Featured post

Wednesday, 23 March 2022

Memoar - Buku Kedua di Tahun 2022

 Keren juga yah judulnya, buku kedua di tahun dua ribu dua dua. Masih berbentuk antologi sih alias kumpulan cerita dari beberapa penulis. Dan masih open PO sih sampai tanggal 5 April nanti. Untuk buku ini gue gak akan terlalu yang marketing-in gimana gitu, karena ceritanya sendiri buat gue terlalu personal. Tapi gue memang pengen banget nulis cerita itu dan selama ini ternyata cerita itu menjadi ganjalan di hati gue. Sedap kan?



Bagaimana awalnya gue bisa ikutan project ini? Yah, seperti biasa aja, gue lagi2 diajak, tapi kali ini sama satu publisher yang lokasinya di Jababeka. Sebenernya yah kalau dipikir2 bikin publisher kaya gini tuh cita2 gue dari dulu. Makanya gue waktu itu nerbitin buku pertama gue pake "Green Marshmallow Publisher" tapi yah mungkin karena waktu itu gue masih kerja jadinya gak diseriusin. Cuma sekarang, ikut2 komunitas penulis kaya gini bikin gue pada akhirnya terjun juga ke dunia ini.

Balik lagi kenapa gue ikut project ini, karena diajakin..hahaha.. Seperti biasa Mbak Anita tersayang ngajak gue join lagi project ini setelah tema dark side kemarin. Awalnya gue bingung apa sih memoar. Mari kita googling...

memoar/me·mo·ar/ /mémoar/ n 1 kenang-kenangan sejarah atau catatan peristiwa masa lampau menyerupai autobiografi yang ditulis dengan menekankan pendapat, kesan, dan tanggapan pencerita atas peristiwa yang dialami dan tentang tokoh yang berhubungan dengannya; 2 catatan atau rekaman tentang pengalaman hidup seseorang


Nah ternyata itu arti kata memoar. Jadi intinya kita bercerita tentang kenangan tentang seseorang. Cuma mungkin lebih spesifiknya orang yang sudah berpulang mendahului kita. Gitu sih gue nangkapnya. Waktu itu sempat bingung, gue mau nulis tentang siapa. Karena jujur gue gak terlalu deket sama kakek atau nenek gue. Awalnya mau bercerita tentang mereka kok kaya takut gue salah menulis sejarah karena gue gak terlalu tahu tentang masa lalunya. Akhirnya gue memutuskan untuk menulis apa yang gue tahu dan apa yang pernah gue rasakan secara langsung aja. Akhirnya gue memutuskan untuk menulis tentang sahabat gue di bangku sekolah dasar. 

Meskipun terbata-bata, karena gue harus mengingat semua peristiwa yang terjadi sebelum tahun 90an, gue akhirnya berhasil menyelesaikannya juga. Dan semua kaya mengalir gitu aja, ternyata ada kenangan dan kehilangan yang dalam yang selama ini gue coba lupakan tapi ternyata menjadi luka yang cukup menganggu sampai akhirnya gue menulis semuanya.

Yah, kalau menulis adalah terapi untuk gue. Itu benar, karena setelah selesai bercerita gue merasa apa yang selama ini mengganjal dan tidak bisa gue ceritakan kepada siapa-siapa bisa akhirnya bisa tersampaikan juga. Dan gue menulis ini pun rasanya kembali sesak di dada, merasa kembali menjadi indri kecil berumur sepuluh tahun yang akhirnya harus kehilangan sahabat terdekatnya di masa sekolah dasar.

Project2 menulis ini memang benar-benar bikin gue keluar dari zona nyaman gue yang biasanya cuma pengen menulis kisah-kisah cinta yang berakhir bahagia. Gue kaya dipaksa untuk menulis kegelisahan yang tidak semuanya berakhir bahagia. Seperti cerita tentang kehidupan, gak semuanya berakhir happy ending kan?

Lalu habis ini ada buku apa lagi? Ada-lah pokoknya... :)


Cheers, Dhidie

No comments:

Post a Comment