Featured post

Wednesday, 23 September 2020

Finally My Trilogy - My Life After I Quit (Part 5)

 Waktu sebelum resign ada beberapa yang bertanya, mau ngapain sih resign? Mau jadi penulis penuh waktu yah? Gue waktu itu cuma ketawa aja. Yah, mungkin di antaranya itu. Gue masih ngerasa punya TO DO LIST yang belum tercentang kotaknya sejak akhir tahun 2016. Disamping berjuta kepenasaran gue yang lainnya. Setelah tepat setahun Love's Labyrinth pertama release di akhir tahun 2015 gue kaya punya utang sama diri sendiri. 

Akhirnya trilogi pertama gue tercetak sudah.... 





Trilogi adalah kesatuan gagasan atau pokok pikiran yang dituangkan dalam tiga bagian yang saling terhubung. Dalam ranah kesusastraan, istilah ini memiliki arti seri karya yg terdiri atas tiga satuan yg saling berhubungan dan mengembangkan satu tema.

Sebenarnya sebelum memutuskan untuk menulis sebuah trilogi, gue sempat menulis dua novel yang hanya tersimpan di laptop gue. Waktu itu, setelah merasa cukup dengan Love's Labyrinth, gue merasa harus mulai sesuatu yang lain, yang lebih fresh buat otak gue, dengan gaya penulisan yang berbeda juga. Gue memang suka mencoba hal yang ga itu2 aja :)  
Novel gue itu, The Thirty Project dan Cinta Tiga Hari ( saat menulis ini gue baru sadar kalau semuanya mengandung angka tiga), akhirnya gue publikasikan di platform menulis Storial.co. Jadi, kalau waktu itu ada bertanya kapan buku kedua sebenarnya ada, tapi gue masih ragu apakah gue mau mencetaknya atau tidak.

Setelah menimbang, akhirnya gue malah memutuskan untuk melanjutkan menulis tokoh Shinta. Karena rasanya gue masih sayang banget sama tokoh ini, masih banyak yang pengin gue eksplore dari si tokoh novel Love's Labyrinth pertama ini. Akhirnya gue memikirkan bagaimana caranya supaya gue tetap bisa mengeksplorasi lebih dalam kehidupan tokoh ini.

Idenya sebenarnya dari film-film superhero Marvel atau DC, dimana setelah satu film dirilis sampai beberapa jilid tiba-tiba bisa muncul satu film yang bercerita tentang awal mula sang superhero. Dan semuanya terasa mengalir saja, penonton pun tidak peduli ketika diajak menyaksikan awal mula kisah superhero pada hal sebelumnya sudah diajak menyaksikan petualangan si superhero. 

Berdasarkan hal tersebut gue memutuskan untuk menulis trilogi Love's Labyrinth yang akan bercerita mengenai masa lalu tokoh di buku kedua, dan masa kini tokoh di buku ketiga, tanpa mengusik cerita di buku pertama yang sudah baku karena gue mengambil latar belakang tahun yang spesifik dimana sebuah peristiwa besar menimpa sebuah  negara. 

Sebenarnya pada saat rilis ulang Love's Labyrinth pertama gue sudah membuat satu novelet yang menjadi bagian novel pertama yaitu The Gentlement Stories yaitu cerita Love's Labyrinth dari POV cowok-cowok yang terlibat di dalam kehidupan tokoh utama. Waktu itu gue tulis dengan gaya penulisan maju mundur, sebenarnya sebagai bonus kepada pembaca yang sudah membeli LL versi pertama yang dicetak melalui jasa printing on demand tapi masih ingin membeli LL 1 yang waktu itu dirilis ulang dengan persiapan yang jauh lebih matang. 

Pada pertengahan tahun 2017 sebenarnya penulisan LL2 sudah selesai. Cerita yang berlatar belakang masa kuliah Shinta ini sebenarnya ditulis sebagai nostalgia akhir masa SMA dan awal-awal masa kuliah terutama untuk pembaca yang pernah merasakan nyamannya menjalani masa kuliah di Bandung. Selain itu berkesimpulan dari penulisan LL yang pertama, banyak yang bertanya apakah buku ini pantas dibaca oleh anak-anaknya yang beranjak remaja? Waktu itu dengan berat hati gue harus berkata tidak, karena memang topik maupun konflik novel gue bukan untuk dikonsumsi remaja. LL2 ini semacam persembahan gue buat anak-anak teman gue yang sekarang sudah beranjak dewasa. 

Gimana tentang LL3? Nah ini yang paling menarik. Novel yang sebenarnya sudah hampir rampung di awal 2018 tapi susah banget buat diselesaikan. Ini adalah lanjutan dari LL1, jadi di novel ini gue seperti asik sendiri untuk mengeksplorasi tokoh Shinta dengan lebih dalam. Apa sebenarnya yang bikin susah untuk diselesaikan? Karena gue sudah terlalu jatuh cinta dengan tokoh ini. Gue bener-bener pengen menulis semua konflik yang mungkin dihadapi Shinta dalam kehidupannya saat ini. Tapi gue juga pengen menyisipkan mimpi-mimpi di dalamnya untuk memotivasi orang-orang seperti Shinta yang mungkin ada di luar sana. 

Udah penasaran belum? Hehehe...
beli dong bukunya...

Rencana awal, trilogi ini mau gue cetak sendiri seperti LL versi revisi. Tapi takdir berkata lain, mendadak ada kondisi pandemi yang membuat gue tidak mungkin wara wiri ke percetakan untuk mengurusi penerbitan ketiga novel ini. Akhirnya gue kembali ke jasa printing on demand, dengan kondisi novel yang sudah diedit dan siap naik cetak. Perlu dua minggu untuk pemesanan yang membuat waktu kembali mulur sampai hasil proof read akhirnya keluar sesuai dengan yang gue inginkan. Dan akhirnya, trilogi gue tercetak sudah. 

Mungkin ini akan menjadi trilogi gue yang pertama dan terakhir, meskipun JK Rowling akhirnya membuat Harry Potter menjadi menjadi tujuh buku. Tapi kan gue bukan JK Rowling :) 
Gue gak akan berhenti menulis, sampai sekarang pun gue masih menulis. Tapi mungkin untuk sementara ini akan menjadi tulisan terakhir gue yang bisa dinikmati dalam bentuk cetak. Ketiga buku ini gue menggunakan jasa editor yang sama, teman-teman yang dengan baik hati sudah menjadi proof reader gue. Untuk covernya, gue diperkenalkan kepada seorang cewek ilustrator generasi milenial yang keren banget. Dan kali ini gue ga menggunakan jasa layouter karena sudah ada template yang disediakan oleh perusahaan printing on demand ini. 

Major FAQ adalah kenapa ga diterbitin di major publisher? Sebelum LL Pertama dicetak judul awalnya adalah My Twisted Love. Gue sempet kirim itu ke beberapa major publisher dan ditolak. Yeah, that's hurt. Tapi apa yang menjadi baik dari penolakan itu. Gue akhirnya benar-benar belajar menulis. Gue belajar menulis secara otodidak, dari berbagai sumber, sempat beberapa kali ikut workshop menulis yang akhirnya menjadi dasar gue untuk menambah ilmu dengan belajar sendiri. Sampai akhirnya gue mencari editor sendiri dan bertemu dengan editor yang komunikasinya hanya via email saja. Until now I haven't meet her in person. Tapi langsung klik aja, dan gue bisa menerima semua kritikan dia yang sungguh masuk akal. Jadi kalau ada yang nanya, ada dijual di toko buku ? Gak ada, jangan coba-coba bertanya sama SPGnya yah... hehehe. FAQ lainnya lebih baik gue bahas di tulisan lain aja ya.

Last but not least, terima kasih untuk semua yang udah berkontribusi di ketiga novel gue. untuk teman-teman yang ga bosen-bosen membaca ulang novel ini sebelum akhirnya menjadi final. Gue akan selalu mengenang kebaikan hati kalian. Untuk editor yang tidak pernah bosan mengoreksi ke-typo-an dan ketidakmasukakalan jalan cerita yang gue tulis. Untuk perancang sampul yang cepat tanggap dan bisa menerjemahkan apa yang gue mau. Untuk orang-orang di sekitar yang secara ga langsung mungkin menjadi inspirasi dari tulisan gue. Terima kasih juga buat teman-teman yang selalu bertanya," Kapan buku kedua?" setiap kali bertemu, atau bahkan yang memanggil gue dengan nama pena atau nama tokoh di dalam novel gue, atau yang memperkenalkan gue sebagai penulis kepada siapapun itu yang kebetulan terpaksa harus berkenalan dengan gue.

Terakhir, terima kasih kepada keluarga kecil gue dan keluarga besar gue dan kepada matahari yang selalu bersinar di luar sana.

Jangan pernah berhenti bermimpi, udah sih itu aja :)



Cheers, Dhidie.










No comments:

Post a Comment