Featured post

Sunday, 26 April 2020

When you're Getting Older - My Life After I Quit (Part-2)


Tulisan ini bukan hanya tentang fakta bahwa gue ulang tahun hari ini.
Bahwa gue bersyukur masih diberikan kesempatan untuk
bertambah umur, untuk masih bernafas di tengah pandemi yang sempat memporak-porandakan kehidupan kita. 
Jadi rasanya Tuhan masih berkeinginan buat gue untuk melakukan sesuatu di dunia ini.
Buat orang lain mungkin ini baru memasuki bulan kedua di rumah aja, tapi buat gue ini adalah tepat tiga bulan gue di rumah aja. 
Tulisan ini tentang fakta bahwa sudah tiga bulan gue menjadi seorang individu yang seutuhnya tanpa embel-embel korporasi di belakang nama gue.
Ini adalah tentang kenyataan bahwa gue akhirnya bisa mencapai cita-cita tertinggi yang pernah gue impikan. Untuk menjadi seorang ibu rumah tangga sepenuhnya.



Gue sudah pernah curhat sebelumnya bagaimana gue ngejalanin satu bulan pertama gue sebagai manusia tanpa embel-embel korporasi di belakang nama gue. Kenapa embel-embel korporasi ? Karena orang mungkin menyimpan nomor hape gue di phonebooknya dengan nama "Indri" dan diikuti dengan nama perusahaan di belakangnya. Gue bahagia karena sekarang mungkin orang yang baru gue kenal akan menyimpan nomor telepon gue dengan hanya nama, atau nama panjang atau bahkan nama kecil gue.

Setelah satu bulan pertama berlalu. Ternyata bulan kedua juga tidak semudah seperti yang dibayangkan. Awal bulan gue mungkin masih happy karena gue bisa berlibur dengan anak bungsu gue yang sudah gue tinggal kerja sejak lahir. Gue sempat berlibur selama lima hari di Bali yang seperti membayar sebelas tahun gue menjadi ibu yang mungkin selama ini cuma diingat wajahnya sampai dengan jam enam pagi dan mulai diingat lagi jam delapan malam, itu juga kalau dia belum ketiduran. Yang bikin gue bahagia adalah ternyata gue tidak terlalu tidak mengenal anak gue. Ternyata bonding gue masih kuat dengan dia, meskipun video masa kecilnya hanya berisi pertanyaan," Mau tunggu mami pulang ga ?" Dan dia menggeleng sambil melanjutkan tidurnya. Karena mungkin di pikiran anak kecilnya, buat apa nunggu ibunya yang nanti muncul di kamarnya juga sudah dengan muka lelah dan mengantuk ? Dan gue sangat berterima-kasih kepada mbak-mbak pengasuh dan lingkungan sekolahnya yang sudah mengantarkannya menjadi teenager ini. Alhamdulillah.

Dan setelah gue balik lagi ke Jakarta, gue masih sibuk meet-up sama beberapa teman. Tapi di minggu kedua Maret, mendadak gue sakit lagi. Dan tambah ngerasa sakit karena berita pandemi yang akhirnya terpaksa gue ikuti setiap hari di rumah. Gue mendadak parno. Apa gue udah ketularan Corona pas gue di Bali kemarin ? Rasanya cemas banget dan kok kaya ga normal aja. Akhirnya gue ke dokter, periksa darah dan rontgen, Alhamdulillah ga ada yang salah sama kesehatan gue. Mungkin gue memang yah lagi sakit aja, mungkin juga psikis yang bikin gue sakit. Entahlah. Mungkin juga badan gue ini sedang sibuk men-detoks hal-hal jelek di tubuh gue. Mungkin dia sedang menyesuaikan diri dengan kondisi gue sekarang notabene ga stress, tubuh yang diajak santai dan ga terburu-buru harus beraktivitas di pagi hari, gue yang tidak lagi mengkonsumsi kopi hitam di pagi hari dan makanan yang gue makan yang jauh lebih teratur jadwalnya dan bergizi dibanding waktu gue kerja kemarin. Mungkin....

Apapun itu, masuk ke minggu ketiga, ada anjuran untuk di rumah aja dari pemerintah. Gue bersyukur karena gue sekarang sudah ga mesti membagi pikiran gue antara kantor dan rumah di kondisi seperti ini. Gue bersyukur karena di masa gue kesepian dan harus adaptasi dengan "kepengangguran" gue ini gue ditemenin sama keluarga kecil gue yang terpaksa harus WFH dan LFH. Dan gue juga bersyukur karena terus terang gue mulai bosan sama kehidupan di luar sana disamping gue juga belum tahu mau ngapain setelah gue di rumah aja ini. 

Meskipun ada beberapa rencana gue yang jadi tertunda karena gue ga bisa kemana-mana, tapi yah gue tetap bersyukur. Gue mulai fokus ke channel gue dan mikir tiap hari gue harus bikin content yang seperti apa. Dan, ternyata stress juga lho kerja sendirian, cuma yang akhirnya gue berpikir kalau ini adalah pilihan gue dan gue seharusnya ngejalanin ini dengan fun dan bukan malah jadi stress lagi. Gue akhirnya membiasakan diri untuk ga terlalu ambisius mencapai sesuatu, karena gue mau ini long-lasting dan gue takut gue akan kecapean dan menyerah sebelum gue puas melihat hasilnya. 

Masuk bulan ketiga, kesehatan gue masih belum full membaik. Masih on-off gitu. Gue berpikir apa proses detokfikasi tubuh gue ini belum selesai juga ? Dan gue juga bertanya-tanya, kenapa dulu ketika gue sibuk banget, hidup gue ga sehat dan gue sering skip meal, gue malah ga pernah ngerasa sakit ? Yah mungkin hati kecil gue masih belum bisa menerima kalau gue sekarang memang sudah di rumah aja.  Gimana sih ketika elo sudah terbiasa dengan segala keteraturan (yang tidak beraturan) selama belasan tahun, tiba-tiba elo menjadi tidak teratur (padahal lebih teratur) dalam sekejap mata. Pasti badan dan otak lo juga butuh waktu untuk beradaptasi kan ? Akhirnya gue nikmati aja ketika harus tiba-tiba sakit dan ga bisa berpikir apapun, gue nikmati ketika gue harus rebahan aja dan tidak melakukan apapun tanpa merasa bersalah. 

Intinya, gue harus membiasakan diri untuk ikhlas menerima siapa diri gue saat ini. Gue balik lagi jadi individu ketika gue masih kuliah dulu. Yang cuma punya tanggung jawab ke keluarga, kepada Tuhan dan tentu saja ke diri gue sendiri. Gue harus bisa meyakinkan diri gue kalau apa yang gue pilih ini adalah benar. Bahwa gue harus terus berusaha dan ga berhenti belajar untuk segera menjadi seorang "indri" yang lain. Bahwa gue sekarang cuma punya mungkin lima orang teman yang masih keep in touch dengan gue karena gue adalah "indri" dan bukan karena embel-embel korporasi di belakang nama gue. Bahwa semua orang akan mengalami hal ini, dan gue beruntung karena Insya Allah sudah memulai belasan tahun lebih awal dibanding orang lain. Bahwa gue akan terbiasa dengan semua perubahan ini. Bahwa hal-hal yang baik akan selalu mengikuti kita selama kita selalu berbuat baik. Bahwa cuma kita yang bisa membantu diri kita sendiri, bukan orang lain dan bahwa keluarga akan selalu ada untuk kita. Karena gue percaya kalau kitalah yang menciptakan kebahagian kita sendiri. 


Sekali lagi, ini adalah tentang bertambahnya umur gue di bulan Ramadhan ini. 
Selamat ulang tahun buat gue. 

Cheers,
Dhidie














1 comment:

  1. Selamat tambah tua kesayangan... Doa terbaik buat kamu hari ini dan selalu ��

    ReplyDelete