Featured post

Sunday, 10 October 2021

Tunai atau Kredit? #ngobrolfinansial

Waktu gue buka pertanyaan tentang resolusi. di akhir tahun lalu, ada satu resolusi finansial yang menurut gue cukup menarik dan ga biasa, yaitu “ Mau membeli mobil dengan tunai!!”




Menarik banget kan? 

Kenapa menarik menurut gue, karena biasanya orang membeli mobil dengan angsuran atau cicilan tapi si temen gue ini dengan yakin dan pasti menjawab dia mau membeli mobil dengan tunai. Artinya apa? Artinya dia memang sudah mulai menabung jauh-jauh hari demi si mobil idaman dan akan terwujud tahun ini atau dia memang enggak akan beli mobil dulu sebelum uangnya benar2 terkumpul buat membeli mobil tersebut.


Perdebatan untuk membeli sesuatu secara tunai atau kredit pasti akan selalu muncul di pikiran kita. Biasanya terjadi untuk sesuatu yang bersifat luxury dan bukan kebutuhan pokok sehari-hari. Misalnya: membeli rumah, membeli mobil, membeli smartphone terkini,  membeli laptop, membeli tas branded.


Tapi ada masa-masa dimana promo kartu kredit sebegitu hebatnya kasih diskon untuk makan di restoran, beli kopi, nonton bioskop, bahkan bisa bikin kita berperang juga untuk memilih antara bayar tunai atau pakai kartu kredit untuk makan siang. Sesuatu yang sebenarnya merupakan kebutuhan harian kita. 


Berdasarkan pooling yang gue lakukan di instagram, untuk membeli gadget terkini 70% dari teman2 gue, menggunakan uang tunai dan sisanya menggunakan kartu kredit. Suatu hal yang baru sih kalau menurut gue karena ternyata anak jaman sekarang udah mulai mikir tentang penggunaan kartu kreditnya.


Kalau jaman dulu berhutang paling sederhana itu yah di kartu kredit atau KTA. Popularitas kartu kredit saat ini tampaknya sudah jauh menurun, namun berganti dengan sesuatu yang lebih mengerikan yaitu pinjaman online alias Pinjol dan promosi tunda pembayaran yang sekarang banyak ditawarkan oleh aplikasi maupun e-commerce. 


Tapi sebelum masuk ke situ kita bahas dulu mengenai apa Itu hutang ya?


Hutang atau Utang menurut KBBI adalah uang yang dipinjam dari orang lain atau kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima: 


Di dalam dasar perencanaan keuangan menghitung kekayaan bersih dilakukan dengan mengurangi jumlah aset dengan total utang yang dimiliki. 


Jadi defisini  kekayaan itu bukan dari jumlah penghasilan tapi dari surplus atau jumlah yang didapat setelah aset dikurangi dengan utang. 


Apabila ternyata hasil yang didapat dari mengurangkan jumlah hutang terhadap aset adalah minus alias negatif, maka artinya kamu mengalami defisit, alias besar pasak daripada tiang. 


Gimana sih cara mengatasi defisit keuangan tersebut ? Bisa dengan mengurangi/mengambil aset yang ada misalnya mengambil tabungan atau menjual aset, atau bisa juga dengan menambah hutang atau menutup defisit tersebut dengan hutang. Bisa dilakukan dengan berhutang kepada kerabat ataupun lembaga keuangan. 


Sebenarnya berhutang itu tidak selalu berarti negatif kok karena ada beberapa tujuan hutang yang sifatnya produktif, misalnya untuk tujuan bisnis sebagai modal kerja atau menambah aset perusahaan atau untuk tujuan konsumsi seperti membeli rumah.


Kenapa membeli rumah masuk ke dalam hutang produktif padahal KPR merupakan hutang konsumsi sama halnya dengan  hutang kendaraan bermotor. Alasannya adalah selain rumah merupakan kebutuhan utama, berbeda dengan kendaraan bermotor, nilai rumah sebagai aset juga akan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. 


Selain tujuan bisnis dan tujuan konsumsi, ada juga tujuan berhutang untuk likuiditas seperti membeli kebutuhan pokok atau tujuan darurat seperti membayar biaya rumah sakit. 


Kalau melihat tujuan berhutang di atas, kita bisa melihat bahwa ada sisi positif dan negatif dari berhutang yaitu, sisi positifnya: kemungkinan mendapatkan keuntungan/peluang bisnis, bisa keluar sementara dari defisit keuangan dan membuat kita mampu membeli barang yang bernilai tinggi/sangat besar. 


Sedangkan dampak negatif dari berhutang di antaranya adalah menjadi passive expense (adanya pembayaran pokok dan bunga setiap bulannya), aset bisa disita bila kita gagal bayar, (amit-amit) menjadi kredit macet masuk ke dalam Daftar Hitam Bank Indonesia, kita bekerja keras untuk membayar hutang bahkan bisa menyebabkan gangguan mental dan emosional.


Gimana sih cara mengendalikan hutang supaya kita tidak terjebak dengan porsi hutang yang sebenarnya sudah di luar kemampuan kita?


1. Menghitung Debt Service Ratio


DSR merupakan jumlah semua pembayaran hutang atau cicilan perbulan dibagi jumlah pendapatan bersih perbulan


Penghasilan bersih adalah setelah dipotong pajak

DSR max 35% atau bisa lebih besar untuk yang memiliki income yang besar


Jadi misalnya penghasilan bersih kamu Rp.10 Juta setelah dipotong pajak maka maksimal porsi pembayaran hutang kamu per bulan adalah Rp. 3.5 Juta. Ini merupakan total dari semua hutang yang kamu miliki seperti cicilan KPR, KPM, dan kartu kredit. 


2. Mengetahui Debt to Asset Ratio


Jumlah semua hutang pribadi/keluarga dibagi jumlah asset pribadi/keluarga


Max 50%

Di luar hutang KPR usahakan agar total hutang tidak melebihi total kekayaan bersih


Kalau total aset kamu (rumah, investasi dan aset lainnya) adalah Rp. 500 Juta, maka total hutang di luar hutang KPR misalnya kartu kredit, KTA, KPM tidak boleh melebihi Rp.250 Juta. 


Terdapat juga apa yang disebut kaidah resolusi keuangan atau debt resolution rule  berikut ini, yaitu:

1. Mengendalikan hutang non KPR (Kartu kredit, KTA, KPM, cicilan lainnya)

2. Melunasi kartu kredit secepatnya, jangan terus membayar minimum tagihan

3. Melunasi hutang non KPR setiap 3 tahun, artinya harus disiplin mereview hutang-hutang apa saja selain hutang KPR yang dimiliki. Karena semakin panjang waktunya maka ada kemungkinan bunganya sudah bergulung.

4. Consumer loan jangka pendek seperti KTA sangat tidak tepat untuk membiayai pinjaman berjangka di atas 3 tahun seperti KPR.


Jadi yah, sebaiknya bijaksanalah dalam berhutang, mungkin tips-tips berikut ini bisa membantu, sebelum memutuskan untuk berhutang atau menambah hutang: 

  1. Jangan berhutang karena emosional
  2. Pastikan sumber pembayaran hutang dan bunganya terjamin (sekaligus atau dicicil)
  3. Hindari defisit keuangan terus menerus (gali lubang tutup lubang)
  4. Apabila memaksakan berhutang untuk membeli suatu barang, apa akibatnya bagi diri anda bila anda tidak membeli barran tersebut?
  5. Berhutang untuk membeli aset yang nilainya naik seperti KPR dan hutang modal kerja/kegiatan usaha
  6. Hindari berhutang untuk membeli aset yang nilainya menurun (seperti mobil/peralatan elektronik)
  7. Ketahui perbedaan Bunga flat (biasanya untuk KKB/CC) dan bunga efektif (KPR/Modal Kerja)

Yah, gitu deh. Sebenarnya kalau mau dibahas lebih jauh bisa panjang kali lebar pembahasan mengenai hutang ini. Kalau mau nonton obrolannya, bisa disimak di IGTVnya @ceritarasa127.

Semoga bermanfaat, sehat keuangan untuk sehat jasmani dan Rohani :)


Cheers, dhidie

Indri Dewi Indriani, SE,Ak. CFP.






No comments:

Post a Comment