I grew up with Barbie, yes I am. Bayangin aja dari SD gue udah main boneka Barbie. Yang waktu itu harganya yah gak murah juga sih sekitar 40rb-an kalau gak salah, sementara uang jajan gue masih 500 perak. Oh yah.. kamu sudah tua... hahaha....
Kemudian setelah SD, kayanya gue cuma sesekali main Barbie, gue lebih suka main sama temen sampai SMA. Pas kuliah, mungkin karena gue tinggal di rumah sendirian dan gue kesepian gue mulai lagi kolekso boneka ini. Sampai punya semua furniture ruangannya, dari mulai living room, bedroom, bathroom, kitchen, bahkan gue punya kafe dan mobil2annya juga. Barbie jadi semacam my escape atau cara healing gue. Kaya media gue buat bercerita, karena dari kecil memang gue yang paling suka main boneka dan masak2an dibanding kakak perempuan gue. Dengan Barbie gue kaya bisa bikin story line, bisa jadi interior desainer sekaligus fashion stylist dan memuaskan obsesi gue untuk punya relastionship termasuk keluarga. Karena kalau enggak ngapain gue beli boneka Ken dan beli Kylie buat jadi anaknya. Terus obsesi gue untuk tetap berteman dan bersosialisasi gue juga beli kafenya supaya Barbie bisa cari uang sendiri.. Hahahaha....
Ketika gue selesai kuliah, tentu saja koleksi Barbie gue masukan lagi ke dalam kotak dan tersimpan rapi. Sampai akhirnya gue menikah. Berharap gue bisa bermain Barbie dengan anak gue, yang ternyata laki2 semuanya... Pupuslah, gue malah harus semakin menyimpan rapat si Barbie karena takut anak gue bingung kalau tiba-tiba melihat boneka. Si koleksi gue akhirnya keluar lagi ketika gue punya keponakan perempuan. Cuma sesekali si Barbie keluar dari kotaknya untuk dimainkan oleh sang keponakan.
Dan kemudian, di tahun 2023 ini, datanglah film yang gue tunggu selama ini. Barbie the Movie. Dulu gue memang sempat memainkan beberapa gamenya di Komputer di masa kuliah tapi gue tidak pernah sekalipun menonton versi kartunnya meskipun waktu dulu rasanya pernah ada. CMIIW. Gue akhirnya nonton juga si Barbie ini dan dari awal sampai akhir gue seperti merasa impian seorang Didi kecil menjadi terwujud dari terealiasasi. Gue seperti sedang menonton Barbie dimainkan di layar. Dengan segala warna-warni dan kesempurnaan dunia Barbie. Sama seperti perasaan gue di masa kecil yang merasa hidup itu sempurna.
Di film ini tentu saja bercerita tentang feminisme dimana memang menjadi dasar Barbie awal diciptakan. Meskipun boneka Barbie sempat dianggap sebagai stereotype kesempurnaan seorang wanita. Karena berparas cantik dan bertubuh indah, namun gue menyadari saat ini semua wanita tidak perlu menjadi Barbie untuk menjadi seseorang. Tapi menjadi Barbie tetap menjadi impian semua anak perempuan rasanya sampai kapan pun, karena yah, hidup Barbie memang begitu sempurna. Cerita di film bahwa Barbie yang tiba-tiba berbicara tentang kematian, rasanya seperti kondisi saat ini dimana gue sudah memang harus berbekal untuk menghadapi kematian. Eh kok jadi serius? Tapi beneran, nonton film ini bikin gue punya semangat lagi untuk melakukan sesuatu.
Tentu saja, sampai di rumah gue bongkar lagi semua koleksi Barbie gue. Cuma ada satu kepala barbie yang patah, but it's okay gue gak terlalu suka juga karena sepatunya gak bisa diganti.. ahahaha.... kepala si Ken agak tengkleng tapi hampir semua koleksi Barbie gue rasanya masih lengkap. Oh yah, gue kehilangan mobil jip Barbie juga sih, Bayangin gue beli mobil jip dan bukan sedan..Rasanya gue mulai bisa membaca kepribadian gue sendiri.. haahaha...
Gue jadi penasaran juga melihat toko-toko online yang menjual Barbie. Untuk sekarang harganya rasanya lebih masuk akal. Dan ternyata Barbie juga mengeluarkan boneka2 dengan series-series film bioskop seperti Rapunzel, dan lain2. Kemudian ada series Barbie Profesi, dari mulai stylist salon sampai dokter hewan, kemudian ada juga set-set furniturnya yah seperti coffeshop, bakery, sampai kolam renang. Lebih berwarna, lebih simpel tapi sekaligus lebih detil juga. Rasanya semua anak dan orang dewasa yang pernah begitu dekat dengan Barbie akan mengapresiasi momen Barbie The movie ini. Cuma mungkin yang kurang sekarang adalah tidak ada baju-baju Barbie yang dijual oleh Mattel tapi justru sekarang banyak baju-baju Barbie yang diproduksi sendiri dengan harga yang sangat murah. Seru!!!
Last but not least, gue jadi inget Almarhum Papa yang beliin semua koleksi Barbie gue dari mulai jaman SD sampai pas kuliah di Toys R Us setiap kali libur kuliah ke Jakarta. Papa yang ngajak kita makan siang pas jam break kantornya terus kita jalan2 di Toys R Us Pondok Indah. That's a beautiful moment that I'll always remember....
Miss you, Pa!
Yah, begitulah. Pas ngeluarin boneka Barbie lagi gue jadi mikir, ya udahlah yah gak usah terlalu ribet mikirin hidup. Just go with the flow, create something and be consistent. Mungkin banyak mimpi yang sekarang harus diikhlaskan tapi masih banyak juga mimpi lain yang menanti untuk diwujudkan. Ah.. sedap... Sekarang gue udah jadi mama Barbie dengan dua anak laki-laki. Masak di dapur beneran dan beres2 rumah beneran. Ditemenin sama kucing lagi. It's perfect!
Cheers, Dhidie
