Siapa yang menyangka kalau pandemi akan menjadi selama ini. Masih ingat banget gue kondisi di awal pandemi tahun 2020 lalu, kita masih bisa berencana, ga sabar nih nunggu tahun depan biar bisa ngumpul2 lagi, biar bisa ketemu lagi dan yang paling penting biar bisa liburan dan jalan2 lagi. Tapi apa yang terjadi satu tahun kemudian.
Pandemic stays...
Bahkan sampai hari ini di bulan Juli 2021, this virus still exist and become stronger. Apa yang waktu itu kita sebut sebagai kondisi darurat, sekarang adalah bukan kondisi darurat lagi, tapi sudah menjadi kenyataan hidup yang harus kita hadapi setiap hari. Apa yang waktu dulu kita sebut sebagai new normal, sekarang sudah menjadi kondisi normal yang menjadi bagian kehidupan kita. Segala prokes, menurut gue sudah bukan prokes lagi, tapi sudah menjadi life style. Kalau boleh dibilang, masa lalu adalah masa lalu, dan yang kita hadapi sekarang adalah kenyataan yang sesungguhnya.
Memakai masker, mencuci tangan, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan tentu saja menjaga jarak, sudah bukan peraturan yang perlu diberi denda apabila kita melanggarnya. Semua orang sudah menerapkannya secara otomatis tanpa banyak tanya, tanpa komentar dan sanggahan apalagi keberatan. Karena semua orang ingin menjaga dirinya dan tentu saja orang2 yang dicintainya.
Kondisi WFH dan LFH dulu dianggap sementara saja, tapi sekarang semua patuh ketika peraturan berubah-ubah sesuai dengan kondisi, hal tersebut menjadi sangat wajar. Lebaran via zoom, larangan mudik, mal2 yang tutup lebih awal, last order di restoran jam 8 malam, online parents-teacher meeting, menjadi hal yang akhirnya bisa diterima. Swab Antigen, PCR, Vaksin menjadi kosa kata baru yang mendadak familiar di telinga. Saturasi, isoman, hazmat, positif, negatif, adalah kata-kata yang pasti kita dengar setiap hari. Berita duka terus menerus mengalir lewat group2 di ponsel. If we're not that strong enough, maybe we'll break up in tears every time we read these kind of messages...
"Bapak ini meninggal."
"Suami gue positif"
"Kakak ipar, adik, tetangga, teman sekolah...."
" Dokter ini meninggal, dokter itu positif, satu rumah sakit nakesnya positif"
This is a new world with different perspective of life. So far.
This condition is a new condition that we have to get used to. This is not temporary, we just have to get used to it. Dan beruntunglah kita sebagai manusia yang tidak pernah kehilangan akal untuk tetap bertahan dalam situasi apapun.
Membatasi bertemu dengan orang yang tidak serumah, menjaga jarak, tidak keluar rumah bila memang bukan kondisi darurat adalah hal yang sangat mulia untuk dilakukan untuk saat ini. At least we care about other people for not being outside. Setidaknya kita masih punya hati nurani dan kesadaran yang tinggi untuk menjaga tubuh kita sendiri.
Mungkin kita lupa bagaimana wajah teman2 kita, bagaimana suara mereka, bagaimana nyamannya memeluk dan mencium kedua orang tua kita, adik dan kakak kita, bagaimana serunya ngobrol di kafe dan nonton bioskop sambil makan popcorn. Tapi yang kita tidak boleh lupa adalah bagaimana menjaga pikiran kita untuk tetap positif dalam menghadapi kondisi yang sangat luar biasa ini.
Percaya saja, semua kejadian ada hikmahnya. Mungkin suatu saat nanti kita bisa tersenyum atau bahkan tertawa mengingat masa2 ini. Mungkin suatu saat kita bisa bercerita kepada cucu kita bagaimana kita akhirnya bisa bertahan melewati masa ini.
Mindfullness.
Karena waktu sekarang adalah sesuatu yang harus kita syukuri saat ini.
Jangan lupa bahagia
Cheers, Dhidie
No comments:
Post a Comment