Featured post

Saturday, 26 June 2021

FOMO?? #NgobrolFinansial

Fear Of Missing Out alias FOMO

Pasti udah sering banget dengar tentang si FOMO ini kan? Istilah ini sebenarnya lebih sering terdengar ketika sosial media menjadi bagian dari kehidupan kita setiap harinya. Dimana orang berlomba2 untuk menunjukan eksistensinya di dunia maya. Makan di tempat yang hype, nonton film terbaru, atau mungkin punya gadget yang belum resmi masuk ke Indonesia. Dan ternyata gak cuma di kehidupan sehari2 di aktivitas finansial dan investment istilah FOMO ini kembali ramai. Kenalan dulu yuk sama si FOMO ini.


Sebagai salah satu kejadian FOMO yang baru aja terjadi di awal bulan ini adalah paket McD yang berkolaborasi dengan BTS. Semua orang berlomba-lomba beli dan melakukan posting di media sosialnya. Mungkin ada sebagian yang memang fanatik dengan boyband Korea ini, tapi mungkin saja ada segelintir orang yang cuma ikut-ikutan biar dianggap kekinian. Atau orang2 seperti gue yang beli karena review saus Cajunnya yang enak banget... Hahaha.... Nah segelintir orang yang membeli karena ikut-ikutan atau karena takut dianggap ketinggalan zaman ini yang mungkin termasuk ke dalam kategori FOMO.


Katanya, menurut suatu penelitian, gangguan FOMO ini banyak menimpa generasi millenial atau generasi Y. Siapa sih mereka? Kalau kamu lahir disekitaran tahun 18980-an dan tahun 1990-an, nah berarti kamu termasuk generasi itu. Rata-rata mereka menghabiskan waktu di depan layar ponsel dalam waktu 8-10 jam per harinya. Wow banget kan....


Penelitian lainnya juga menyebutkan kalau di Canada, generasi ini juga membeli sesuatu sebagai akibat dari FOMO. Sehingga mengakibatkan kecenderungan untuk gaya hidup boros. jadi kenali aja gejala ini, kalau kamu ga bisa lepas dari layar ponsel, lebih peduli sama kehidupan yang ada di sosial media, atau rasanya semakin terobsesi dengan kehidupan orang lain, mungkin kamu sudah terjangkit si FOMO ini. 


Memangnya kenapa kalau kita beli sesuatu karena orang lain beli juga? Apalagi kalau barang memang bagus dan uangnya juga ada. Yah, ga apa2 juga sih. Tapi perlu dipikirkan lagi ke dasar kita membeli sesuatu itu, apakah karena benar-benar butuh? Atau karena gak mau dibilang ketinggalan zaman?


Yang repot sebenarnya kalau FOMO ini sudah merusak hidup kita seperti berdampak pada kesehatan kita, bisa menyebabkan insomnia, depresi dan sebagainya, ga mau kan? Belum lagi kalau faktor-faktor lain seperti hubungan sosial dengan orang lain juga ikut terdampak. Apalagi kalau sudah merugikan secara finansial, ga mau banget kan?


Di bidang finansial juga kemarin sempat popular banget si FOMO ini. Pas orang2 lagi ramai investasi di saham karena ga bisa kemana2 di masa pandemik ini. Dan ada beberapa contoh FOMO di bidang finansial lainnya yang sehari-hari mungkin kita lakukan, seperti:


Menggunakan kartu kredit atau berhutang secara berlebihan.

Misalnya: membeli mobil baru atau bahkan membeli rumah. Karena FOMO tersebut kita akhirnya menggunakan kartu kredit atau bahkan mengajukan pinjaman demi rumah dan mobil baru. 


Berinvestasi tanpa memikirkan rencana finansial yang sebenarnya sudah kita tetapkan sebelumnya.

Misalnya: karena semua teman beli saham A kita ikutan beli saham tersebut, padahal sebenarnya secara resiko dan finansial goal kita sebenarnya dana investasi kita lebih cocok untuk diinvestasikan di reksadana atau obligasi. 


Mengeluarkan uang yang tidak diperlukan

Kita jadi membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu besar manfaatnya untuk kita hanya karena semua orang membelinya, atau kita membeli makanan yang sedang hits hanya karena melihat2 foto di sosmed semua teman sudah mencobanya. 


FOMO ini sebenarnya merupakan reaksi fisik maupun emosional yang kita alami ketika kita kehilangan suatu kesempatan. FOMO ini bisa mengakibatkan rasa sedih atau tidak tenang dan bisa juga mengakibatkan kita tidak puas dengan apa yang sudah kita lakukan dan apa yang kita miliki. 


Ada obatnya ga? Ada dong, minimal kita bisa mencegahnya jangan sampai kita menjadi korban FOMO  ini, gimana sih caranya:


Pertama, Menetapkan visi atau tujuan hidup maupun tujuan finansial kita. Karena visi hidup setiap individu adalah berbeda. Misalnya, Apakah kita ingin mencapai Karir setinggi-tingginya, atau mencapai finansial freedom di usia 40 atau mungkin ingin menyekolahkan anak ke luar negeri?


Kedua, menetapkan benchmark untuk diri kita. Misalnya kita membutuhkan dana pendidikan anak sebesar sekian, ingin punya rumah dengan luas sekian di daerah  tertentu atau ingin pensiun dengan living cost sekian. Fokuslah dengan benchmark kita itu. 


Ketiga, membuat strategi untuk mencapai tujuan hidup maupun tujuan finansial kita. Misalnya untuk bisa finansial freedom di umur 40 tahun, kita harus berinvestasi dimana saja, untuk memiliki rumah impian kita, kita harus mulai menabung berapa per bulannya, dsb. 


Keempat, jangan mudah terpengaruh yang menyebabkan kita membuat perubahan dari rencana awal dan strategi yang sudah kita buat. Boleh mereview ulang rencana tapi bukan melakukan perubahan yang mendadak dan bersifat emosional. 


Jadi intinya, identifikasikan dulu apa penyebab FOMO yang kamu miliki. Fokuslah kepada diri sendiri bukan kepada kehidupan orang lain. Bertanyalah kepada diri sendiri, apakah yang dilakukan orang lain itu memang benar-benar ingin kita lakukan,  apakah barang yang dimiliki orang lain juga bermanfaat untuk kita? Karena pada dasarnya, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau kan? 


Akhir yang paling penting adalah jangan lupa selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini dan daripada fokus dengan apa yang kita lewatkan, lebih baik fokus dengan apa yang kita miliki. Setuju gak?


Ngobrol-ngobrol tentang FOMO ini juga ada di IGTV @ceritarasa127 lho. Yuk, ditonton...



Cheers, Dhidie




“One thing my pop always told me is you never count another man’s money. It’s what you’ve got and how you take care of it.” – Stephen Curry, NBA MVP

No comments:

Post a Comment