Featured post

Monday 26 October 2020

Kerja di Rumah dan Kerja di Kantor, Ga ada bedanya?

 Ini bukan tentang semua orang terpaksa harus kerja dari rumah di masa pandemi ini. Ini tentang bagaimana setiap individu akan melakukan hal yang sama dimanapun kalian berada. Karena kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk mungkin belasan atau puluhan tahun tidak akan hilang dalam beberapa bulan saja. Once you're a workaholic then you will be a workaholic forever unless you have a will to change.




Pengalaman resign mendadak di rumah di saat kondisi otak dan tubuh sedang dalam puncak-puncaknya membuat gue sempat merasa tidak sehat. Bukan sakit serius atau bagaimana, tapi kelihatannya otak yang sehari-harinya terbiasa untuk digunakan dengan kapasitas maksimal yang hanya diistirahatkan mungkin di saat tidur saja mendadak berkurang pekerjaannya. 

Apa akibatnya? Gue tetap tidak bisa berhenti berpikir, membuat gue ingin terus melakukan sesuatu. Dan itupun ternyata tidak bisa menghabiskan 24 jam waktu yang gue punya dalam sehari. Rasanya putus asa, ketika banyak yang mau lo lakukan tapi ternyata lo punya keterbatasan karena lo harus belajar lagi semuanya dari awal. Akibatnya lagi? Otak kembali tidak berhenti berpikir.  Akhirnya apa yang gue lakukan ? Tentu saja selain melakukan daily job sebagai ibu rumah tangga yang Jangan ditanya apa saja, gue berusaha untuk menambah kegiatan gue. Dengan hal yang tidak memerlukan terlalu banyak berpikir. Gue berhasil menyelesaikan satu bingkai sulaman besar yang lumayan rumit karena ternyata sulaman zaman sekarang menggunakan banyak teknik berbeda dengan sulaman di zaman gue SD dulu. Kegiatan yang akhirnya dapat menghentikan otak gue sejenak dan lebih fokus pada keterampilan tangan. Tapi tentu saja gue tidak melakukannya dalam hening, biasanya gue menyulam sambil mendengarkan podcast, sehingga di akhir kegiatan itu biasanya gue antara mendapat pengetahuan baru, atau mendapat gosip artis terbaru :)

Setelah sulaman tersebut selesai, gue kembali bingung. Karena terus terang, menyulam merupakan waktu istirahat atau "me time" gue sebagai ibu rumah tangga. Karena di sana ada seni tapi juga ada target yang harus dicapai, ada juga strategi menentukan bidang mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu untuk mempermudah gue mencapai tujuan akhir, dan bagaimana supaya benang sulam yang terbatas bisa cukup sampai akhirnya sulaman tersebut terwujud. Gue kemudian rajin melihat video memasak di Youtube. Dari dulu sebenarnya acara favorit gue di TV yah cooking show, karena mungkin dasarnya gue suka makan, jadi gue senang aja melihat bagaimana makanan favorit gue diproses sampai akhirnya tersaji di piring. Mungkin karena zaman dulu kurang hiburan juga, gue hampir tidak pernah melewatkan acara masak Aroma di Indosiar. 

Cuma bedanya kali ini gue lebih suka melihat video-video memasak dari vlogger2 Korea. Karena videonya begitu relaxing dan aesthetic, hanya music, subtitle tanpa voice over. Dan gue mulai penasaran untuk mencoba beberapa resep, mumpung semua orang ada di rumah dan memang membutuhkan camilan di waktu2 istirahat. Satu dua resep selalu gue posting di IG Story, sampai akhirnya ada beberapa pesanan dan sekarang sudah hampir genap tiga bulan gue menjadi pekerja kuliner yang memenuhi pesanan teman2 bahkan beberapa orang yang tidak gue kenal via instagram.

Tapi bukan itu yang akan gue bahas di sini. Yang akan gue bahas adalah gue kembali menjadi orang yang seperti tidak bisa berhenti bekerja. Gue bangun jam tiga pagi untuk membuat pesanan dan baru berhenti jam dua siang. Dan lebih parahnya kalau tidak ada pesanan gue akan mencoba resep-resep baru. Kalau sedang tidak memasak gue akan menonton video memasak. Otak seperti kembali bekerja tanpa henti. Dan lebih parah lagi, tidak ada hari libur karena weekend biasanya justru menjadi waktu puncaknya pesanan harus diselesaikan. Gue bahkan mulai jarang memasak untuk keluarga karena gue sudah terlalu lelah untuk mengolah bahan makanan lagi, gue juga sempat kena maag karena hampir tiap hari melewatkan sarapan dan baru makan siang di sore hari. Dan itu terjadi selama tujuh hari dalam satu minggu. Gue bahkan mulai merasa terganggu ketika ada interupsi-interupsi yang menganggu keasikan gue menyelesaikan pesanan. Gue bahkan tidak mempunyai waktu untuk mengobrol bersama anak-anak seperti yang biasanya gue lakukan di awal-awal gue di rumah. 

Sampai ketika gue mulai merasa stress gue akhirnya berpikir kalau apa yang gue lakukan saat itu tidak menjadikan gue sebagai ibu yang lebih baik dari di saat gue bekerja di kantor kemarin. Apa bedanya kalau hanya fisik gue yang ada tapi tidak memperhatikan orang-orang tercinta yang ada di sekitar gue? Akhirnya, gue mengevaluasi kembali apa yang gue lakukan, seharusnya gue bersyukur dengan gue bisa tetap bekerja di rumah dan melakukan hal yang gue sukai. Gue pun memutuskan untuk membatasi pesanan hanya di hari kerja saja. Ada beberapa pesanan yang masih gue selesaikan di hari Sabtu/Minggu tapi hanya untuk beberapa teman saja atau keluarga saja. Gue juga kembali selalu menyempatkan diri untuk memasak untuk keluarga, minimal untuk sarapan. 

Tiga bulan ini banyak Pelajaran yang gue ambil dari memulai kegiatan baru ini. Meskipun gue tetap berprinsip tidak baik menolak rezeki setidaknya gue sekarang mulai mengatur pesanan agar tidak menumpuk di satu hari dan sebisa mungkin menghindari pesanan di waktu weekend. I'm still learning to start this business and so far I think I'm in love with it!


Cheers, Dhidie