Featured post

Sunday 21 July 2019

Gwangalli Beach - Starbucks with Sea View ?


Mau kemana lagi nih kita ?
Rasanya badan udah mulai capek setelah seharian jalan-jalan.
Kita mau ke pantai.
Malam-malam ke pantai ?
Iya, katanya kalau ke Busan wajib ke sana.
Dan ternyata benar, it was the best night in Busan.


Selama perjalanan ini, kita bergantung banget sama si google map, which’s not working well di Busan. Akhirnya setelah berpindah-pindah bis dan akhirnya memutuskan untuk naik taksi, kita sampai juga di Pantai Gwangalli alias Gwangalli Beach. Gue sebenarnya sempat mempertanyakan, kenapa sih kita harus ke pantai malam-malam. Karena udaranya waktu itu lagi ga bersahabat banget alias lagi dingin bangettttt…. Gue ngebayangin kita bakalan melihat pantai yang gelap dan menggigil di pinggir pantai. 

Dan ternyata tidak, begitu sampai gue langsung jatuh cinta (lagi…lagi….) dengan apa yang gue lihat. Kita langsung disuguhi dengan pemandangan jembatan yang panjang yang berhias lampu-lampu yang berada di atas laut. Ada sidewalk di sepanjang pantai untuk tempat para pengunjung berjalan. Di sebelah kanan berderet keda-kedai kopi dan beberapa toko dan hotel yang menghadap ke pantai. It’s so romantic.

us, looking at the beautiful bridge

Girls Night Out


It's beautiful :)


Another Yoga Pose 

Pas gue browsing di trip advisor memang pantai ini sering digunakan sebagai tempat wedding proposal. Tempat ini memang jauh lebih sepi dibandingkan hondae beach dan lebih pas buat chilling. Karena kedinginan dan belum makan kita akhirnya masuk ke salah satu kedai kopi lokal yang banyak banget cabangnya dimana-mana. Sebenarnya bukan karena penasaran, tapi karena kita dapat free vouchers dari hotel tempat kita menginap. Belum rezeki, kuponnya hanya dapat digunakan di outlet yang dekat hotel so kita akhirnya memutuskan untuk ke Starbucks aja. 

Salah satu trick ngopi gratis kalau lagi travelling adalah jadilah jastip tumbler starbucks. Niscaya sepanjang perjalanan kalian akan dapat kopi gratis… hahaha…. Jadi karena banyak banget yang nitip tumbler, kita tuh seperti menjadikan starbucks sebagai rumah singgah di saat lelah dan kedinginan. Asli ga pernah bayar, cuma kadang-kadang kita beli nyoba2 cake yang ga pernah kita coba di Jakarta sih. 

Nah Starbucks di sini tuh gedeee banget dua lantai. Kita langsung naik ke atas dan jreng-jreng dapet view yang keren banget menghadap ke jembatan yang bersinar itu. Jadilah kita istirahat sambil ngobrol, foto-foto dan melepas lelah di situ. It’s so girl time !! Kapan lagi ngopi di Starbucks dengan view lampu-lampu keren. 

Terusss setelah merasa cukup hangat….lanjutlah kita foto-foto di pantai. I reallly enjoy how the colorful lights changing its color.It’s so beautiful. Maybe I can’t spend forever just to watch those beautiful lights. But I’m freezing out and starving too, so we left that beach with the beautiful memories in mind…

Coffee shops are everywhere

Watching the Colourful Lights
Happy face :)

Footprints in the sand...




Bye, Gwangalli Beach, maybe I’ll visit you later with my love ones…..

Cheers,
Dhidie


Saturday 13 July 2019

Colourful World at Gamcheon Cultural Village Busan


Life is a blank canvas, what will you paint ? 

Itu apa yang warna-warni ?
Itu Gamcheon Village, Mba. Besok kita ke sana.
And I can’t wait…
Welcome to Gamcheon Cultural Village....



Kita naik bis dari pusat kota, ternyata tempatnya lumayan ke pinggir kota Busan. Tapi begitu sampai, rasanya happy banget. Berasa ada di negeri mimpi gitu, karena langsung warna-warni. Gue suka semua yang warna-warni. Jadi pengin foto di sini dan di sana. 

Busan gamcheon culture village ini, adalah sebuah pedesaan yang terletak di kaki gunung. Semua bangunan di sini dibangun rapat dengan gang-gang berbentuk tangga mengikuti kontur lokasi ini yang memang berbukit-bukit. Yang membuatnya berbeda adalah dinding rumah yang berwarna-warni dan banyaknya mural atau lukisan dinding yang memang dihias oleh penduduknya. Jadi desa ini memang sengaja berhias untuk menerima wisatawan. Cantik banget. Gamcheon Village ini juga sering disebut sebagai “Machu-pichu”-nya Busan. 

Colourful Walls

Welcome To Gamcheon Village :)

Let's Explore !!

Hello, Dog..


Di pintu masuk ada reception office gitu, di situ kita ngambil peta dimana ada lokasi tempat-tempat yang wajib kita kunjungi di desa ini. Terus semacam ada game-nya juga, jadi ada titik-titik dimana kita bisa minta stempel dan nantinya kita bakal dapat free post card, seru kan ? Berasa main amazing race. 

Karena kita anaknya ga terlalu ambisius, yah kita jalan pelan-pelan aja menikmati bangunan-bangunan yang cantik atau estetik dan instagramble kalau kata anak sekarang. Suka-suka aja, kita berhenti di setiap photo spot yang keren, atau kalau pas ada warung jajanan korea kaya toppokki, oden atau hotteok. Maklumlah udaranya dingin banget, jadi perlu yang hangat-hangat terus.

At the museum. Pager ?

Post Office :)

You Can wear Hanbok too...

Di beberapa photo spot favorit agak ngantri juga, kaya di patung the little prince ( I don't know why Korean really love this story) tapi memang kece sih kalau foto di situ jadi kaya kita duduk sebelahan sama si little prince dan memandang lembah gitu. Tapi karena merasa sudah dewasa,  kita memutuskan untuk ga ikutan ngantri, lagipula sayang waktu juga. Selain toko-toko dan restoran ada museum, cafe dan toko souvenir. Di tempat ini juga kita bisa nyewa baju Korea atau Hanbok kalau mau foto ala gadis Korea. Cuma karena kita udah punya plan untuk foto dengan Hanbok di Seoul nanti, yah kita puasin jalan-jalan aja menelusuri setiap gang. 

Sebenarnya yang menarik dari tempat ini adalah kita bisa berinteraksi dengan penduduk lokal. Jadi ada ahjussi dan ahjuma dan anak-anak kecil yang bermain-main di jalan ketika hari menjelang senja. Pas gue lagi nungguin temen yang lagi ke restroom, ada bapak-bapak tua yang sedang membawa anjingnya yang cute banget dan minta gue untuk megang anjingnya. Demi kesopanan yah gue tepuk dikit aja karena takut juga sebenarnya, disamping takut juga si bapak jadi tersinggung…

this is beautiful

another hotteok moment

dried flowers for souvenir

Owwlllll

Fighting, For the next seven days ahead :)

They called it lucky shoes, it so cute. But it's not cheap.


Lucky Ball Fortune Teller

Cute shop and the little prince statue..:)

Colourful Steps


Aesthetic Cafe is everywhere





Waktu kayanya cepat banget berlalunya di sini, kita harus kembali lagi ke kota karena masih ada tempat yang mau kita kunjungin plus….bisnya pun bakalan susah di dapat kalau sudah malam. Akhirnya setelah belanja kaos kaki.. Kaos kaki ? Iya, kaos kaki, karena kaos kaki di Korea itu murah banget dan bagus banget, kitapun langsung antri menunggu bis berikutnya. See you again, colourful world… :)


Cheers,
Dhidie

Saturday 6 July 2019

Yesterday Today Tomorrow in Busan


" Life is a collection moments. The idea is to have as many good ones as you can "
From 5 to 7 Movie


Jujur gue ga ikutan dalam memilih semua penginapan di trip ini, tapi dasarnya gue berangkat dengan cewek-cewek yang luar biasa, jadi kita dapat penginapan yang keren-keren dan bonusnya instagramable banget…

Kalau kemarin di Jeju kita nginap di hostel kecil-kecil gitu tapi homy banget, yang cocok buat penganut budget trip kaya kita. Tapi sesampainya di Busan, kita langsung merasa  naik derajat karena dapat hotel beneran. 

Nama hotelnya YTT hotel. Sempat penasaran kepanjangan apa YTT itu, ternyata YTT stand for Yesterday Today Tomorrow, dalem banget yah… Jadi minimal harus nginep dua malam di sini..kalau cuma semalam jadi cuma Today and Tomorrow dong.. Hahaha….

Hotel ini terletak lumayan di tengah kota Busan yaitu Nampodong, yang tenyata kawasan komersial yang dekat banget sama Nampo Market dan Lotte Busan serta kita baru ngeh di malam terakhir kalau Busan festival itu yah di daerah Nampo Market itu.  Pokoknya kita akhirnya berhasil tiba  di hotel setelah salah turun di station apa yah gue lupa namanya, jaraknya ga jauh juga sih, tapi kita kaya muncul di tengah-tengah jalan besar di tengah kota Busan. Dan kita harus menggotong koper besar menaiki lebih dari mungkin 40 anak tangga. Berasa super woman banget deh. Dan berdasarkan pengalaman itu kita akhirnya memetik pelajaran, bahwa di setiap underground station itu pasti ada lift-nya. Hahaha… telat banget yah. Jadi untuk menuju hotel dengan lebih cepat dan nyaman seharusnya kita turun di Nampo Station, begitulah teman-teman. 

Pas sampai di hotel, Gmap mengarahkan kita ke parkiran basemen hotel itu, jadi first impressionnya agak kurang maksimal. Langsung naik lift menuju lobby di lantai 2 dan kita disambut dengan sangat ramah oleh bapak manager hotel itu. Kita langsung ga berasa di Busan, berasa di Bandung. Hahaha…lebay yah ? Tapi yah gitu deh, apalagi kaya gue pernah tulis sebelumnya kita dikasih satu kamar gratis tanpa tambahan biaya apapun. So sweet banget ga sih ? Terus dikasih map tempat-tempat yang wajib kita kunjungi di Busan, plus semacam checklistnya gitu. Kita juga dikasih tahu ada fasilitas apa aja di hotel itu, kaya ada laudry room dan pantry dengan microwave buat angetin makannya.  Bahasa Inggrisnya bagus banget dan orangnya kebapakan banget dengan suara berat macam di film-film gitu. Hasil obrolan besok-besoknya, dia ternyata dulu lama mengelola hotel di Seoul dan baru kembali ke Busan setelah pensiun. Anak-anaknya sih sekarang masih tinggal di Seoul. Jadi sesuai dengan hipotesa sebelumnya bahwa Busan memang elder friendly, karena memang peaceful dan semenyenangkan itu. 

Sekian tentang si Bapak yang baik hati itu. Kita ga sabar menuju kamarnya, sebenarnya desainnya kaya hotel budget di Indonesia macam Ibis, Amaris dan sebagainya, tingginya pun cuma 8 atau 9 lantai. Tapi karena dari kemarin nginap di hostel jadi berasa ini mewah banget. 

Cozy Big Beds


Add caption

Korean Skin Care, anyone ?



I think we have a problem here.. I don't read han gul :)



Jadi dua kamar kita itu sebelahan, satu kamar besar banget, ada satu ranjang king dan satu queen, bisa aja sih buat empat orang, Cuma kelihatannya memang cuma boleh untuk tiga orang, makanya tadi kita dikasih tahu satu orang akan pakai extra bed di lantai. That’s why dia kasih kita satu kamar gratis. Gue akhirnya nempatin kamar yang gede banget ini. Fasilitasnya ada tv gede, sofa, dressing dan PC….. Wow banget ga sih. Tadinya gue berniat ngeblog di sana, pas nyalain PCnya apa daya huruf Han gul semua yang muncul… :) Tapi yah males juga kerja kali yah lagi liburan gini. Terus Kamar mandinya asli gede banget, ada bath tub dan shower, serta toilet yang terpisah. Yang paling bikin kita happy adalah di tempat amenities ada banyak skin care sachet, jadi kaya berasa untung aja. Skin care Korea gitu lho… plus kopi sachetnya pun selain nescafe ada maxim juga… Mewah…..

Minus pointnya cuma kamar kita ga menghadap ke jalan. Jadi pas kita buka jendela ga ada pemandangan apa-apa, untungnya udara masih dingin jadi buat apa juga buka jendela. 

Kamar yang satunya lagi jauh lebih kecil, tapi punya bath tub yang besar bangettttt. Katanya itu memang honeymoon room. Apa hubungannya yah… Bath tub yang besar dengan bulan madu. Desain interior overall kamarnya lebih estetik dan instagramable karena kaya lebih warna-warni gitu. Sayang gue ga sempat foto-foto di kamar itu. 

Yang bikin happy lagi adalah ga jauh dari hotel ada Sevel tempat kita akhirnya sarapan, makan siang, dan beli snack-snack anti lapar di sana. Plus managernya yang ramah banget gitu, sampai kita pernah pulang rada malam karena keasikan jalan-jalan di Nampo Market, pas ngelewatin lobby dia kaya yang cemas gitu, “ Where have you been ?” kebapakan sekali kan ? Jadi kita sebisa mungkin menghindari lewat lobby dan langsung keluar dari basemen.. 


Sedih juga pas harus melanjutkan perjalanan ke Seoul, tapi yah.. life goes on. Kita diorderin taksi untuk ke airport dari hotel. Padahal masih pengen berlama-lama di Busan. Maybe next time. Bye bye YTT Hotel. It’s really wondeful time to stay at your hotel….

Cheers,
Dhidie

Sunday 23 June 2019

Seagulls Feeding At Taejongdae

Hari ini kita kemana ?

Hari ini kita hiking, mba.

Apa???

Liburan tapi hiking ? Males banget ga sih ?
Tapi ternyata seru banget pengalaman di Taejongdae Busan ini…


Agak pesimis pas lihat itinerary hari itu. Berasa penginnya leyeh-leyeh aja di kamar hotel yang nyaman ini. Tapi masa udah jauh-jauh  ke Korea kita cuma males-malesan doang. Akhirnya setelah mengumpulkan niat dan semangat kita berangkat juga. Fighting!!

Taejongdae national park itu adalah sebuah taman alam yang menghadap ke laut. Untuk menuju ke puncak tertinggi, yaitu 250 meter, kita akan melewati hutan pinus. Katanya dari situ kita bisa melihat Pulau Oryukdo yang termasuk natural cultural heritage di Korea Selatan. Perjalanan mendaki ke atas diperlukan waktu sekitar 40 menit sampai satu jam. Dan membayangkannya saja mendadak asma gue seperti mau kumat. 

Tapi sesampainya di sana, ternyata ada dua pilihan untuk menikmati Taejongdae Park ini. Dengan cara mendaki atau mengelilinginya dengan menggunakan kapal Ferry. Tentu saja kita berempat langsung sepakat memilih opsi yang kedua dengan alasan menghemat tenaga karena hari itu masih banyak tempat yang mau kita kunjungi. Jadi kita membayar paket berkeliling dengan kapal Ferry sudah termasuk antar jemput ke lokasi. Jangan tanya harganya, karena gue lupa :)

Kita diantar sampai ke lokasi Ferry, di situ dijual snack semacam snack udang (semacam snack udang merk “double decker” inget ga ?”) yang akan menjadi umpan seagulls alias burung camar. And we’re excited.

Ketika kapal datang, kita langsung naik bersama dengan rombongan yang lain. Waktu itu Ahjussi dan Ahjuma gitu. Kemudian kapal pun mulai bergerak meninggalkan pelabuhan. Seru rasanya karena kapal bergerak terombang-ambing ombak. Tapi keseruan lainnya muncul, kita berkumpul di deck belakang kapal yang terbuka. Dan burung-burung camar mulai beterbangan di atas kepala. Kegiatan sesungguhnya pun dimulai. Rasanya seru campur takut juga ketika kita mengangkat umpan ke atas dan segerombolan burung camar akan muncul mendekat dan langsung menyambar umpan yang kita pegang. Ngeri-ngeri tapi nagih gitu rasanya. Tidak pernah membayangkan akan sedekat itu dengan burung camar. Setelah puas memberi makan burung camar, kamipun masuk kembali ke dalam kapal dan duduk menikmati angin dingin dan pemandangan di sekitar kami yang sangat indah. Rombongan di depan kami sibuk bernyanyi-nyanyi dalam bahasa Korea. Sampai akhirnya kapal kembali merapat ke tempat kami berangkat tadi. Mungkin lain kali gue akan mencoba benar-benar hiking di sini.



Destinasi berikutnya adalah Yeongdodaegyo Bridge alias Yongdo Bridge. Kami bergegas kembali menuju kota Busan.  Kami langsung menuju Lotte Shopping Avenue yang terbesar di Busan, karena katanya pemandangan jembatan ini bisa terlihat dengan jelas dari lantai atas shopping mal ini. Tapi ternyata hari Lotte Mal sedang tutup sehingga kita akhirnya berjalan mendekati jembatan tersebut. 

Yeongdodaegyo Bridge sendiri merupakan jembatan yang menghubungkan pusat kota Busan dengan Pulau Yongdo. Selain sebagai media transportasi, jembatan ini memiliki kisah sendiri pada waktu perang Korea. Berjalan menuju jembatan itu sendiri gue bisa merasakan Busan sebagai kota pelabuhan karena gue melewati toko-toko yang menjual peralatan memancing dan menangkap ikan. Ketika kami menunggu atraksi jembatan yongdo inipun beberapa orang melewatkan waktu dengan memancing. 






Menjelang jam dua siang mobil-mobil mulai dihentikan untuk tidak melewati jembatan. Tepat jam dua siang, jembatan mulai bergerak terangkat ke udara, perlahan dan menakjubkan. Bagaimana sebuah jembatan besar bisa terangkat ke udara dan akhirnya menjadi atraksi turis di Busan. Setelah jembatan terangkat penuh, mulailah lewat kapal-kapal tangker besar yang meneruskan perjalanan ke tempat tujuan masing-masing. It’s an amazing view. Bisa melihat sebuah jembatan besar terangkat dan melihat dari dekat kapal tangker besar lewat. Ketika semua kapal sudah lewat, jembatan pun kembali turun dan lalu lintas kembali berjalan normal.





Pengalaman yang luar biasa di Busan, tapi masih ada dua destinasi lagi hari ini. Let’s explore more Busan til it last…

Cheers,

Dhidie

Monday 17 June 2019

Jalan-jalan Ke Pasar Ikan Busan ? Makan Mie Pakai Es Batu ?

Meskipun ga sempat menikmati skywalk di Songdo Beach, tapi kita puas banget bisa menyaksikan matahari terbenam di Busan. Ga pernah terbayang bisa melihat keindahan siang berganti malam di salah satu kota besar di Korea Selatan. 

Langit waktu itu terlihat cantik banget. Sedikit kecewa karena skywalknya sudah tidak bisa dilalui, tapi kita bersyukur bisa melihat pergantian langit yang kemerahan menjelang matahari terbenam. Sore itu cuaca ga terlalu dingin dan saking terpesona dengan pemandangan yang indah di sekitar pantai Songdo, hawa yang dingin menggigit mendadak tidak terasa, Baru kemudian kami berempat tersadar kalau langit sudah benar-benar berwarna hitam dan matahari sudah sepenuhnya menghilang. Anginpun sudah semakin semakin terasa kencang dan dingin menampar wajah. 

The Begining of Busan Skywalk

Destinasi kami selanjutnya adalah Pasar Ikan yang terkenal di Busan, Jalgachi fish market. Sejujurnya gue waktu itu ga percaya kalau ini merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi di Busan. Pasar ikan ? Di Jakarta juga banyak kali. Tapi begitu tiba di sana, langsung terbayang adegan kesibukan pasar ikan di drama-drama Korea. Saat itu pasar ikan sudah tidak terlalu ramai. Kalau menurut gue sih suasananya seperti pasar ikan di Muara Karang tapi dengan penjual yang berbahasa Korea.. :P 

Ikan-ikannya terlihat segar karena baru saja ditangkap oleh para nelayan. Selain lapak-lapak penjual ikan terdapat beberapa resto kecil tempat dimana kita bisa langsung memasak ikan yang kita beli di pasar. Meskipun terlihat menggiurkan tapi kita menahan diri tidak makan di sana karena berdasarkan referensi manager hotel maupun supir taksi yang membawa kami, harga-harga masakan di resto di pasar itu cukup mahal dan tidak sebanding dengan rasa masakannya. Sampai di ujung jalan, ternyata terdapat sebuah bangunan megah yang merupakan gedung tempat dilakukannya transaksi jual-beli ikan yang lebih modern yang sudah terlihat lengang karena hari sudah beranjak malam. 

Welcome to Jalgachi Market :)

Ikan asinnya rapi....

Rasanya tidak rela kalau harus kembali ke hotel karena kami masih ingin mengeksplorasi Busan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan malam di Nampodong Market yang terletak tidak jauh dari hotel. Banyak sekali jajanan pinggir jalan di sini, tapi karena masih was-was dengan kehalalannya, kami akhirnya mencari restoran vegitarian. Untung banget salah satu dari kami bisa berbahasa Korea sehingga bisa bertanya terlebih dahulu. Kami masuk ke sebuah restoran yang dimiliki oleh seorang bapak-bapak tua yang sangat ramah. Kami memesan Naengmyeon alias mie dingin Korea. Kami memesan dua macam, yang berkuah kaldu dan yang berbumbu pedas serta satu kimbap. Jujur gue lebih suka yang pedas dibanding yang kaldu, karena agak aneh aja makan mie pakai es batu. Dan imbapnya juga enak banget dong Bapak pemilik restoran ini pun sangat ramah dan bahasa Inggrisnya bagus. 

Makan Mie Pakai Es Batu ?
Sarangae.. :P

Beautiful Kimbab


Tepat di depan restoran ini terdapat sebuah kedai Hotteok. Gue belum pernah dengar tentang makanan ini  yang kata temen-temen gue sering ada di drama Korea dan ternyata gue suka ( dan dimulailah our non-stop hotteok trip.. :P) Berasa ada di drama Korea. Kalau yang belum tau jajanan ini, ini tuh semacam Pancake yang digoreng dengan isi macam-macam seperti selai kacang maupun gula dan madu saja. Jajanan ini adalah jajanan khas musim dingin, karena memang dimakan panas-panas sehingga membuat tubuh jadi hangat. Si penjual yang baik hati juga memberi kami gratis satu buah hotteok dengan isian es krim vanilla yang ternyata sama enaknya dengan hotteok panas. Gomawo, Ahjussi…

Hotteok Ice Cream for Free...
Setelah menikmati hotteok sambil duduk di pinggir pertokoan dan memperhatikan orang yang lalu-lalang, tiba-tiba kami ingat pesan Bapak Manager hotel untuk tidak pulang terlalu malam karena Busan bukan tempat yang terlalu aman. Kami segera berjalan pulang ke hotel dengan hati senang dan perut kenyang.

It's really an unforgettable Busan's experience day one !!


Cheers,
Dhidie