Featured post

Tuesday 21 June 2022

Ngopi di Belakang (Mantan) Kantor

Banyak banget yang baru di Bandung. Pas nyari2 tempat ngopi yang kira2 gak biasa, gue nemu ini, dan ternyata tempatnya tepat di belakang kantor cabang yang dulu sering banget gue kunjungi. Ini semacam diajak bernostalgia dengan cara yang tak terduga...


Sebelum ngopi kita jalan pagi dulu di Gasibu, karena penasaran aja sama gasibu yang baru. Ternyata lumayan enak cuma kemarin udah terlalu siang jadi agak panas. Ada air mancur gitu kalau sekarang. Padahal dulu pas jaman kuliah juga gak pernah tuh olah raga di sini.. hahaha... Paling sering makan nasi timnya aja..


Dulu sih, pas masih kos sempet beberapa kali sok2an olah raga di monumen, karena deket banget sama tempat kos. Tapi lebih sering lagi makan pecel lele... Hahahaha.. Makan melulu yah. Di monumen ini ada monumen baru namanya monumen Covid, di situ tertulis nama2 nakes yang gugur karena Covid. 

Monumen Pahlawan Covid-19

Lalu habis sarapan dan butuh kopi, gue udah browsing tempat ngopi terdekat yang di daerah Dago. Ada yang menarik namanya Kyomi Space. Katanya nuansa2 Jepang gitu. Jadi penasaran kan? Sempet muter sekali karena gak nemu, dan ternyata itu ada di balik mantan kantor cabang Bandung. Terakhir dua tahun yang lalu belum ada, kita malah sering nongkrong di depan warung di depan yang sekarang kaya udah jadi warung yang lebih serius. Gimana tuh warung yang lebih serius? :)


Tempatnya kaya rumah tua tapi dipercantik dan di desain gaya Jepang. Pas nyampe langsung berasanya kaya ke rumah nenek gitu. Dan enggak kaya ada di daerah Dago yang jalanannya sibuk dan ramai. Pas kita dateng juga sepi banget, jadi co working space juga ada beberapa ruangan private dan beberapa yang lagi WFC juga, working from coffee shop:)


Kemudian gue bingung mau minum apa, karena beberapa hari minum kopi terus. Mau pesen piccolo, tapi kok bosen. Akhirnya gue pesen creme Brulee. Kopinya enak cuma kayanya emang tempatnya enak buat nulis atau kerja gitu, karena sepi bangetttt....  Tapi tempatnya emang lucu sih kalau buat foto2. Puas juga foto2 sambil ngobrol2... Mau sih balik lagi, tapi bawa laptop dan sendirian... 






Cheers, Dhidie

 

Sunday 12 June 2022

Sebulan yang lalu...

 Satu bulan yang lalu. 



Ketika aplikasi Whatsapp menjadi saksi percakapan dan sumber berita yang paling ditunggu. Ketika otak tidak bisa berpikir jernih karena dipenuhi oleh kecemasan dan kekhawatiran. Ketika hati sibuk melakukan penolakan dan menyebutkan mantra bahawa semuanya akan baik-baik saja. Ketika ruang cuci menjadi saksi keikhlasan apapun yang terbaik harus terjadi, terjadilah.  Ketika dapur menjadi tempat terakhir untuk membuat keputusan, Okay, kita harus ke Bandung sekarang. Ketika perjalanan Jakarta Bandung menjadi terasa lebih panjang dari biasanya. Ketika dering ponsel sepanjang perjalanan menjadi begitu menakutkan. Ketika tangis meledak berkali, kemudian diam, kemudian menangis lagi sepanjang perjalanan. Ketika zikir dan doa tidak henti-hentinya dilafalkan berdampingan dengan deru ban mobil yang melaju dengan kencang.  

Ketika akhirnya takdir yang harus dihadapi di depan mata, kenyataan yang berbicara bahwa Papa sudah tidak ada. 

Pa, bagaimana Didi bergegas di lorong rumah sakit itu dengan pikiran kosong. Dengan satu tujuan bahwa Didi harus lihat Papa. Dengan sedikit asa yang Didi tahu tidak mungkin, bahwa setidaknya Didi masih bisa bertemu Papa. 

Pa, tahu gak rasanya, ketika Didi menemukan wajah Papa sudah tidak bisa dilihat lagi. Didi marah sama Papa. Kenapa sih Papa gak nunggu Didi, Didi marah karena sekarang Didi udah gak bisa lagi peluk Papa, karena air mata Didi cuma akan memberatkan Papa. Didi cuma lihat Papa dari jauh, Didi gak mau mendekat karena Didi masih marah kenapa Papa harus pergi.

Pa,  Didi mulai bisa menerima ada alasan kenapa Allah gak izinkan Didi untuk menemani Papa di saat2 terakhir, ada alasan kenapa google map bikin kita tersesat di perjalanan menuju pemakaman. Mungkin Allah pengen kenangan terahir Papa dengan Didi adalah ketika Papa ke Jakarta di hari ulang tahun Didi tiga minggu sebelum Papa pergi.  Ketika Papa tiba-tiba terlihat sehat dan ceria di perjalanan ke Jakarta Papa setelah dua tahun tidak pernah ke Jakarta. Ketika Papa dengan terpaksa menuruti keinginan kita untuk foto-foto di hotel, tapi ternyata hasilnya senyum Papa yang paling sumringah di foto itu. 

Ma kasih yah, Pa. Di tulisan ini Didi gak perlu cerita betapa baik dan tegasnya Papa dalam memimpin keluarga. Karena semua orang yang datang melayat dan mendoakan dan kehilangan Papa sudah tahu tentang hal itu. 

Sekarang Didi cuma lagi belajar bagaimana untuk tidak berharap disambut di pintu rumah Bandung ketika datang sambil mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan Papa, "Jam berapa dari Jakarta?" Didi lagi belajar bagaimana merawat tanaman yang hampir semuanya Didi ambil dari taman Papa :) Didi lagi belajar untuk memulai baking lagi tanpa rasa menyesal karena tidak pernah belajar membuat kue yang bisa Papa makan. Didi juga sedang belajar bagaimana tetap bisa membuat bangga Papa tanpa tahu bagaimana cata menunjukkannya nanti kepada Papa.

Bye, Pa. Miss you....

Wednesday 8 June 2022

Malam Takbiran di Jalan Braga

 Siapa yang punya kenangan sama Jalan Braga? Sebenernya sih gue juga gak punya kenangan2 amat sama jalan ini. Tapi jujur, sejak awal gue mau kuliah di Bandung dan gue ngelewatin jalan ini gue tuh langsung jatuh cinta sama jalan ini.
Ada yang sama ?


Mungkin karena pada dasarnya gue selalu suka sama bangunan tua yang kelihatannya lebih cantik. Kemudian suasananya juga yang chill banget, kaya hidup tuh jadi melambat kalau kita ada di antara bangunan tua gitu. Bener ga? Ditambah banyak kedai dan restoran yang dari dulu sejak orang tua gue kuliah di Bandung memang sudah ada di situ dan memang dipertahankan gitu aja, gak berusaha menjadi lebih modern juga. Dan ada juga penjual-penjual lukisan yang memajang lukisannya di atas trotoar. Meskipun dulu kata "estetik" belum menjadi trend, gue akui Braga sudah estetik dari zaman gue kuliah dulu. Dan saking cintanya gue, waktu nulis buku Trilogi Love's Labyrinth, selalu ada bab yang berlatar belakang Jalan Braga ini. 

Apa sih yang berbeda, Jalan Braga dulu pas zaman gue kuliah dan Jalan Braga yang sekarang? Lebih cantik sih kalau gue bilang, lebih tertata dan lebih pejalan kaki friendly. Masih ada sih restoran Braga Permai, Cafe Canary, Toko roti Sumber Hidangan dan Toko Buku Djawa (yang sekarang malah terkenal dengan kopi susunya yang enak banget).  Yang udah gue gak lihat adalah mungkin French Bakery dimana gue dulu gue suka beli roti jagung dan toko parfum yang ngejual parfum-parfum bermerk dengan harga miring. Miring ke kanan atau ke kiri? Hahaha....

Braga yang sekarang sudah ada kursi-kursi buat istirahat di trotoarnya yang juga lebih rapi. Ada beberapa kedai kopi kekinian dan beberapa pub.  Ada Circle K dan Alfa Mart juga, ada Wendy's dan Starbucks dan ada semacam mal kecil yang gue lupa namanya. Intinya lebih mengikuti perkembangan zaman juga. Gue juga ngeliat banyak anak-anak muda yang hang-out di situ terus ada orang pakai kostum2 gitu yang bisa diajak foto2. Seru sih...

Akhirnya karena bingung mau kemana, kita ke salah satu coffee shop yang kelihatan menjanjikan. Cuma karena dia punya jendela yang menghadap ke jalan... Hahaha.... 
Yah gitu deh, lumayanlah buat sedikit mengenang dan kemudian menyadari betapa tuanya gue.. Hahaha.... 
Meskipun sebentar aja, tapi menikmati Jalan Braga di Malam Takbiran bisa bikin gue sedikit mengenang masa-masa indah di Bandung dulu. 

Demi duduk di depan jendela :)





Tebak dong gue minum apa?


Lucu yah coffee shopnya

Lebih Rapi dan Pejalan kaki friendly

Salah satu Coffee Shop

Bundaran Braga

Tuesday 7 June 2022

Memoar

 

Banyak yang terjadi dalam satu bulan ini. Banyak yang berubah hanya dalam hitungan hari. Banyak kata yang ingin ditulis, sebanyak kata yang ingin disampaikan. Tapi mungkin bukan sekarang karena saat ini gue masih dalam tahap belajar, bagaimana melanjutnya hidup tanpa harus memecah tangis di tengah keramaian maupun di dalam kesendirian. 

Maybe one day I will write many good memories about you, but not today.

Cause, Pa, I'm still learning how to continue life without you.