Featured post

Sunday 30 October 2022

Decluttering...susah amat sih!!!

 Kayanya kalau lihat vlog orang2 di Youtube tuh gampang banget untuk melakukan decluttering. Yah, minimal lemari bajunya mereka. Tapi kenyataannya...ga semudah itu, Isaura!

Awalnya gue harus men-decluttering baju2 gue adalah karena satu lemari yang biasanya menjadi tempat gue menyimpan harta karun gue harus dikosongkan. Jadi yah terpaksa gue harus bisa membuat lemari baju gue yang sekarang muat dengan segala barang yang berasal dari lemari tersebut. 

Akhirnya gue berhasil mengosongkan dua lemari tersebut, ada yang gue buang, donasi ataupun gue simpan. Yah kaya teori2 di Youtube, ada box yang isinya Keep, Maybe and Donate, yah yang gak masuk ke kategori semua itu terpaksa harus dibuang. Biasanya bukan bener2 dibuang sih, tapi gue pisahin di satu kotak, gue taro di depan rumah, jadi seandainya ada tukang barang loak yang lewat, dia bisa mengambil barang2 apa saja yang sekiranya memang dia perlukan, dan selebihnya akan diangkut oleh truk sampah.

Barang2 yang masuk kategori Maybe, gue kemas rapi dalam kardus dan gue simpan di satu lemari dinding yang berfungsi sebagai gudang. Sedangkan barang2 yang mau gue keep yah gue squeeze in ke dalam lemari pakaian gue yang isinya menjadi 90 persen barang2 milik gue, yang lain ngontrak... ahahaha....

Lalu yang didonasiin apa, kakak? Si kategori "Keep" itu sebelum masuk ke lemari, gue sortirin lagi, jadi gue maunya barang2 tersebut benar2 masuk sesuai dengan tempat yang tersedia, seandainya udah gak muat berarti gue seleksi lagi sampai akhirnya benar2 muat ke dalamnya. 

Dan proses ini sih painful banget buat gue, karena basicnya gue memilih semua barang gue itu dengan berbagai pertimbangan, dan gue inget semua barang yang gue punya itu asalnya dari mana. So yang ada setiap kali gue pegang barang yang gue pikirin mau di-donate atau di-keep alias dikekepin, gue ngerasanya sentimentil aja semuanya. Kaya, gue dulu beli barang ini dimana, jam makan siang, sama siapa aja. Terus misalnya, barang2 ini dikasih sama siapa aja, dalam rangka apa. Atau mungkin kaya, ini kaya cocok deh kalau gue kasihin sama keponakan gue ketika dia sudah dewasa nanti... yaelah sekarang aja masih kelas lima SD, masih lama yah, Bun. Pokoknya dalam de-cluttering ini prosesnya gak semudah membalikan telapak tangan, padahal katanya kan nanti pakaian2 kita akan dihisab yah. Ngeri gak sih?

Dan masalahnya gak cuma itu, ada masalah lain lagi, kadang gue ngerasa ada barang2 yang kayanya gak pantas gue kasih ke orang. Seperti baju2 haram...hahaha... gue mikirnya, kalau nanti dipake sama orang gue kena dosa jariahnya gak sih? Belum lagi baju2 yang sebenarnya udah sempit di gue, tapi karena gue suka banget dan harganya lumayan waktu belinya, gue jadi berharap suatu saat gue akan kembali ke berat badan ideal itu lagi. Yang kaya gitu2 deh....

Kemudian akhirnya gue menemukan solusi sementara, jadi gue beli beberapa kotak, dan baju2 yang jarang gue pake gue masukin ke kotak2 itu. Kemudian gue simpan aja, dengan harapan kalau gue gak sentuh dan buka2 lagi kotak2 itu berarti gue bener2 gak perlu barang2 yang ada di dalamnya. Tapi kenyataannya tidak bisa gitu ternyata. Karena gue cukup banyak aktivitas ibu2 yang mengharuskan pakai dress code ini itu, terpaksalah kotak2 itu gue bongkar2 juga. Dan sejauh ini belum ada tuh kotak yang aman gak pernah gue lirik2 lagi... Hahaha...

Jadi kesimpulannya apa? Yah mulai sekarang bijaksana aja sih dalam membeli sesuatu. Pikirin suistanability-nya juga. Apakah barang itu akan bertahan lama, atau kita beli karena alasan bukan perlu tapi lebih kepada memuaskan keinginan aja. Dan jadi kesimpulannya, gagal dong decluttering-nya?

Gak juga sih, selalu ada hal baik yang bisa kita pelajari dari 







Tuesday 25 October 2022

Lunch Break

 Tiba-tiba pengen nulis tentang ini. Masih berhubungan dengan ke-jet-lag-an gue dengan kondisi yang mulai berangsur normal. 

Salah terapi gue menghadapi ke-jet-lag-an gue dari wanita pekerja menjadi full time ibu rumah tangga adalah sekali2 tetap lunch sama mantan temen kantor. Biasanya sepulangnya gue merasa bersyukur karena akhirnya gue gak mesti bekerja 8 to 5 lagi. 

Jadi biasanya gue akan mampir di kantor temen gue yang masih ada di kawasan Jend Sudirman. Kemudian kita lunch dan cerita2. Dia tentang pekerjaan di kantor dan gue tentang kehidupan baru gue sebagai ibu rumah tangga penuh waktu. Tapi yah basicnya kita sama2 ibu2 dengan anak, jadi yah masih nyambung aja. Dan karena gue mantan karyawan yah tentu saja gue masih relate dengan cerita2 dunia perkantoran. 

Dan apa yang bisa gue petik hari ini? Gue kembali bersyukur karena gue udah di rumah full time. Meskipun harus putar otak karena kadang2 masih pengen bisa ngehasilin duit sendiri. Dan berakhir dengan berandai-andai jika gue tidak berhenti bekerja. Tapi biasanya setelah lunch di kawasan perkantoran, gue kaya disadarkan kalau, hidup seperti sekarang ini yang gue mau sejak tahun 2006. Lho kok lama banget, iya sejak anak kedua gue lahir. Jadi yah, gue bersyukur aja dengan kondisi sekarang. 

Dengan kondisi sekarang, Di jam makan siang, gue gak perlu pontang-panting cari makan karena ada meeting jam 1 teng. Terus gue juga gak perlu terpaksa meeting pas jam makan siang, karena ngejar pejabat kantor yang sibuk banget yang cuma bisa selipin jadwal meeting di jam makan siang. Gue juga gak perlu baru makan jam tiga sore atau bahkan skip makan siang sama sekali karena tiba2 gak kerasa udah jam lima sore aja, dan waktunya udah mendekati makan malam. 

Kok sampai skip makan siang? emangnya gak bisa makan siang di meja aja. Yah, gak bisa. Gue benar2 harus makan siang keluar kantor. Karena buat gue makan siang itu spesial banget yang sifatnya take it or leave it. Jadi kalau gue gak bisa keluar untuk makan siang, yah lebih baik gue skip aja. Aneh ga? Yah enggak dong... nanya sendiri jawab sendiri... hahaha... 

Karena gue ngerasa re-charged aja pas balik ke meja setelah makan siang di luar, jadi gue kaya bener2 break dan fresh lagi pas memulai kloter kedua dari jam kerja gue setiap harinya. Gue jadi semangat lagi dan kata di-reset lagi pas duduk di meja. Saking 'freak'nya gue dengan jam makan siang ini, gue bahkan kalau bisa harus makan siang dengan temen yang gak sekantor, atau minimal beda departemen. Agak pantang makan siang sama boss atau bahkan team gue sendiri. Karena gue tahu, yang bakal diobrolin adalah kerjaan lagi kerjaan lagi kalau sama mereka. Gimana mau refresh coba? 

Tapi yah sebenarnya ada gak bagusnya juga. Karena boss gue pernah ngajarin, kalau semua masalah bisa diselesaikan di meja makan. Dan itu benar sih, makanya gue sekali2 masih suka ikut makan bareng demi menyelesaikan masalah... hahaha...

Yah, gitu deh. Jadi enakan mana? Yah enakan di rumah aja tapi lunch-nya di kantor dong...


Cheers, Dhidie

Friday 14 October 2022

Ibu Rumah Tangga VS Ibu Bekerja

 Akhirnya udah hampir tiga tahun gue resmi undur diri dari dunia perkantoran. Rasanya gimana setelah hampir tiga tahun ini? Wow, amazing yah... Time flies gak kerasa banget. 


Mungkin di tahun pertama gak terlalu kerasa karena kita kedatangan Covid-19 yang bikin semua orang harus di rumah. Mau dia karyawan, pengusaha, pelajar atau ibu rumah tangga. Semua berjuang untuk bertahan dan mempertahankan kesehatan maupun kewarasan dengan caranya masing-masing. Di tahun pertama ini gue mulai masuk ke dunia masak memasak dan per-baking-an yang sudah lama gue lupakan. Dan ternyata gue suka bahkan bisa cari uang juga dari sana. Dan Gue juga akhirnya bisa mendapatkan gelar financial planner ini dengan diuntungkan karena semua bisa dilakukan dari rumah. 

Kemudian masuk di tahun kedua, yaitu tahun 2021, ternyata Covid belum juga beranjak pergi. Bahkan imbasnya semakin berasa. Seperti banyak orang yang kehilangan pekerjaan, anak-anak masih bersekolah di rumah. Tahun ini merupakan tahun yang sangat menyedihkan karena banyak orang kehilangan keluarganya maupun orang-orang yang mereka cintai karena terkena virus ini. Yang gue lakukan, gue semakin bersemangat untuk baking, impian gue punya toko yang menjual roti dan dessert atau pastry atau apapun itu. Meanwhile, gue juga mulai aktif buat bikin IG Live untuk sharing ilmu tentang mengelola keuangan. Di tahun ini kita semua akhirnya mendapatkan vaksin pertama dan kedua. Hati mulai tenang, muncul harapan kalau semua akan kembali normal. 

Masuk di tahun 2022, dari sejak awal tahun, gue sibuk kembali ke dunia tulis menulis. Rasanya senang punya komunitas orang-orang yang sama-sama suka menulis. Di tahun ini gue ikutan menulis di 5 buku antologi dan menerbitkan satu judul novel. Kegiatan baking mulai terasa melambat karena satu kejadian tiba2 gue mendadak merasa tidak termotivasi. Gue juga mulai jarang2 sharing mengenai finansial di instagram. Semua kegiatan juga sudah hampir berjalan normal. Yang bekerja yang ngantor semua sudah offline lagi. Jadi gue disibukkan sama adaptasi lagi dengan semua yang terasa baru buat gue. Ada kesepian ketika semua orang pergi tapi kemudian ada yang ditunggu2 yaitu cerita dari mereka yang pulang. 

Lalu, enakan mana jadi ibu rumah tangga full time atau jadi ibu yang bekerja ? Yah, intinya semua pekerjaan ada resiko dan ada kebaikannya. Sebagai ibu tetap saja cemas ketika hujan turun dan anak2 belum sampai di rumah, tetap was2 ketika anak2 naik kendaraan umum ke sekolah. Tetap pusing mikirin mau masak apa hari ini? Tetap ngomel ketika jemuran gak kering karena hujan yang tidak berhenti turun. Tapi mungkin, kalau dulu pas masih kerja,  gue lebih acceptance dengan hal2 seperti itu. Lebih pasrah dan lebih mendelegasikan pekerjaan rumah ke asisten rumah tangga. Sementara sekarang, kucing gak pulang ke rumah satu malam aja, bisa bikin gak bisa tidur dan masuk ke dalam doa sehabis shalat... :P

Dulu pas masih bekerja, mungkin panik ketika tiba2 anak harus bawa ini itu ke sekolah. Atau gak enak hati ketika harus minta izin ke kantor karena anak sakit atau harus ambil rapot. Sekarang, hal2 kaya gitu udah gak jadi bagian kecemasan lagi. 

Tapi enak dong, karena punya banyak waktu? Yah, gak juga sih. Ternyata karena ngerasa punya banyak waktu, jadi aktif jadi pengurus ini itu. Ikutan ini itu. Belum ngurusin lain2, kaya ngurusin bengkel, ganti ban mobil sampai antar jemput anak ke sekolah. Tetap harus bangun pagi karena harus siapin sarapan buat yang mau sekolah. Cuma enaknya, yah waktu jadi lebih fleksibel, meskipun pendingan jadi lebih banyak. Buat orang yang gak suka menunda pekerjaan, rasanya kadang bikin gemes aja kalau harus bergantung sama orang untuk menyelesaikan pekerjaan. 

Terus apalagi enaknya? Bisa yoga setiap pagi, bisa jalan pagi ke GBK terus pulangnya nyari sarapan di tempat2 yang berbeda, bisa nganterin anak les sambil jajan2, bisa nulis kapan aja, bisa makan siang sama temen kapan aja, bisa latihan angklung, bisa datang ke arisan, pokoknya bisa melakukan semua hal yang dulu gak bisa gue lakukan karena terikat sama jam ngantor. 

Jadi enakan mana? Yah tiap2 orang pasti berbeda jawabnya. Kalimat yang paling bisa menjawab kayanya cuma ini, mending punya banyak waktu atau punya banyak uang ? Hahahaha...


Cheers, Dhidie