 3 tahun yang lalu. Ada lebih banyak hotel dan restoran tapi overall kota ini tetap menginspirasi.
Tujuan pertama adalah restoran bebek yang terkenal itu. Iya, gue tau udah banyak di Jakarta juga cabangnya. Tapi di sini tetap beda. Apalagi buat gue yang penganut "The Art of Doing Nothing". Gue bahkan menikmati lamanya makanan yang dipesan datang. Di sini gue bisa menikmati hembusan angin dan teriknya sinar matahari tanpa menggerutu seperti yang sering gue lakukan di Jakarta. Seakan waktu terhenti dan membuat kita bersyukur kalau kita masih bernafas.
Tempat kedua adalah Seniman Coffee. Katanya sih tempat berkumpulnya seniman. Gue penulis, bukan seniman. But I enjoy the place. Padahal kita cuma ngopi di pinggir jalan gitu. tapi kok rasanya berbeda di Ubud. Bahkan anjing yang sedang duduk santai bisa menarik perhatian gue.
Satu hal yang pasti. Gue harus balik lagi ke sini. Entah tahun ini atau mungkin tahun depan. We'll see.
Cheers,
Dhidie
beautiful sight |
terlalu cantik untuk diminum |
Add caption |
This is Life |
I could do this forever |
No comments:
Post a Comment