Featured post

Sunday 23 June 2019

Seagulls Feeding At Taejongdae

Hari ini kita kemana ?

Hari ini kita hiking, mba.

Apa???

Liburan tapi hiking ? Males banget ga sih ?
Tapi ternyata seru banget pengalaman di Taejongdae Busan ini…


Agak pesimis pas lihat itinerary hari itu. Berasa penginnya leyeh-leyeh aja di kamar hotel yang nyaman ini. Tapi masa udah jauh-jauh  ke Korea kita cuma males-malesan doang. Akhirnya setelah mengumpulkan niat dan semangat kita berangkat juga. Fighting!!

Taejongdae national park itu adalah sebuah taman alam yang menghadap ke laut. Untuk menuju ke puncak tertinggi, yaitu 250 meter, kita akan melewati hutan pinus. Katanya dari situ kita bisa melihat Pulau Oryukdo yang termasuk natural cultural heritage di Korea Selatan. Perjalanan mendaki ke atas diperlukan waktu sekitar 40 menit sampai satu jam. Dan membayangkannya saja mendadak asma gue seperti mau kumat. 

Tapi sesampainya di sana, ternyata ada dua pilihan untuk menikmati Taejongdae Park ini. Dengan cara mendaki atau mengelilinginya dengan menggunakan kapal Ferry. Tentu saja kita berempat langsung sepakat memilih opsi yang kedua dengan alasan menghemat tenaga karena hari itu masih banyak tempat yang mau kita kunjungi. Jadi kita membayar paket berkeliling dengan kapal Ferry sudah termasuk antar jemput ke lokasi. Jangan tanya harganya, karena gue lupa :)

Kita diantar sampai ke lokasi Ferry, di situ dijual snack semacam snack udang (semacam snack udang merk “double decker” inget ga ?”) yang akan menjadi umpan seagulls alias burung camar. And we’re excited.

Ketika kapal datang, kita langsung naik bersama dengan rombongan yang lain. Waktu itu Ahjussi dan Ahjuma gitu. Kemudian kapal pun mulai bergerak meninggalkan pelabuhan. Seru rasanya karena kapal bergerak terombang-ambing ombak. Tapi keseruan lainnya muncul, kita berkumpul di deck belakang kapal yang terbuka. Dan burung-burung camar mulai beterbangan di atas kepala. Kegiatan sesungguhnya pun dimulai. Rasanya seru campur takut juga ketika kita mengangkat umpan ke atas dan segerombolan burung camar akan muncul mendekat dan langsung menyambar umpan yang kita pegang. Ngeri-ngeri tapi nagih gitu rasanya. Tidak pernah membayangkan akan sedekat itu dengan burung camar. Setelah puas memberi makan burung camar, kamipun masuk kembali ke dalam kapal dan duduk menikmati angin dingin dan pemandangan di sekitar kami yang sangat indah. Rombongan di depan kami sibuk bernyanyi-nyanyi dalam bahasa Korea. Sampai akhirnya kapal kembali merapat ke tempat kami berangkat tadi. Mungkin lain kali gue akan mencoba benar-benar hiking di sini.



Destinasi berikutnya adalah Yeongdodaegyo Bridge alias Yongdo Bridge. Kami bergegas kembali menuju kota Busan.  Kami langsung menuju Lotte Shopping Avenue yang terbesar di Busan, karena katanya pemandangan jembatan ini bisa terlihat dengan jelas dari lantai atas shopping mal ini. Tapi ternyata hari Lotte Mal sedang tutup sehingga kita akhirnya berjalan mendekati jembatan tersebut. 

Yeongdodaegyo Bridge sendiri merupakan jembatan yang menghubungkan pusat kota Busan dengan Pulau Yongdo. Selain sebagai media transportasi, jembatan ini memiliki kisah sendiri pada waktu perang Korea. Berjalan menuju jembatan itu sendiri gue bisa merasakan Busan sebagai kota pelabuhan karena gue melewati toko-toko yang menjual peralatan memancing dan menangkap ikan. Ketika kami menunggu atraksi jembatan yongdo inipun beberapa orang melewatkan waktu dengan memancing. 






Menjelang jam dua siang mobil-mobil mulai dihentikan untuk tidak melewati jembatan. Tepat jam dua siang, jembatan mulai bergerak terangkat ke udara, perlahan dan menakjubkan. Bagaimana sebuah jembatan besar bisa terangkat ke udara dan akhirnya menjadi atraksi turis di Busan. Setelah jembatan terangkat penuh, mulailah lewat kapal-kapal tangker besar yang meneruskan perjalanan ke tempat tujuan masing-masing. It’s an amazing view. Bisa melihat sebuah jembatan besar terangkat dan melihat dari dekat kapal tangker besar lewat. Ketika semua kapal sudah lewat, jembatan pun kembali turun dan lalu lintas kembali berjalan normal.





Pengalaman yang luar biasa di Busan, tapi masih ada dua destinasi lagi hari ini. Let’s explore more Busan til it last…

Cheers,

Dhidie

Monday 17 June 2019

Jalan-jalan Ke Pasar Ikan Busan ? Makan Mie Pakai Es Batu ?

Meskipun ga sempat menikmati skywalk di Songdo Beach, tapi kita puas banget bisa menyaksikan matahari terbenam di Busan. Ga pernah terbayang bisa melihat keindahan siang berganti malam di salah satu kota besar di Korea Selatan. 

Langit waktu itu terlihat cantik banget. Sedikit kecewa karena skywalknya sudah tidak bisa dilalui, tapi kita bersyukur bisa melihat pergantian langit yang kemerahan menjelang matahari terbenam. Sore itu cuaca ga terlalu dingin dan saking terpesona dengan pemandangan yang indah di sekitar pantai Songdo, hawa yang dingin menggigit mendadak tidak terasa, Baru kemudian kami berempat tersadar kalau langit sudah benar-benar berwarna hitam dan matahari sudah sepenuhnya menghilang. Anginpun sudah semakin semakin terasa kencang dan dingin menampar wajah. 

The Begining of Busan Skywalk

Destinasi kami selanjutnya adalah Pasar Ikan yang terkenal di Busan, Jalgachi fish market. Sejujurnya gue waktu itu ga percaya kalau ini merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi di Busan. Pasar ikan ? Di Jakarta juga banyak kali. Tapi begitu tiba di sana, langsung terbayang adegan kesibukan pasar ikan di drama-drama Korea. Saat itu pasar ikan sudah tidak terlalu ramai. Kalau menurut gue sih suasananya seperti pasar ikan di Muara Karang tapi dengan penjual yang berbahasa Korea.. :P 

Ikan-ikannya terlihat segar karena baru saja ditangkap oleh para nelayan. Selain lapak-lapak penjual ikan terdapat beberapa resto kecil tempat dimana kita bisa langsung memasak ikan yang kita beli di pasar. Meskipun terlihat menggiurkan tapi kita menahan diri tidak makan di sana karena berdasarkan referensi manager hotel maupun supir taksi yang membawa kami, harga-harga masakan di resto di pasar itu cukup mahal dan tidak sebanding dengan rasa masakannya. Sampai di ujung jalan, ternyata terdapat sebuah bangunan megah yang merupakan gedung tempat dilakukannya transaksi jual-beli ikan yang lebih modern yang sudah terlihat lengang karena hari sudah beranjak malam. 

Welcome to Jalgachi Market :)

Ikan asinnya rapi....

Rasanya tidak rela kalau harus kembali ke hotel karena kami masih ingin mengeksplorasi Busan. Akhirnya kami memutuskan untuk makan malam di Nampodong Market yang terletak tidak jauh dari hotel. Banyak sekali jajanan pinggir jalan di sini, tapi karena masih was-was dengan kehalalannya, kami akhirnya mencari restoran vegitarian. Untung banget salah satu dari kami bisa berbahasa Korea sehingga bisa bertanya terlebih dahulu. Kami masuk ke sebuah restoran yang dimiliki oleh seorang bapak-bapak tua yang sangat ramah. Kami memesan Naengmyeon alias mie dingin Korea. Kami memesan dua macam, yang berkuah kaldu dan yang berbumbu pedas serta satu kimbap. Jujur gue lebih suka yang pedas dibanding yang kaldu, karena agak aneh aja makan mie pakai es batu. Dan imbapnya juga enak banget dong Bapak pemilik restoran ini pun sangat ramah dan bahasa Inggrisnya bagus. 

Makan Mie Pakai Es Batu ?
Sarangae.. :P

Beautiful Kimbab


Tepat di depan restoran ini terdapat sebuah kedai Hotteok. Gue belum pernah dengar tentang makanan ini  yang kata temen-temen gue sering ada di drama Korea dan ternyata gue suka ( dan dimulailah our non-stop hotteok trip.. :P) Berasa ada di drama Korea. Kalau yang belum tau jajanan ini, ini tuh semacam Pancake yang digoreng dengan isi macam-macam seperti selai kacang maupun gula dan madu saja. Jajanan ini adalah jajanan khas musim dingin, karena memang dimakan panas-panas sehingga membuat tubuh jadi hangat. Si penjual yang baik hati juga memberi kami gratis satu buah hotteok dengan isian es krim vanilla yang ternyata sama enaknya dengan hotteok panas. Gomawo, Ahjussi…

Hotteok Ice Cream for Free...
Setelah menikmati hotteok sambil duduk di pinggir pertokoan dan memperhatikan orang yang lalu-lalang, tiba-tiba kami ingat pesan Bapak Manager hotel untuk tidak pulang terlalu malam karena Busan bukan tempat yang terlalu aman. Kami segera berjalan pulang ke hotel dengan hati senang dan perut kenyang.

It's really an unforgettable Busan's experience day one !!


Cheers,
Dhidie


Friday 7 June 2019

Train to Jogjakarta - Part 2

Setelah semalaman berpikir akhirnya kita memutuskan untuk ke OSLO di hari kedua spontan trip ini. Sebenarnya ide ini muncul karena driver online kita bilang kalau ada kereta express ke Solo dari Jogja, namanya Prameks alias Prambanan Express, dan katanya cuma sekitar 40 menit aja dan harga tiketnya murah banget.  Sebuah nama yang mengingatkan gue pada obat sakit kepala terfavorit. Berhubung gue belum pernah ke Solo dan gue penasaran dan udah nanggung juga karena udah di Jogja, akhirnya habis sarapan kita langsung menuju stasiun Lempunyangan untuk mengejar kereta ke Solo. Dear OSLO,  please wait for us…




Ga terlalu ambisius sih sebenarnya, tapi ternyata begitu sampai di Stasiun kita sudah kehabisan tiket untuk waktu terdekat dan keretanya baru ada lagi jam satu siang dong. Dan ada aturan kalau pembelian tiket adalah untuk jadwal tiga jam sebelum keberangkatan. Akhirnya kita duduk menenangkan diri sambil berpikir untuk kemudian akhirnya memutuskan untuk naik kereta Solo Express yang harganya lumayan jauh dibanding tiket Pramex. Tapi ga apa-apa juga sih karena sudah pasti terjamin ada ACnya. Btw sebenarnya tadi kita sempat shock gitu pas ngeliat kereta Pramex lewat. Kok kaya ga ada ACnya dan kaya berdesak-desakan gitu. Pas kita nanya ke petugasnya juga, jawabannya adalah “ Yah, untung-untungan, Bu. Dapatnya gerbong yang ada ACnya atau ga…” Speechless ga sih ?

My Favorite Kemangi Flavor

Tapi gue bersyukur sih kita masih punya tiga jam untuk jalan-jalan di Jogja.  Dan gue juga jadi sempat beli si Bakpia Tugu, yang dimana-mana sold out itu untuk oleh-oleh ke Jakarta. Berhubung masih lama, akhirnya kita memutuskan untuk balik ke hotel tapi sebelumnya ke Tempo Gelato dulu, kebetulan letaknya ga jauh dari hotel. Cute resto, I love it. Dan akhirnya berangkat juga kita ke Solo.

Akhirnya Mampir Juga ke Stasiun Balapan

Keretanya cukup menyenangkan. Baru tahu ternyata ada yang kerjanya bolak-balik Jogja- Solo. Maksudnya orang Solo kerja di Jogja atau sebaliknya. Makanya sampai ada kereta Pramex itu yah. Ke Solo, kereta berhenti di Stasiun Solo Balapan. Tadinya kita mau langsung beli tiket balik ke Jogja, tapi berhubung kita takut jadi terburu-buru, kita memutuskan untuk beli tiketnya nanti aja. 

Pasar Klewer
Dari Stasiun kita langsung menuju ke Pasar Klewer, karena ternyata kita udah laper berat. Kita mau makan di Tengkleng Bu Edi yang pernah di-review sama salah satu Food Vlogger. Daan… ternyata ngantri banget jadi kita baru bisa makan jam 1.30 untuk kemudian jalan-jalan cari batik di Pasar Klewer. Dari situ tadinya kita mau ke satu taman di pusat kota, tapi dapat info dari drivernya kalau bakal ada acara di situ dan bakalan macet banget akhirnya kita memutuskan untuk balik ke stasiun lagi aja. Cukup puaslah ngeliat kota Solo ini, meskipun gue belum sempat makan Selat Solo dan makan Serabi Solo di tempat asalnya.  

Rela ngantri dan kegerahan demi makan ini :)

Akhirnya kita sampai juga di Jogja lagi, sekitar jam enam-an, untuk kemudian langsung ke destinasi terakhir kita di Jogja. Filosofi Kopi… Yeaayyyyy…. Penasaran banget sama tempat ini karena film Filosopi Kopi 2. Meskipun rada jauh dari kotanya. Tapi yah sejauh-jauhnya di Jogja masih kurang dari satu jam waktu tempuhnya. Tapi worth it karena tempatnya nyaman banget, dan kayanya kapan-kapan gue harus nulis sambil day dreaming di tempat ini. 



That’s all about two nights of our spontaneous trip to Jogja. See you in another unplanned trip.

Cheers,
Dhidie



Train to Jogjakarta - Part 1


Ternyata seru juga melakukan perjalanan spontan. Perjalanan ke Jogja kali ini benar-benar ga direncanakan. Setelah trip ke Korea kemarin yang sudah direncanakan selama satu tahun, trip spontan ke Jogja jadi sesuatu yang baru. Tiket kereta api baru dibeli malam sebelumnya, begitu juga hotel yang kita beli sehari sebelumnya. Terus itinerary ? Ga ada.. :) Cuma berniat untuk go with the flow  aja.  Coba deh kamu sekali-sekali bikin unplanned trip, berani ga ?

Instagramable Banget yah....


Jadi sebenarnya perjalanan ke Jogja kali ini adalah dalam rangka ultah gue. Berhubung ga ngajak anak-anak, jadi kita nekat mau naik kereta api. Mumpung cuma berdua, semaleman di kereta ga ada masalah kan ? Kita juga cuma bawa satu koper kecil buat berdua dan ga booking kendaraan apapun buat selama di sana. Terus mau kemana aja ? Boro-boro bikin itinerary, gue cuma bermodalkan instagram sebagai petunjuk tempat yang lagi happening dan pengalaman ke Jogja sebelum-sebelumnya. Yang pasti trip kali ini, ga ada candi, ga ada museum dan ga ada Merapi. Kita bakalan di kotanya aja. Mungkin nanti kalau bareng anak-anak kali yah....

Kita naik kereta jam 9.00 malam dari Gambir. Serunya naik kereta adalah kita ga perlu datang dua jam sebelum keberangkatan. Jadi kita baru berangkat jam 7.30 dari rumah dan cuma nunggu sekitar 30 menit sampai bisa masuk ke kereta. Sudah siap-siap mau tidur aja sepanjang jalan, karena kita bakalan nyampe Jogja sekitar waktu Subuh keesokan harinya. Ternyata perjalanan naik kereta untuk jarak jauh itu menyenangkan juga. Meskipun ga bisa sepenuhnya terlelap, tapi karena memang waktunya tidur yah jadi ga berasa perjalanannya. 

Sampai di Jogja kita langsung menuju Malioboro. Jalan kaki aja, karena in Gmaps we trust :) Ga terlalu jauh ternyata karena masih pagi banget hari Minggu pula, jadi masih sepi dan udaranya juga masih segar ga terkontaminasi polusi. Akhirnya sampai juga ke Malioboro, kita jalan terus berniat untuk cari sarapan sampai akhirnya sampai di depan Pasar Beringharjo. Pasarnya sih masih tutup tapi di depannya banyak banget penjual makanan. Jadi kita sarapan pecel di situ. Murah meriaaahhhhh…..

Habis sarapan kita memutuskan untuk check-in dan kalaupun belum boleh kita berniat untuk titip koper aja untuk kemudian jalan-jalan mengeksplorasi Jogja. Ke hotel bingung milih antara naik becak atau taksi, karena kita belum tahu seberapa jauh hotelnya akhirnya kita memutuskan pakai taksi online aja. Dan sampai hari terakhir kita cuma satu kali naik becak, selebihnya yah taksi online yang udah banyak banget di Jogja. Pas gue selalu dapat promo, jadi kemana-mana cuma bayar 5000 aja dong, menang banyaklah gue.

Sambil nunggu waktunya check-in, meskipun rasanya nge-hang berat karena kurang tidur, kita akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan. Dan tempat pertama yang akan kita visit adalah Taman Sari. Begitu sampai di sana ternyata belum buka, akhirnya kita nunggu sambil minum jamu. Meskipun sebagian Taman Sari sedang direstorasi tapi ini jauh lebih cantik dibandingkan terakhir kali gue ke sini. Which was…five years ago. Yeah sure!!

Habis dari Taman Sari kita ke Kraton Jogja, puas foto-foto sambil tambah nge-hang. Kraton Jogja lagi sepi banget mungkin karena bukan musim liburan yah ? Habis dari situ kita balik lagi ke Pasar Beringharjo untuk belanja batik. Seperti biasa cukup ke Mirota aja, udah dapat semuanya. Gue rada males untuk hunting batik jadi gue bener-bener beli yang gue pengen aja. Kita skip lunch karena masih kekenyangan sarapan pecel. Dan dengan suksesnya kita tidur sampai sore. Tapi malamnya kita makan malam di Gudeg Yu Djum di daerah Wijilan untuk kemudian balik lagi ke Malioboro buat minum wedang sambil menikmati keramaian Jogja di waktu malam. 



Sarapan Pecel di depan Pasar Beringharjo

Ada sepeda-sepeda gini di Malioboro
First Stop: Taman Sari


Kraton Jogja

Ngebatik di Kraton Jogja

My favorite part of Kraton Jogja, meskipun ga boleh masuk



Jalan Wijilan - The Gudeg Center
Begitulah unplanned trip hari pertama kita di Jogja. Tips buat foto-foto tapi ga bawa tripod ? Tawarin ke orang lain dulu untuk kita bantu fotoin baru setelah itu minta tolong mereka yang fotoin kita :P

Terus hari keduanya ngapain aja ? See you in Next posting yah….


Cheers,
Dhidie

Wednesday 5 June 2019

Go Green di Greenhost Boutique Hotel Prawirotaman


Sudah nonton film “ Ada Apa Dengan Cinta 2 “ ? Memang kisah Cinta dan Rangga seperti selalu bikin penasaran. Dan karena film itu juga, gue pengen banget nginap di hotel yang menjadi salah satu lokasi shooting film itu di Jogja. Kalau lagi ada yang mau berlibur ke Jogja dan pengen suasana hotel yang beda banget, I really recommend this place :)


Untuk perjalanan ke Jogja kali ini, kita memang pengin sesuatu yang berbeda. Apalagi terakhir kali gue ke Jogja tuh sudah lima tahun yang lalu, jadi pasti banyak banget yang berubah tentang Jogja. Selain pertama kali naik kereta ke Jogja, kita juga memilih hotel Greenhost Boutique yang berlokasi di Prawirotaman ini sebagai tempat kita menginap. Dan ternyata pilihan kita ga salah, kalau ini seperti cinta pada pandangan pertama, gue jatuh cinta sama hotel ini.

Kita datang agak kecepetan, alias kecepetan banget, tadinya kita berharap bisa early check-in, tapi karena hotel ini memang penuh banget jadi hal itu ga dimungkinkan. Kita baru bisa check-in jam 2 siang. Akhirnya kita memutuskan untuk menitipkan koper dan duduk santai di lobby hotel sambil menikmati hotel yang hijau banget ini sebelum jalan-jalan mengeksplor Jogja. 

Jadi konsep lobby hotelnya sendiri itu open air, seperti kebanyakan hotel di Bali. Di depan hotel kita disuguhi pemandangan yang hijau dari tanaman yang merambat di dinding depan hotel, yang seperti signature-nya hotel ini. Kemudian ada art piece patung dari logam di depan tangga masuk dan pemandangan lain yang langsung terlihat adalah kolam renang berada di tengah bangunan yang terbuka bergaya plaza yang berada di samping ruang makan. Waktu itu masih jam sibuk waktu sarapan. Jadi banyak orang yang lalu lalang di sekitar kolam renang. 

Di sebelah kiri ada lobby dengan staf yang lumayan ramah, kemudian masuk lagi ke dalam ada semacam meeting room, lift dan ada art space tempat biasanya diadakan pameran-pameran seni gitu. Seperti yang gue lihat di salah satu scene dari film AADC 2 itu. Yang pertama terlintas di pikiran adalah kalau gue bikin launching buku di tempat ini pasti cool banget….
Welcome to Greenhost Boutique Hotel
It's all Green
Green Ride
Lobby Situation
The Welcoming Statue and the Mural across the street

Setelah kita balik lagi ke hotel sekitar jam 3 dan langsung check-in menuju kamar. Seperti yang gue duga, kamarnya menyenangkan banget. Btw di sini ga ada smoking floor yah. Kalau kamu suka gaya-gaya kamar yang eco-friendly dengan nuansa kayu dan all recycle things, kamu pasti bakalan jatuh cinta sama hotel ini. Kamarnya sih ga begitu luas, tapi nyaman banget, dan karena bangunannya berbentuk plaza, jadi begitu keluar dari kamar kita bisa langsung melihat kolam renang. 

Kamar mandinya hanya ada shower dan yang unik adalah kunci kamar mandinya hanya berbentuk engsel yang dikaitkan gitu. Untuk amenities suppliesnya cukup lengkap, shampo, sabun, sikat gigi dan pasta gigi. Selain itu ada sandal hotel yang cute banget kaya dari bambu yang eco-style gitu. Kopi, gula, teh, dan air mineral tersedia lengkap di kamar. Untuk view dari jendela kamar ga terlalu menyenangkan sih, karena memang hotel ini terletak di tengah-tengah perumahan penduduk. Tapi hotel ini menyiasatinya dengan beberapa tanaman rambat yang bikin pemandangan keluar tetap hijau. Gue suka banget pemandangan bagaimana cahaya matahari mengintip pagi-pagi dari balik tirai, it’s so pretty…


I love how the sunshine's peeking through the window

It's writer friendly room :)
Oh it's so true !! But I skip the selfies part
Kalau menurut driver taxi online yang mengantar kita, dulunya yang terkenal dari tempat ini adalah restorannya. Namanya Art Kitchen, namun itu di awal-awal mereka buka. Restorannya sendiri cukup menarik dan artsy, karena dekorasinya yang memasang banyak art pieces. Meskipun pas kita sarapan pagi di sana sih, gue ga merasa ada yang special dari menu breakfastnya. Cukup lengkap karena ada american breakfast dan traditional breakfastnya juga. Cuma gue sedikit kecewa karena mereka ga bisa bikinin gue egg bennedict pas gue order di omelette station-nya. But it’s okay, gue enjoy banget sarapan di udara terbuka dengan pemandangan hijau di pinggir kolam renang. Mungkin lain kali gue harus coba order makanan beneran di restorannya karena kalau gue baca di blackboard kelihatannya menunya cukup menarik untuk dicoba. 
Who can't resist this beautiful view for breakfast ?





Our Breakfast View

Overall hotel ini sangat menarik dan bikin pengen balik lagi. Kalau kata penduduk lokalnya, ini semacam Bali-nya Jogja, karena memang hotel, kafe dan bar yang berada di lokasi ini mengingatkan gue sama kesibukan di Seminyak. Tamu-tamu hotelnya pun lebih banyak turis asing dibandingkan turis lokalnya. 


Up Close The Mural 


Jadi kalau pengin nginep di Jogja rasa Bali, yah ke sini aja.


Cheers,

Dhidie

Sunday 2 June 2019

Selfie Di Atap Gedung - Songdo Sky Park Busan


Cuma pas travelling kaya gini niat banget foto-foto di atas gedung. Setelah excited naik cable car, di Songdo Sky Harbor ada Songdo Sky Park yaitu taman yang letaknya di rooftop gedung. Di tempat ini ada food courtnya juga tapi kita terlalu kegirangan melihat banyak banget spot foto yang instagramable. Tapi ga sembarangan instragramable karena ini tuh kaya karya-karya seni gitu, meskipun gue ga tau karya siapa. Tapi semuanya kaya artistik gitu.


Ada yang namanya bucket list Dragon. Itu kaya berbentuk naga dan kita bisa gantungin wish kita di situ. Sudah penuh banget… dan wish gue cuma gue pengin menikmati liburan gue ini se-enjoy-enjoynya. Udah itu aja.

Spot foto lainnya yah yang ala-ala Korea gitu. Ada dinosaurus yang bisa gerak-gerak gitu, lucu banget. Jadi we had a good time making boomerang yang seakan-akan kita dikejar dinosaurus gitu. 

Dragon Buckets

Photo Bomb :D
Playing Hide and Seek

Sarangae :)

Happy Engangement, Girls....
F.U.N.


Look At The Beauty behind Me

Let's Say It Outloud


Next spot yang loveable gitu adalah taman ala nami island yang ada di ata gedung ini. Benar-benar ga berasa kalau kita tuh ada di ketinggian. Dan ini belum selesai, naik satu tingkat lagi ada semacam observatory deck yang bikin, gue pengin berlama-lama di sini. Kita bisa melihat laut, cable car, dan mercusuar dari atas sini. Di sini juga ada beberapa art pieces yang lucu buat foto-foto. This was when I feel that I wanna live forever ini Busan…


Cheers,

Dhidie