Featured post

Tuesday 27 December 2022

Year 2022 for Me

 Happy New Year!!

Belum sih, masih beberapa hari lagi menuju tahun yang baru :) Tapi, apa sih arti 2022 buat gue? Dan buat kamu?



Tahun 2022 mungkin untuk lebih mudahnya akan gue buat menjadi tiga fase:

Pertama, January - April, Fase Penulis

Iya, gue kembali menulis. Di tahun 2022 ini gue menyelesaikan beberapa buku. Not really a book sih. Mungkin lebih tepatnya gue menyelesaikan beberapa cerita. Gue pernah nulis juga gimana gue berakhir dengan sekumpulan penulis yang hobi menulis antologi. Antologi ada kumpulan cerpen. Bermula dari ajakan yang iseng2 gue terima sampai akhirnya berakhir dengan keterlibatan pada lima buah novel antologi dan satu buah novel gue sendiri. Pokoknya gue berusaha keluar dari zona nyaman gue. Gak bermaksud apa2, tapi pada akhirnya gue sadar kalau gue tidak bergabung ke sebuah publisher besar, gue hanya akan menelurkan karya dan gue tidak bisa mencari uang dari sana. Dark Side; Aku, kamu dan kopi; 4 Dongeng Istimewa; Memoar dan Dear Anakku. Dan Sebuah novel berjudul, Cerita tentang Langit dan Senja akhirnya menutup perjalanan menulis gue untuk sementara. Karena proyek yang terakhir yaitu challenge menulis novel selama satu bulan penuh terjadi terlalu menguras tenaga, pikiran dan waktu, malah membuat gue ingin istirahat sejenak dari aktivitas menulis. Itu yang yang terjadi dalam empat bulan pertama di tahun 2022. 

Kedua, May - Agustus, Fase Kehilangan

Masih gak mau mengingat, tapi memang ini adalah kenyataan, empat bulan kedua menjadi fase kehilangan di dalam keluarga kami. Papa akhirnya terbebas dari segala sakit yang dideritanya. Papa akhirnya kembali ke hadapan Allah SWT. Di fase ini gue merasa benar2 terpuruk. Gue gak pengin melakukan apa2. Gue berhenti melakukan segala sesuatu. Semua yang gue lakukan hanya sebatas jadwal yang memang biasa gue lakukan. Gue malas melakukan apa2. Bahkan gue berhenti menerima pesanan kue dan gue berhenti menulis. Gue juga disibukkan dengan si bungsu yang mau masuk SMA. Satu hal baik yang mungkin terjadi di kuartal kedua ini adalah gue pertama kalinya main angklung di luar kota. Dan gak tanggung2 di hotel Tentrem di depan Gusti Putri. Lalu main angklung di Museum Nasional Jakarta, kemudian untuk pertama kalinya sejak kepergian Papa kita berkumpul lagi lengkap satu keluarga di Lembang. 

Ketiga, September -  Desember, Fase Recovery

Kuartal ini diawali dengan sebagian besar keluarga besar terkena Covid. Ada duka, ada doa dan air mata. Tapi Alhamdulillah semuanya sudah kembali sehat. Gue juga mulai disibukkan dengan segala kepengurusan, dan semakin terasa perbedaan semua aktivitas yang kembali menjadi normal. Harus adaptasi lagi, waktu seperti berlari. Terkadang masih rindu untuk kembali bekerja di kantor. Tapi masih sulit untuk melepaskan waktu bersama anak2 yang begitu berharga, bisa morning walk di GBK dan bisa yoga sendiri setiap pagi.  Mungkin gue harus mencari cara lain untuk menghasilkan uang tanpa harus terjebak di dalam rutinitas dan jadwal yang padat. Aktivitas financial sharing sebentar lagi akan mengembangkan sayap menjadi sebuah channel podcast bernama Rumpi Finansial.  Dan gue juga akhirnya bisa membuat satu channel podcast yang membahas tentang drama korea. Gue kembali menulis di blog ini, dan gue memiliki saluran baru untuk menulis tentang makanan di aplikasi pergi kuliner. Di bulan Desember ini si bungsu akhirnya berangkat umroh, yang nampaknya menutup perjalanan tahun 2022 ini dengan sempurna. 


Hampir tidak ada mimpi di tahun 2022 ini. Hanya menjalani apa yang harus dijalani. Dan bersyukur atas apa yang sudah diberikan. Dan belajar dari apa yang sudah terjadi. 

So Long 2022, Hello, 2023!

Cheers, Dhidie

Saturday 24 December 2022

Minum Kopi di Ketinggian : Kopi Banaran #PKLSMG

 Akhirnya Semarang. Kota Lumpia dan Wingko Babat. Terakhir kali ke sini tahun berapa yah? Pokoknya kaya masuk ke wishlist gue karena gue punya dua sahabat yang tinggal di sana. Dan waktu kecil juga pas road trip pulau Jawa sama keluarga, Semarang termasuk kota yang cukup berkesan buat gue. Tapi kali ini beda, kan perginya bareng tetangga...



Salah satu yang menarik buat itinerary ke Semarang ini adalah kita bakalan ngopi di Kampoeng Kopi Banaran. Pernah denger tapi lupa ada apa sih di situ. Ternyata kopi Banaran ini merupakan area perkebunan kopi milik PTPN, makanya luas banget. Cuma mereka bekerja sama dengan pihak swasta untuk bikin semacam tempat rekreasi, kaya ada stall2 makanan, ada cafe dan restoran juga dan tempat main untuk anak2. 



Begitu sampai di restorannya, langsung disambut dengan udara yang segar. Karena memang letaknya yang cukup tinggi. Excited ngeliat view nun jauh di sana, ada danau apa yah namanya kok gue lupa. Bentar googling dulu. Oh yah, namanya rawa pening. Katanya sih ada wisata airnya juga, tapi karena waktu yang terbatas kita memilih untuk eksplore kebun kopinya aja pakai mobil golf. 





Lumayan lama sih leyeh-leyeh di sini. Karena pas baru datang kita disuguhin, kopi, lumpia, tahu baso dan wingko babat serta kopi dan teh panas. Jadi langsung berasa kenyang padahal sebentar lagi jam makan siang. Terus sibuk deh kita foto2 di spot yang memang khusus disediakan. Lagi2 lihat yang hijau2 bikin hati jadi damai. Apalagi sambil ngerasain semilir angin pegunungan. Kaya pengen berlama-lama di situ.








Tour kebun kopinya juga menyenangkan. Masuk2 ke kebun kopi, lihat pohon kopi ada monyet juga. Terus foto2 deh. Dan gue baru tahu kalau kopi itu cuma dipanen satu kali dalam satu tahun. Akhirnya lihat pohon kopi juga. 




Makan siang yang disajikan juga lumayan enak, gue milih nasi wader. Wader tuh ikan kecil, kaya kalau di Bogor mah mungkin ikan balita kali yah tapi ini ukurannya lebih kecil. Tasty juga, tapi karena masih kenyang sama snack jadinya harus ngabisinnya dengan susah payah. Seru aja sih makan siang sambil ngeliat kebun kopi. 



Setelah selesai makan, kita chill out lagi, ada juga yang lanjut line dance. Dimanapun kapan pun yah saudara2. Mungkin kalau bawa angklung kita udah main angklung...Hahaha...

Yah gitu deh, perjalanan day di Semarang. Nanti malam kita mau melewatkan malamnya di kota lama Semarang. Gak sabar.


Cheers, Dhidie

Pekalongan Semarang - Trip di Akhir 2022 #PKLSMG

Sempat on and off antara mau ikut trip akhir tahun ini. Karena tanggalnya pas bertepatan sama anak gue ulang tahun. Tapi setelah menimbang dan mengukur, serta mendapatkan restu dari pihak2 terkait, akhirnya gue memutuskan untuk berangkat. Dan keputusan terbaik bulan ini sih karena gue tidak menyesal sama sekali... :)



Jadi kita berangkat naik kereta Argo Mulia jam 7.05 pagi. Lumayan sih excited, seperti biasa kalau pergi rame2 gini, 25 orang, kaya berasa gerbong milik kita sendiri. Meskipun agak gak enak hati pas kita agak ribut yah, dan gue seperti biasa memilih untuk tidur. 

Gak kerasa setelah sekitar 4 jam di perjalanan, kita sampai juga di stasiun Pekalongan, buru-buru turun karena kita cuma transit aja keretanya. Terakhir gue ke Pekalongan itu sama ibu2 juga, 9 tahun yang lalu. Gak kerasa banget yah. Dan tujuan pertama begitu sampai adalah restoran milik Dian Pelangi di daerah Batang. 

First stop restoran Kaca Langit

Dingin2 makan tekwan


Selama ini kan cuma baca kabupaten Batang di TV aja kan? Ternyata dia kaya dataran tinggi semacam Lembang atau Dago Atas lah. Sekitar satu jam ke sana dari Kota Pekalongannya. Seneng pas nyampe karena jadi bisa lihat yang hijau2 perkebunan. Jadi nama daerahnya itu Kembanglangit. Makanya rata-rata restoran atau kafe di sana pakai nama Langit atau Kembang. 

Kita sholat dan lunch di sana. Lanjut ngobrol-ngobrol santai sambil menikmati suasana pegunungan. Sempat hujan lumayan deras, tapi kita nikmatin aja karena kita duduk di kaya lantai atas gitu yang atapnya transparan jadi syahdu aja ngeliatin titik hujan. Setelah hujan muncullah kabut tebal. Pemandangan yang juga sudah jarang bisa dinikmati sekarang, bahkan di Lembang sekalipun. Biasanya lihat asap polusi aja kan yah? Hahaha

Dari situ, kita lanjut ke kotanya lagi. Langsung ke Butik Dian Pelanginya. Betah kan biasa, cewek disuruh belanja. Dan udah beda banget sama kondisi sembilan tahun yang lalu. Tapi masih seru buat ngubek2 cari daster dengan motif shibori di sana. Dan daster yang gue beli sembilan tahun yang lalu tuh kaya masih awet dan gak berubah. Emang jarang dipake sih, jadi gue beli lagi aja, kali ini tangan panjang karena udah berhijab kan?

Capek belanja, udah pliket juga, kita ke penginapannya jalan kaki aja. Karena kita masih ada acara makan malam habis ini. Semuanya di lokasi yang sama sih. Penginapannya homy banget, berasa Losmen Bu Broto, barang2nya personal banget dan kaya hand picked gitu. Jadi berasa kaya lagi bertamu di rumah orang bukan di penginapan. Kayanya semuanya pengin gue foto untuk diabadikan. Kita makan malam di restorannya yang juga cantik banget dekorasinya. Jadi pengin bawain keramik2 di rumah Nyokap habis ini... Hahaha


Kita Makan Malam di sini 

Berasa kaya lagi sarapan di rumah kan?

Keren banget vibes nya

Banyak aksesoris antik lucu2 di sini


Alhamdulillah bisa tidur nyenyak malam itu. Dan kita dapat surprise makan pagi yang lezat banget. Semuanya enak dan hampir gak ada yang fail rasanya. Gue makan nasi megono yang kayanya gue baru makan saat itu pertama kali. Pokoknya breakfastnya paket lengkap dengan ruang makan dengan meja panjang yang berasa kaya lagi di ruang makan keluarga. 

Yah, gitu deh, masih harus perjalanan lagi ke Semarang. But I really have a good time here in Pekalongan yang katanya kota penghasil batik yang konon penghasil pendapatan daerah tertinggi juga. 

Next kita Semarang, See you...



 

Wednesday 21 December 2022

Kafe boho tercantik, bonus dilayanin robot...

 


Tak sengaja, lewat depan rumahmu. Eh gak dong.. Maksudnya kita nemuin kafe ini tuh gak sengaja. Awalnya mau cuci mobil aja di daerah Tubagus Ismail. Dan ternyata berbonus bisa ke kafe yang cantik banget.


Namanya Reveuse. Hm... bingung sih artinya apa, karena kalau dibaca cepat jadi seperti Refuse alias menolak. Tapi setelah pakai google translator, arti pengkhayal. Ooh... Alhamdulillah bertambah lagi satu kosa kata hari ini. 

Ini asli gak keliatan sih dari luar dan gak pernah masuk ke wishlist trip gue ke Bandung. Tapi ternyata, ini interior Boho terniat yang pernah gue lihat. Jadi interiornya benar2 kaya kafe2 di Korea dan tempatnya juga memang luas banget. 

Jadi, gue yang memang excited sama Boho style dan warna pink dan hijau kaya berasa dimanjain banget matanya. Rasanya pengen berlama-lama menikmati interior yang super cantik ini. Tapi apa daya, ketika cuci mobil selesai kita harus pulang..Hahaha...

Makanannya enak ga? Hm... menunya sih so so aja, dan gak banyak variasi juga. Berhubung kita memang gak berniat makan berat jadi order yang ringan2 aja, seperti cireng misalnya.. Hahaha tetep yah. Dan yang mengejutkan gue gak expect kalau robot yang sering gue lihat di drama Korea yang bakal nganterin makanannya.... 











Overall experience, yah... cukup menghiburlah. Karena bisa jadi ide interior di rumah juga...

Cheers, dhidie





Tuesday 20 December 2022

Jajan Pastry di Bandung

 



Waktu zaman kuliah dulu, kayanya jajanan di Bandung cuma ada bakso malang, Bakmi, ayam goreng, mie kocok, batagor, yah pokoknya yang tradisional2. Waktu dulu juga lagi musim warung2 steak murah meriah. Atau kalau mau yang rada2 western, cuma ada cafe Oh La La di Dago, Kafe Victoria Di BIP atau makan di PT RASA di Jalan Tamblong. Atau kalau mau yang seger2 minum Yoghurt di Cisangkuy plus jajan kentang goreng sosisnya. Udah deh simple. Tapi sekarang 20 tahun kemudian Bandung penuh dengan coffee shop dan kafe2 yang jual dessert dan pastry. Dan banyak yang enak2 dan bikin kangen. Jadi sekarang kalau ke Bandung pengen nyobain semuanya rasanya. Karena emang enak2 sih....

Dimana aja?

Yang pertama ada Ambrogio Patisserie, yang letaknya di Jalan Banda. Kayanya ini udah umum dan semua orang tahu yah. Waktu itu ke sananya pagi-pagi. Jadi yah gak makan berat, cuma pastrynya belum semuanya ready sih, jadi waktu itu gue cuma almond croissant yang katanya enak dan mango cake yang signature dessertnya. Icip2 macaroonnya juga. Dan semuanya enak, gue lupa sih gue order kopi apa, mocha atau apa gitu, agak mahal sih kalau buat ukuran Bandung, tapi banyak banget, pake gelas tinggi gitu. 

Cafe ini juga punya menu makanan berat yang harganya menunjukkan kelasnya. Karena gue juga suka masak gue yakin harganya sama dengan kualitas sih, kalau lihat dari lokasi, udah pasti dia pakai ingredients yang premium. Makanya semua yang gue pesen enak2 dan pake teknik bikinnya.

Untungnya karena pagi, suasananya jadi gak terlalu rame, padahal biasanya, apalagi weekend orang sampai antri2. Jadi kita masih bisa nikmati suasana kafe yang tenang dan nyaman banget. Cuma gak asiknya, karena pas kita udah selesai dan mau bayar, dessert dan pastrynya udah lebih lengkap di display dan semuanya tampak enak. Mungkin lain waktu harus diulang. By the way, Ambrogio itu bahasa Italia yang artinya Abadi. Seperti nama toko roti yah? Hahaha







Kafe yang kedua, namanya Bellamie Boulangerie, keren yah. Bacanya harus pake aksen Perancis yah. Kalau bahasa Perancis artinya tampan alias ganteng. Emang ganteng sih, enak2 semua. Kalau yang ini lokasinya di Cihapit. Tempatnya lebih kecil dan agak susah cari parkir. Terus gak tau kenapa suasananya lebih hiruk pikuk aja. 

Pas lihat displaynya, bingung dong mau pilih apa. Karena semuanya tampak enak dan layak dicoba. Akhirnya gue menjatuhkan pilihan pada croissant cheese, kemudian akhirnya memesan peach pastry, bahn mi, sandwich dan croffle. Tapi gak rugi sih, karena semuanya enak.... Kopinya juga gue pesen yang caramel pop corn, dan itu enak banget. Pesen satu minum untuk berdua karena takut porsinya sebanyak di Ambrogio kemarin, tapi ternyata tidak. Jadi lain kali pesen minum sendiri2 aja yah, daripada seret. Oh yah, saking banyaknya sampai di-take away sebagian.




Tempat ketiga itu, semacam hidden gem. Karena mungkin gue gak bakal bisa balik lagi ke situ sendiri. Namanya Waroeng Snoepen. Tempatnya kecil kaya di ruko gitu di daerah geger kalong. Bisa di-googling sih sebenernya. Tadinya udah kaya underestimate sih, masa enak? By the way, snoepen tuh dalam bahasa Belanda artinya camilan. Lengkaplah kosa kata kita dari berbagai negara kan? Hahaha...

Terus gue karena belum sarapan gue pesen croissant tunanya, padahal katanya cheese croissantnya yang enak. Tapi yah sudahlah, terus gue pesen kopi dari sister companynya di sebelahnya. Dan benar saja dong, enak. Harganya juga paling murah di antara pastry2 yang kemarin gue coba, meskipun tempatnya kecil dan belum tentu bisa makan di situ kalau pas lagi rame tapi lebih sejuk karena memang terletak di daerah atas. Pengen sih next time coba yang lain, kalau punya banyak waktu....





Jadi sebenarnya mana yang paling enak? Yah, preferensi aja sih. Kalau mau beli suasana, kalau mau fancy2 yah ke Ambrogio. Kalau mau makanan yang enak dan lumayan terjangkau ke Bellamie. Tapi kalau mau sesuatu yang humble but really good yah ke Snoepen. Udah sih gitu aja....

Cheers, Dhidie

Wednesday 9 November 2022

Ke Garut Yuuk....

 Akhirnya setelah 6 bulan Papa pergi, gue ke Garut lagi.

POV wisatawan lokal yang kegirangan


Time flies, gak kerasa tiba2 udah 6 bulan aja. Dan rasanya masih kaya Papa masih ada. Cuma sekarang gak bisa ketemu aja. Kaya semuanya masih bisa diingat dan dirasakan. Dan rasanya gak sabar untuk bisa ketemu lagi. Kan kan jadi sedih...

Anyway, banyak yang terjadi selama enam bulan ini. Karena mulai disibukkan lagi sama segala kegiatan offline, bikin susah banget nge-pas-in waktunya buat ke sama2 berkunjung ke makam. Yah, bersama-sama maksudnya cewek2 keluarga Surachman aja. Karena memang yang paling fleksibel waktunya. 

Seperti biasa, kalau direncanain kayanya gak bakal kejadian. Bolak balik ada aja alasannya tiap ketemu weekend, gak cuma weekend, weekdays pun susah banget matching-in jadwalnya. Sampai suatu hari akhirnya disepakati, yuk kita ke Garut. Cuma dalam hitungan menit tanpa rencana2 terciptalah rencana itu. 

Finally, girls trip..

Karena mau ke Garutnya pagi biar gak macet dan kita berencana pulang hari aja, sehari sebelumnya gue berangkat. Dan meskipun weekdays dan bukan hari Senin, tol JORR itu luar biasa macetnya. Gue sampe udah bangun tidur bangun tidur di shuttle yang gak bergerak dari Jati Asih. Tapi untungnya setelah masuk ke Cipularang kita bisa jalan agak cepat dan tibalah dengan selamat di Pasteur. Dan seperti biasa perjalanan ke Bandung di malam hari itu, mengingatkan kepada malam itu, dan jadi overwhelmed banget buat gue, sampai akhirnya gue memaksakan untuk tetap tidur. 



Besoknya, pagi2 dengan excited kita berangkat ke Garut. Alhamdulillah macetnya tipis2 aja di titik2 yang memang biasa macet aja. First stop kita adalah rumah Tarogong. Masih breaking my heart sih ngeliat saung yang sudah enam bulan ditinggal pemiliknya. Jujur gak tahan buat berlama-lama di sana. 

Kemudian, lanjut ke makam. Jadi esensinya adalah gue lebih ngerasa lebih dekat sama Papa ketika gue baca surat Yasin di Kamis Malam atau setiap berdoa bareng anak2 setiap kali habis shalat berjamaah. However, seneng juga bisa nengokin makam Papa. 

Assalamualaikum, Papa


Lalu, kemana lagi? Yah, kita cari makan siang. Karena biasa kalau lebaran kita males buat jalan2 menjelajah kota Garut. Karena udah kecapean macet pas menuju-nya plus udah pasti pas Lebaran tuh Garut menjadi kota yang teramat sangat macet. Jadinya boro2 deh pengen explore Garut pas Lebaran. Dan jarang banget gue ke Garut kalau gak pas libur Lebaran. Yah gitu deh. 

Setelah mendapat pencerahan dari warga Garut. Akhirnya kita menuju daerah yang namanya Bayongbong, yaitu sebuah kecamatan di arah Barat Daya Kota Garut. Dataran yang tinggi yang merupakan daerah persawahan yang ternyata sekarang banyak restoran2 yang kelihatan cukup modern namun memanfaatkan kesejukan pegunungan dan pemandangan sawah yang terhampar di depan mata. 

Part 2: Explore Garut

Karena sudah lapar sekali. Literally lapar banget banget, berdasarkan rekomendasi kita langsung makan di warung nasi Cisitu. Dari luar seperti biasa aja, seperti warung2 nasi pada umumnya. Ada versi bale2 dan tempat duduk seperti restoran pada umumnya. Menunya pun seperti warung nasi lainnya, ayam goreng, ati ampela, ikan bakar, sambal. Yang menggiurkan mungkin kita melihat sate yang sedang dipanggang di pintu masuk.  Dan untungnya dalam perjalanan mencari toilet, gue menemukan bahwa ternyata ini bukan warung nasi biasa. Ternyata di bagian dalamnya ada semacam bale2 yang menghadap ke sawah plus bisa melihat gunung juga. Langsung dong gue excited manggil teteh dan mama untuk pindah  duduk. 

Lunch with Sawah View

After chilling for Hours

Makanannya sendiri lumayan enak dan karena lapar berhubung gak sempet sarapan yang proper paginya, makannya kaya gak pakai nafas, kita bertiga makan dengan khidmat... dan nikmat... hahaha. Selesai makan kita pergi ke satu kafe yang lagi happening di Garut. Dan ternyata punya view yang luar biasa keren juga. Kita chill2, bengong2 sambil ngobrol dan sesekali foto2. Pokoknya kaya menghabiskan waktu tanpa terburu2. 

Kucing di Gang yang menolak untuk difoto

Pulang dari situ masih ada satu lokasi lagi yaitu silaturahmi ke adik mama yang tinggalnya nempel sama rumahnya kakek gue dulu. Setelah ngedropin mama, biar Mama puas ngobrol2nya, kita pergi ke pusat kerajinan kulit di Garut. Dan seumur hidup gue, baru sekali ini gue mampir ke sini. Not bad sih, banyak yang bisa dilihat, harganya harus pinter2 nawar aja sama milih barang yang kualitasnya memang bagus. Dan kalau gak nahan2 dan inget banyak sepatu2 gue yang belum sempet gue donasiin di rumah, kayanya gue bakalan kalap belanja. 

Right or Left?

Suits your mood chocolates

Nextnya, masa sih gak mampir ke toko oleh2. Beli oleh2 apa sih kalau ke Garut? Udah pasti harus beli dodol yang aneka rasa itu, terus jangan lupa beli coklat2 lucu yang bisa ngewakilin perasaan. Oleh2 lainnya yang jarang ada di toko oleh2 sih sebenarnya dendeng sapi penuh lemak dan abon yang enak banget, tapi kalau itu harus beli di pasar aja. Yah, gitu deh.

Puas gak jalan2 ke Garutnya? Puas dong, tapi sebenernya gue masih pengen nyobain nginep lagi di penginapan yang ada pemandian air panasnya, kaya masa kecil dulu. Yah intinya Garut masih tetap indah dan seperti tidak berubah. Masih kota kecil yang sepertinya sedang beradaptasi menerima perubahan yang dibawa oleh para wisatawan yang mengunjunginya. 

Udah sih gitu aja,

Cheers, Dhidie.








Sunday 30 October 2022

Decluttering...susah amat sih!!!

 Kayanya kalau lihat vlog orang2 di Youtube tuh gampang banget untuk melakukan decluttering. Yah, minimal lemari bajunya mereka. Tapi kenyataannya...ga semudah itu, Isaura!

Awalnya gue harus men-decluttering baju2 gue adalah karena satu lemari yang biasanya menjadi tempat gue menyimpan harta karun gue harus dikosongkan. Jadi yah terpaksa gue harus bisa membuat lemari baju gue yang sekarang muat dengan segala barang yang berasal dari lemari tersebut. 

Akhirnya gue berhasil mengosongkan dua lemari tersebut, ada yang gue buang, donasi ataupun gue simpan. Yah kaya teori2 di Youtube, ada box yang isinya Keep, Maybe and Donate, yah yang gak masuk ke kategori semua itu terpaksa harus dibuang. Biasanya bukan bener2 dibuang sih, tapi gue pisahin di satu kotak, gue taro di depan rumah, jadi seandainya ada tukang barang loak yang lewat, dia bisa mengambil barang2 apa saja yang sekiranya memang dia perlukan, dan selebihnya akan diangkut oleh truk sampah.

Barang2 yang masuk kategori Maybe, gue kemas rapi dalam kardus dan gue simpan di satu lemari dinding yang berfungsi sebagai gudang. Sedangkan barang2 yang mau gue keep yah gue squeeze in ke dalam lemari pakaian gue yang isinya menjadi 90 persen barang2 milik gue, yang lain ngontrak... ahahaha....

Lalu yang didonasiin apa, kakak? Si kategori "Keep" itu sebelum masuk ke lemari, gue sortirin lagi, jadi gue maunya barang2 tersebut benar2 masuk sesuai dengan tempat yang tersedia, seandainya udah gak muat berarti gue seleksi lagi sampai akhirnya benar2 muat ke dalamnya. 

Dan proses ini sih painful banget buat gue, karena basicnya gue memilih semua barang gue itu dengan berbagai pertimbangan, dan gue inget semua barang yang gue punya itu asalnya dari mana. So yang ada setiap kali gue pegang barang yang gue pikirin mau di-donate atau di-keep alias dikekepin, gue ngerasanya sentimentil aja semuanya. Kaya, gue dulu beli barang ini dimana, jam makan siang, sama siapa aja. Terus misalnya, barang2 ini dikasih sama siapa aja, dalam rangka apa. Atau mungkin kaya, ini kaya cocok deh kalau gue kasihin sama keponakan gue ketika dia sudah dewasa nanti... yaelah sekarang aja masih kelas lima SD, masih lama yah, Bun. Pokoknya dalam de-cluttering ini prosesnya gak semudah membalikan telapak tangan, padahal katanya kan nanti pakaian2 kita akan dihisab yah. Ngeri gak sih?

Dan masalahnya gak cuma itu, ada masalah lain lagi, kadang gue ngerasa ada barang2 yang kayanya gak pantas gue kasih ke orang. Seperti baju2 haram...hahaha... gue mikirnya, kalau nanti dipake sama orang gue kena dosa jariahnya gak sih? Belum lagi baju2 yang sebenarnya udah sempit di gue, tapi karena gue suka banget dan harganya lumayan waktu belinya, gue jadi berharap suatu saat gue akan kembali ke berat badan ideal itu lagi. Yang kaya gitu2 deh....

Kemudian akhirnya gue menemukan solusi sementara, jadi gue beli beberapa kotak, dan baju2 yang jarang gue pake gue masukin ke kotak2 itu. Kemudian gue simpan aja, dengan harapan kalau gue gak sentuh dan buka2 lagi kotak2 itu berarti gue bener2 gak perlu barang2 yang ada di dalamnya. Tapi kenyataannya tidak bisa gitu ternyata. Karena gue cukup banyak aktivitas ibu2 yang mengharuskan pakai dress code ini itu, terpaksalah kotak2 itu gue bongkar2 juga. Dan sejauh ini belum ada tuh kotak yang aman gak pernah gue lirik2 lagi... Hahaha...

Jadi kesimpulannya apa? Yah mulai sekarang bijaksana aja sih dalam membeli sesuatu. Pikirin suistanability-nya juga. Apakah barang itu akan bertahan lama, atau kita beli karena alasan bukan perlu tapi lebih kepada memuaskan keinginan aja. Dan jadi kesimpulannya, gagal dong decluttering-nya?

Gak juga sih, selalu ada hal baik yang bisa kita pelajari dari 







Tuesday 25 October 2022

Lunch Break

 Tiba-tiba pengen nulis tentang ini. Masih berhubungan dengan ke-jet-lag-an gue dengan kondisi yang mulai berangsur normal. 

Salah terapi gue menghadapi ke-jet-lag-an gue dari wanita pekerja menjadi full time ibu rumah tangga adalah sekali2 tetap lunch sama mantan temen kantor. Biasanya sepulangnya gue merasa bersyukur karena akhirnya gue gak mesti bekerja 8 to 5 lagi. 

Jadi biasanya gue akan mampir di kantor temen gue yang masih ada di kawasan Jend Sudirman. Kemudian kita lunch dan cerita2. Dia tentang pekerjaan di kantor dan gue tentang kehidupan baru gue sebagai ibu rumah tangga penuh waktu. Tapi yah basicnya kita sama2 ibu2 dengan anak, jadi yah masih nyambung aja. Dan karena gue mantan karyawan yah tentu saja gue masih relate dengan cerita2 dunia perkantoran. 

Dan apa yang bisa gue petik hari ini? Gue kembali bersyukur karena gue udah di rumah full time. Meskipun harus putar otak karena kadang2 masih pengen bisa ngehasilin duit sendiri. Dan berakhir dengan berandai-andai jika gue tidak berhenti bekerja. Tapi biasanya setelah lunch di kawasan perkantoran, gue kaya disadarkan kalau, hidup seperti sekarang ini yang gue mau sejak tahun 2006. Lho kok lama banget, iya sejak anak kedua gue lahir. Jadi yah, gue bersyukur aja dengan kondisi sekarang. 

Dengan kondisi sekarang, Di jam makan siang, gue gak perlu pontang-panting cari makan karena ada meeting jam 1 teng. Terus gue juga gak perlu terpaksa meeting pas jam makan siang, karena ngejar pejabat kantor yang sibuk banget yang cuma bisa selipin jadwal meeting di jam makan siang. Gue juga gak perlu baru makan jam tiga sore atau bahkan skip makan siang sama sekali karena tiba2 gak kerasa udah jam lima sore aja, dan waktunya udah mendekati makan malam. 

Kok sampai skip makan siang? emangnya gak bisa makan siang di meja aja. Yah, gak bisa. Gue benar2 harus makan siang keluar kantor. Karena buat gue makan siang itu spesial banget yang sifatnya take it or leave it. Jadi kalau gue gak bisa keluar untuk makan siang, yah lebih baik gue skip aja. Aneh ga? Yah enggak dong... nanya sendiri jawab sendiri... hahaha... 

Karena gue ngerasa re-charged aja pas balik ke meja setelah makan siang di luar, jadi gue kaya bener2 break dan fresh lagi pas memulai kloter kedua dari jam kerja gue setiap harinya. Gue jadi semangat lagi dan kata di-reset lagi pas duduk di meja. Saking 'freak'nya gue dengan jam makan siang ini, gue bahkan kalau bisa harus makan siang dengan temen yang gak sekantor, atau minimal beda departemen. Agak pantang makan siang sama boss atau bahkan team gue sendiri. Karena gue tahu, yang bakal diobrolin adalah kerjaan lagi kerjaan lagi kalau sama mereka. Gimana mau refresh coba? 

Tapi yah sebenarnya ada gak bagusnya juga. Karena boss gue pernah ngajarin, kalau semua masalah bisa diselesaikan di meja makan. Dan itu benar sih, makanya gue sekali2 masih suka ikut makan bareng demi menyelesaikan masalah... hahaha...

Yah, gitu deh. Jadi enakan mana? Yah enakan di rumah aja tapi lunch-nya di kantor dong...


Cheers, Dhidie

Friday 14 October 2022

Ibu Rumah Tangga VS Ibu Bekerja

 Akhirnya udah hampir tiga tahun gue resmi undur diri dari dunia perkantoran. Rasanya gimana setelah hampir tiga tahun ini? Wow, amazing yah... Time flies gak kerasa banget. 


Mungkin di tahun pertama gak terlalu kerasa karena kita kedatangan Covid-19 yang bikin semua orang harus di rumah. Mau dia karyawan, pengusaha, pelajar atau ibu rumah tangga. Semua berjuang untuk bertahan dan mempertahankan kesehatan maupun kewarasan dengan caranya masing-masing. Di tahun pertama ini gue mulai masuk ke dunia masak memasak dan per-baking-an yang sudah lama gue lupakan. Dan ternyata gue suka bahkan bisa cari uang juga dari sana. Dan Gue juga akhirnya bisa mendapatkan gelar financial planner ini dengan diuntungkan karena semua bisa dilakukan dari rumah. 

Kemudian masuk di tahun kedua, yaitu tahun 2021, ternyata Covid belum juga beranjak pergi. Bahkan imbasnya semakin berasa. Seperti banyak orang yang kehilangan pekerjaan, anak-anak masih bersekolah di rumah. Tahun ini merupakan tahun yang sangat menyedihkan karena banyak orang kehilangan keluarganya maupun orang-orang yang mereka cintai karena terkena virus ini. Yang gue lakukan, gue semakin bersemangat untuk baking, impian gue punya toko yang menjual roti dan dessert atau pastry atau apapun itu. Meanwhile, gue juga mulai aktif buat bikin IG Live untuk sharing ilmu tentang mengelola keuangan. Di tahun ini kita semua akhirnya mendapatkan vaksin pertama dan kedua. Hati mulai tenang, muncul harapan kalau semua akan kembali normal. 

Masuk di tahun 2022, dari sejak awal tahun, gue sibuk kembali ke dunia tulis menulis. Rasanya senang punya komunitas orang-orang yang sama-sama suka menulis. Di tahun ini gue ikutan menulis di 5 buku antologi dan menerbitkan satu judul novel. Kegiatan baking mulai terasa melambat karena satu kejadian tiba2 gue mendadak merasa tidak termotivasi. Gue juga mulai jarang2 sharing mengenai finansial di instagram. Semua kegiatan juga sudah hampir berjalan normal. Yang bekerja yang ngantor semua sudah offline lagi. Jadi gue disibukkan sama adaptasi lagi dengan semua yang terasa baru buat gue. Ada kesepian ketika semua orang pergi tapi kemudian ada yang ditunggu2 yaitu cerita dari mereka yang pulang. 

Lalu, enakan mana jadi ibu rumah tangga full time atau jadi ibu yang bekerja ? Yah, intinya semua pekerjaan ada resiko dan ada kebaikannya. Sebagai ibu tetap saja cemas ketika hujan turun dan anak2 belum sampai di rumah, tetap was2 ketika anak2 naik kendaraan umum ke sekolah. Tetap pusing mikirin mau masak apa hari ini? Tetap ngomel ketika jemuran gak kering karena hujan yang tidak berhenti turun. Tapi mungkin, kalau dulu pas masih kerja,  gue lebih acceptance dengan hal2 seperti itu. Lebih pasrah dan lebih mendelegasikan pekerjaan rumah ke asisten rumah tangga. Sementara sekarang, kucing gak pulang ke rumah satu malam aja, bisa bikin gak bisa tidur dan masuk ke dalam doa sehabis shalat... :P

Dulu pas masih bekerja, mungkin panik ketika tiba2 anak harus bawa ini itu ke sekolah. Atau gak enak hati ketika harus minta izin ke kantor karena anak sakit atau harus ambil rapot. Sekarang, hal2 kaya gitu udah gak jadi bagian kecemasan lagi. 

Tapi enak dong, karena punya banyak waktu? Yah, gak juga sih. Ternyata karena ngerasa punya banyak waktu, jadi aktif jadi pengurus ini itu. Ikutan ini itu. Belum ngurusin lain2, kaya ngurusin bengkel, ganti ban mobil sampai antar jemput anak ke sekolah. Tetap harus bangun pagi karena harus siapin sarapan buat yang mau sekolah. Cuma enaknya, yah waktu jadi lebih fleksibel, meskipun pendingan jadi lebih banyak. Buat orang yang gak suka menunda pekerjaan, rasanya kadang bikin gemes aja kalau harus bergantung sama orang untuk menyelesaikan pekerjaan. 

Terus apalagi enaknya? Bisa yoga setiap pagi, bisa jalan pagi ke GBK terus pulangnya nyari sarapan di tempat2 yang berbeda, bisa nganterin anak les sambil jajan2, bisa nulis kapan aja, bisa makan siang sama temen kapan aja, bisa latihan angklung, bisa datang ke arisan, pokoknya bisa melakukan semua hal yang dulu gak bisa gue lakukan karena terikat sama jam ngantor. 

Jadi enakan mana? Yah tiap2 orang pasti berbeda jawabnya. Kalimat yang paling bisa menjawab kayanya cuma ini, mending punya banyak waktu atau punya banyak uang ? Hahahaha...


Cheers, Dhidie

Friday 23 September 2022

Buat yang (pernah) kerja drama ini pasti relate #bahasdrakor

 

Cerita drakor ajalah yah. Bulan September ini gak ada drakor cinta2an karena yang gue tonton antara drama yang suspense atau drama bisnis tentang kehidupan di kantoran gitu. Gue nonton satu drama Korea yang judulnya Today's Webtoon sama satu drama Jepang yang judulnya Pretty Proofreader alias Jimi No sugoi! Kouetsu Girl di bahasa Jepangnya. Lumayan jadi throwback ke masa2 kerja dulu. 


courtesy to www.soompi.com


Tentang drama Korea yang pertama, Today's Webtoon, dapat rekomendasi dari salah satu temen gue. Karena gue lagi ngikutin drama yang ongoing dan kelamaan nunggunya. Sebagai hiburan satu2nya setelah bekerja setengah hari sebagai full time housewife hahaha... gue perlu drakor untuk mempertahankan kewarasan gue. 

Today's webtoon berlatar belakang satu department di sebuah perusahaan entertainment (kayanya yah) yang mengerjakan webtoon. Jadi mereka yang merekrut atau mencari seniman2 webtoon untuk diterbitkan di aplikasi webtoon mereka. Sebenarnya kalau gue perhatiin pekerjaan si PD ini seperti pekerjaan AE atau RM di Bank. Jadinya gue kaya berasa relate aja. Jadi mereka bertugas mencari talent dan memaintain talent yang merupakan penulis atau seniman webtoon. Tokoh utama drama ini adalah seorang mantan atlet Judo yang memutuskan untuk berhenti menjadi atlet setelah mengalami sebuah kejadian yang membuatnya trauma. Lalu apa hubungannya antara atlet Judo dengan webtoon. Si atlet ini penggemar komik, bahkan keluarga mereka mempunyai bisnis comic cafe. Jadi untuk bisa bekerja di Neon dan bertemu dengan seniman2 webtoon idolanya seperti dream comes true untuk On Ma Eung. Makanya setelah dia diterima sebagai karyawan kontrak, On Ma Eung bekerja dengan sungguh2, dan beberapa kebiasaannya sebagai atlet ternyata berguna juga di saat dia menjadi pekerja kantoran.

Yang relate lagi dengan drama ini adalah gue jadi inget gimana pas awal2 masuk kerja. Ketika menjadi junior yang kemudian melakukan kesalahan, gimana kompaknya suatu tim dalam menghadapi suatu masalah, kemudian punya boss baik yang sangat mengayomi, punya boss yang tegas tapi sebenarnya sangat baik karena ingin kita bekerja dengan cara yang benar. Punya teman sekantor bermacam latar belakang dan cara bekerjanya. Kemudian bagaimana mereka harus mempertahankan artist webtoon mereka agar tidak di-take over oleh perusahaan lain. Kemudian rasa sedih ketika ada yang akan resign dan pindah ke perusahaan lain. Yah, pokoknya tipikal kehidupan di dunia kerja. 

Klimaks drama ini adalah ketika department webtoon ini akan dibubarkan karena tidak pernah memberikan profit yang signifikan untuk perusahaan, Meskipun didasari dengan intrik2 pihak yang memiliki kepentingan pribadi atas dibubarkanya departemen ini. Yah relate banget kan kalau ngobrolin profit and loss perusahaan dengan kehidupan zaman dulu di saat hitung2an cost per department.

Intinya cukup menghiburlah dramanya. Dan sudah tamat sekarang.



courtesy to www.eukybearlovesdrama.wordpress.com

Drama kedua yang gue tonton secara paralel adalah satu drama Jepang yang judulnya "Pretty Proofreader". Drama ini bercerita tentang seorang cewek yang terobsesi untuk bekerja sebagai editor di Majalah Fashion Lassy. Sampai dia berkali2 mengikuti proses rekruitmen dan akhirnya diterima menjadi karyawan di perusahaan itu. Tapi yang mengecewakan ternyata si Koetsu ini diterima di departemen proofreading. Sebuah department yang tidak semua orang mengenalnya. Kalau yang familiar dengan dunia penerbitan pasti sudah tahu sih. Jadi ini adalah sebuah departemen yang bertugas mengecek pekerjaan auditor, apakah manuskripnya sudah logis, pengecekan tata bahasa dan penulisan kanji sampai dengan pengecekan fakta2 dari manuskrip tersebut sebelum naik cetak. 

Pada awalnya Koetsu merasa tidak menyukai pekerjaan tersebut dan masih terobsesi untuk bekerja sebagai auditor apalagi adik kelasnya ada yang menjadi auditor di sana. Tapi lama kelamaan Koetsu menjadi seorang proofreader yang hebat dan sangat bisa diandalkan bahkan karena sangat detil beberapa penulis memintanya khusus untuk melakukan proofreading pada manuskrip mereka. 

Apa yang relate dengan pengalaman gue. Yah karena mungkin gue suka menulis, jadi gue senang aja mengikuti kisah yang berhubungan dengan penulis. Karena biasanya yang menjadi proofreader gue adalah orang2 terdekat gue. Dan biasanya kita khusus bertemu untuk membahas manuskrip gue tapi sebelum gue serahkan ke editor. 

Lalu kalau hubungannya dengan pekerjaan gue dulu? Tentu saja ada, seperti konflik antar department. Lalu pihak2 yang biasanya diistimewakan oleh perusahaan dan orang2 back office yang merasa dianaktirikan padahal mereka juga banyak berjasa dalam keberhasilan sebuah transaksi. Yah intinya, untuk menuju ke satu tujuan perusahaan adalah melibatkan banyak orang dari berbagai department. Jadi keberhasilan seorang marketing bukan hanya karena usaha dia semata, tapi ada bagian analis, bagian risk, bagian legal dan bagian operation lainnya yang bertugas di belakang layar. 

Filosofi hidup apa yang bisa gue ambil dari drama ini, kerja keras, mencintai apa yang kita lakukan dan jangan berhenti untuk mewujudkan impian. Klise yah? Hahaha..


Yah Gitu deh drama bulan September. 

Cheers, Dhidie

Monday 19 September 2022

Karyawisata Banget ??! Let's go to National Museum...


 Cita2 banget pengen jalan2 ke musium naik kendaraan umum dari Lebak Bulus. Dan tercapailah akhirnya cita2 itu. Meskipun perjalanannya gak semulus yang dibayangkan karena ada pembangunan MRT tahap 2 di Bundaran HI. Tapi, ternyata memang naik kendaraan umum di Jakarta sekarang ini sudah jauh lebih nyaman dan mudah. 

Let's Go!!

Saking pengennya ke Pameran Aku dan Kain, akhirnya gue dan tetangga gue, niat banget pengin balik lagi ke Musium Nasional alias Musium Gajah. Kita berangkat naik Taksi Online sampai stasiun MRT Lebak Bulus. All the way ke pemberhentian terakhir, Bundara HI. Pas sampai agak bingung karena pintu untuk lanjut naik TransJakarta ditutup. Ternyata karena sedang ada proyek MRT Tahap 2, haltenya di nonaktifkan dan kita harus nunggu bis di depan Plaza Indonesia.

Agak bingung sih. Karena bis semua nampak sama. Tanya sana sini, dan karena gak betah karena mataharinya lumayan panas, akhirnya cus kita nyetop taksi Blue Bird yang lewat. Dasar yah ibu2, rencana tinggal rencana. Dan sampailah kita di Musium Nasional.

Setelah beli tiket, iseng nanya, apakah kita boleh masuk ke Musiumnya juga? Oh, boleh, Bu. Langsung penasaran pengen lihat Musium Gajah, zaman now. And it's quite fun. Jadi pengen ajak anak2 ke sini juga. Karena cukup sepi, yah mungkin karena hari biasa juga. Kita bisa santai keliling2 ngeliatin ada apa sih di musium ini sekarang. Ada teater 3D yang baru, tapi beli tiketnya ternyata harus online, jadi yah gak bisa masuk. Akhirnya kita harus cukup puas dengan melihat2 musiumnya aja. 

Musiumnya sekarang cukup modern kelihatannya. Meskipun belum kaya British Museum yang dibekalin audio guide tapi informasi yang ditampilka dan penataanya cukup okelah menurut gue. Pokoknya jauh dari kesan museum yang gelap dan pengap. Nyaman banget bisa puas keliling2 musium, melihat warisan leluhur bangsa Indonesia, dari mulai arca2,  senjata, alat musik sampai kain dari berbagai daerah di Indonesia. Bikin sadar begitu kayanya kebudayaan di Indonesia. Dan tentu saja gak mudah lho buat mempersatukan beragam suku bangsa di Indonesia ini. 


pemadangan yang cukup breath taking


berbagai wayang

alat musik




Kalau gak inget apa tujuan sebenarnya kita ke sini, mungkin kita udah muter2 lebih lama lagi. Dan satu lagi yang baru dari musium ini, selain monumen Pusaran Air Nyoman Nuarta, ada arsitektur yang bergaya modern yang keren banget.

Arsitektur Modern tempat pameran


Yah, gitu deh, cerita jalan2 ke museumnya. Pulangnya kita tadinya mau mampir ke Sarinah, tapi karena haltenya kelewat akhirnya kita lanjut sampai Blok M untuk makan siang yang terlalu telat di M Bloc. Capek ga? Capek dong, tapi seneng. 

Cheers, Dhidie