Featured post

Thursday, 13 August 2020

Brad's Status - Rumput Tetangga (Tidak) Selalu Lebih Hijau

 Ga sengaja nemu film Ben Stiller ini, sebenarnya film lama tahun 2017 yang ketika gue mulai nonton kok kaya mecnceritakan seperti apa yang gue rasakan saat ini. Kalau kata anak sekarang, ini 'relate' banget sama gue. Film yang bercerita tentang seorang Ayah yang sebentar lagi akan melepas anak laki-lakinya ke bangku kuliah. Kebetulan tahun ini juga anak pertama gue akan menjadi mahasiswa. Jadi, seberapa 'relate' sebenarnya film ini?


Film ini menceritakan tentang seorang pria berusia 46 tahun (yah...umur gue udah mendekati itu sih.. :)) bernama Brad yang akan mengantarkan anak laki-lakinya untuk memilih kampus tempat si anak akan melanjutkan pendidikannya. Rupanya situasi tersebut membuat dia berpikir tentang dirinya sendiri, bahwa kehidupan yang dijalaninya di kota kecil Sacramento bersama istri dan anaknya tidak ada artinya dibandingkan dengan kesuksesan teman-teman di masa kuliahnya yang menurutnya jauh lebih sukses dibanding kondisinya sekarang yang merupakan pemilik sebuah organisasi nirlaba. Brad mulai membandingkan kehidupannya dengan teman-temannya yang dilihatnya di media sosial ataupun majalah, dan mengingat bagaimana kehidupan di masa kuliahnya dianggap oleh Brad merupakan masa kejayaan dari kehidupannya. Segitu aja tentang filmnya, karena gue ga mau spoiler...:)

Jadi seberapa relate-nya ini dengan kehidupan gue? Begitu mulai menonton film ini gue langsung ngomong dalam hati, ini gue banget sih. Memang pada saat gue menyadari bahwa anak gue ternyata sampai ke tahap dia harus masuk ke perguruan tinggi, gue menjadi flashback masa di mana gue berada di tahap itu. Bagaimana waktu itu gue merasa sudah dewasa atau dianggap dewasa oleh orang tua karena diperbolehkan mendaftar di universitas swasta dengan pilihan yang gue mau. Meskipun waktu itu gue masih ga yakin dengan apa yang gue pilih. Kemudian akhirnya gue menentukan jurusan waktu mendaftar di PTN, dengan catatan dari orang tua jurusan yang dipilih akan membuat gue mudah untuk mencari pekerjaan setelah lulus nanti. Belum lagi pengalaman pertama menjadi anak kos di Bandung dan sebagainya. Masa kuliah menjadi masa penuh harapan dimana masa depan terlihat begitu cerah di depan mata. Gue menelan bulat-bulat seluruh mata kuliah jurusan Akuntansi yang sampai akhir kuliahpun gue masih tidak mengerti kenapa gue memilih jurusan ini. Tapi gue berusaha menikmati karena masih ada harapan masa depan yang cerah menanti gue di depan sana setelah gue lulus nanti. 

Tapi ternyata perjalanan hidup seseorang tidak ditentukan oleh dimana dia kuliah dan jurusan apa yang diambilnya. Setelah lulus, mulai terlihat bahwa satu angkatan yang pernah bersama-sama menuntut ilmu di kelas yang sama pun akhirnya menemukan jalan hidupnya masing2. Ada yang begitu mudahnya mendapatkan pekerjaan di perusahaan FMCG besar yang menjadi idaman satu angkatan, ada yang bekerja di perusahaan minyak ternama, ada yang bekerja di instansi pemerintah, adapula yang memutuskan untuk langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dan dua puluh lima tahun kemudian, ketika anak pertama gue akan masuk ke bangku kuliah. Gue seperti kembali disadarkan tentang apa saja yang sudah gue lakukan selama dua puluh tahun ke belakang setelah gue lulus dari bangku kuliah. Kembali penasaran melihat kondisi teman-teman seangkatan dulu. Ada yang sudah menjadi pejabat di sebuah BUMN, ada yang menjadi CFO group perusahaan besar, ada sudah menjadi partner di KAP, ada sudah memiliki usaha sendiri, dan adapula mendedikasikan diri menjadi seorang ibu rumah tangga.

Setiap tahap kehidupan pasti terdapat pencapaian. Gue sadar kalau gue tidak boleh membanding-bandingkan apa yang gue definisikan pencapaian dengan apa yang sudah dicapai oleh orang lain. Film Brad's Status mengingatkan gue kalau apa yang gue anggap tidak penting mungkin adalah suatu hal yang luar biasa bagi orang lain. Dan begitupula sebaliknya. 

Setiap individu memiliki jalur perjalanan hidupnya masing-masing. Apa yang kita lihat seperti intan berlian yang berkilau, belum tentu sama berkilaunya apabila kita yang mengalaminya. Begitu pula dengan definisi kebahagiaan dari setiap orang yang berbeda. Ada yang sangat bahagia menjadi seorang ibu rumah tangga, ada yang bahagia bisa mencapai pendidikan yang tinggi atau ada yang bahagia dengan kesendiriannya namun bisa membantu orang banyak. 

Yang harus dilakukan saat ini adalah fokus kepada kehidupan sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dibandingkan sibuk fokus dengan kehidupan orang lain sehingga kita malah mengabaikan orang-orang yang terdekat dengan kita.

Terakhir, gue mau sharing satu kutipan bagus dari film ini,

"You can love the world, but you don't have to own the world"


Cheers, Dhidie



No comments:

Post a Comment