Featured post

Sunday 26 April 2020

When you're Getting Older - My Life After I Quit (Part-2)


Tulisan ini bukan hanya tentang fakta bahwa gue ulang tahun hari ini.
Bahwa gue bersyukur masih diberikan kesempatan untuk
bertambah umur, untuk masih bernafas di tengah pandemi yang sempat memporak-porandakan kehidupan kita. 
Jadi rasanya Tuhan masih berkeinginan buat gue untuk melakukan sesuatu di dunia ini.
Buat orang lain mungkin ini baru memasuki bulan kedua di rumah aja, tapi buat gue ini adalah tepat tiga bulan gue di rumah aja. 
Tulisan ini tentang fakta bahwa sudah tiga bulan gue menjadi seorang individu yang seutuhnya tanpa embel-embel korporasi di belakang nama gue.
Ini adalah tentang kenyataan bahwa gue akhirnya bisa mencapai cita-cita tertinggi yang pernah gue impikan. Untuk menjadi seorang ibu rumah tangga sepenuhnya.



Gue sudah pernah curhat sebelumnya bagaimana gue ngejalanin satu bulan pertama gue sebagai manusia tanpa embel-embel korporasi di belakang nama gue. Kenapa embel-embel korporasi ? Karena orang mungkin menyimpan nomor hape gue di phonebooknya dengan nama "Indri" dan diikuti dengan nama perusahaan di belakangnya. Gue bahagia karena sekarang mungkin orang yang baru gue kenal akan menyimpan nomor telepon gue dengan hanya nama, atau nama panjang atau bahkan nama kecil gue.

Setelah satu bulan pertama berlalu. Ternyata bulan kedua juga tidak semudah seperti yang dibayangkan. Awal bulan gue mungkin masih happy karena gue bisa berlibur dengan anak bungsu gue yang sudah gue tinggal kerja sejak lahir. Gue sempat berlibur selama lima hari di Bali yang seperti membayar sebelas tahun gue menjadi ibu yang mungkin selama ini cuma diingat wajahnya sampai dengan jam enam pagi dan mulai diingat lagi jam delapan malam, itu juga kalau dia belum ketiduran. Yang bikin gue bahagia adalah ternyata gue tidak terlalu tidak mengenal anak gue. Ternyata bonding gue masih kuat dengan dia, meskipun video masa kecilnya hanya berisi pertanyaan," Mau tunggu mami pulang ga ?" Dan dia menggeleng sambil melanjutkan tidurnya. Karena mungkin di pikiran anak kecilnya, buat apa nunggu ibunya yang nanti muncul di kamarnya juga sudah dengan muka lelah dan mengantuk ? Dan gue sangat berterima-kasih kepada mbak-mbak pengasuh dan lingkungan sekolahnya yang sudah mengantarkannya menjadi teenager ini. Alhamdulillah.

Dan setelah gue balik lagi ke Jakarta, gue masih sibuk meet-up sama beberapa teman. Tapi di minggu kedua Maret, mendadak gue sakit lagi. Dan tambah ngerasa sakit karena berita pandemi yang akhirnya terpaksa gue ikuti setiap hari di rumah. Gue mendadak parno. Apa gue udah ketularan Corona pas gue di Bali kemarin ? Rasanya cemas banget dan kok kaya ga normal aja. Akhirnya gue ke dokter, periksa darah dan rontgen, Alhamdulillah ga ada yang salah sama kesehatan gue. Mungkin gue memang yah lagi sakit aja, mungkin juga psikis yang bikin gue sakit. Entahlah. Mungkin juga badan gue ini sedang sibuk men-detoks hal-hal jelek di tubuh gue. Mungkin dia sedang menyesuaikan diri dengan kondisi gue sekarang notabene ga stress, tubuh yang diajak santai dan ga terburu-buru harus beraktivitas di pagi hari, gue yang tidak lagi mengkonsumsi kopi hitam di pagi hari dan makanan yang gue makan yang jauh lebih teratur jadwalnya dan bergizi dibanding waktu gue kerja kemarin. Mungkin....

Apapun itu, masuk ke minggu ketiga, ada anjuran untuk di rumah aja dari pemerintah. Gue bersyukur karena gue sekarang sudah ga mesti membagi pikiran gue antara kantor dan rumah di kondisi seperti ini. Gue bersyukur karena di masa gue kesepian dan harus adaptasi dengan "kepengangguran" gue ini gue ditemenin sama keluarga kecil gue yang terpaksa harus WFH dan LFH. Dan gue juga bersyukur karena terus terang gue mulai bosan sama kehidupan di luar sana disamping gue juga belum tahu mau ngapain setelah gue di rumah aja ini. 

Meskipun ada beberapa rencana gue yang jadi tertunda karena gue ga bisa kemana-mana, tapi yah gue tetap bersyukur. Gue mulai fokus ke channel gue dan mikir tiap hari gue harus bikin content yang seperti apa. Dan, ternyata stress juga lho kerja sendirian, cuma yang akhirnya gue berpikir kalau ini adalah pilihan gue dan gue seharusnya ngejalanin ini dengan fun dan bukan malah jadi stress lagi. Gue akhirnya membiasakan diri untuk ga terlalu ambisius mencapai sesuatu, karena gue mau ini long-lasting dan gue takut gue akan kecapean dan menyerah sebelum gue puas melihat hasilnya. 

Masuk bulan ketiga, kesehatan gue masih belum full membaik. Masih on-off gitu. Gue berpikir apa proses detokfikasi tubuh gue ini belum selesai juga ? Dan gue juga bertanya-tanya, kenapa dulu ketika gue sibuk banget, hidup gue ga sehat dan gue sering skip meal, gue malah ga pernah ngerasa sakit ? Yah mungkin hati kecil gue masih belum bisa menerima kalau gue sekarang memang sudah di rumah aja.  Gimana sih ketika elo sudah terbiasa dengan segala keteraturan (yang tidak beraturan) selama belasan tahun, tiba-tiba elo menjadi tidak teratur (padahal lebih teratur) dalam sekejap mata. Pasti badan dan otak lo juga butuh waktu untuk beradaptasi kan ? Akhirnya gue nikmati aja ketika harus tiba-tiba sakit dan ga bisa berpikir apapun, gue nikmati ketika gue harus rebahan aja dan tidak melakukan apapun tanpa merasa bersalah. 

Intinya, gue harus membiasakan diri untuk ikhlas menerima siapa diri gue saat ini. Gue balik lagi jadi individu ketika gue masih kuliah dulu. Yang cuma punya tanggung jawab ke keluarga, kepada Tuhan dan tentu saja ke diri gue sendiri. Gue harus bisa meyakinkan diri gue kalau apa yang gue pilih ini adalah benar. Bahwa gue harus terus berusaha dan ga berhenti belajar untuk segera menjadi seorang "indri" yang lain. Bahwa gue sekarang cuma punya mungkin lima orang teman yang masih keep in touch dengan gue karena gue adalah "indri" dan bukan karena embel-embel korporasi di belakang nama gue. Bahwa semua orang akan mengalami hal ini, dan gue beruntung karena Insya Allah sudah memulai belasan tahun lebih awal dibanding orang lain. Bahwa gue akan terbiasa dengan semua perubahan ini. Bahwa hal-hal yang baik akan selalu mengikuti kita selama kita selalu berbuat baik. Bahwa cuma kita yang bisa membantu diri kita sendiri, bukan orang lain dan bahwa keluarga akan selalu ada untuk kita. Karena gue percaya kalau kitalah yang menciptakan kebahagian kita sendiri. 


Sekali lagi, ini adalah tentang bertambahnya umur gue di bulan Ramadhan ini. 
Selamat ulang tahun buat gue. 

Cheers,
Dhidie














Friday 17 April 2020

Di rumah Aja ? Nonton Drakor aja.....

Udah sebulan pas #dirumahaja. Kamu udah ngapain aja ?
Yang seneng masak, udah berapa resep yang dicoba dipraktekin ?
Yang seneng belanja online, hayo udah berapa kali unboxing selama sebulan ini ?
Yang senang berkebun, sedang nanam apa sekarang ?
Yang senang baca, sudah tamat berapa novel sampai hari ini ?
Yang suka beres-beres rumah, pasti sekarang lemari bajunya sudah lebih rapi. Terus sudah banyak barang yang siap di-give away buat yang lebih membutuhkan. 
Yang suka nonton drama korea, kamu sudah nonton apa aja ?




Nah, lewat tulisan ini, gue mau share tentang hal yang ga penting banget.
Drama Korea. Awalnya ga suka nonton Drakor karena dulu gue lebih suka drama Jepang, yang menurut gue bahasanya lebih halus dan lebih ga teriak-teriak aja gitu cara ngomongnya. 
Tapi ternyata gue salah, gue lupa sih pertama kali nonton judul apa di drakor era baru ini. Yah lupain aja tentang Hotelier, Winter Sonata yang jadul itu. 
Pokoknya gue ingetnya sekitar tahun 2014 atau 2015 gitu gue mulai nonton. 
Pas jamannya Descendant of The Sun gitu deh. Jujur gue ga nonton DOTS karena selera Drama gue ternyata ga terlalu main stream, atau yah gue emang ga suka nonton yang orang lain nonton aja. FYI gue juga ga nonton Goblin dan LOBS. Jadi biasanya gue akan secara random memilih satu drama berdasarkan judulnya. Kalau di episode pertama gue suka, gue akan lanjut, tapi kalau ga ya udahan. Kalau gue udah lanjut, gue kemudian akan memilih drama-drama selanjutnya berdasarkan si aktor atau aktris dari drama yang sebelumnya gue tonton. Tapi ngeselinnya kalau aktris lebih cepat turn-over jadi ga bakal banyak drama yang dia mainin, cuma kalau aktor bisa ada lebih banyak. Mungkin kalau cewek kehambat urusan umur kali yah. Kalau sudah berumur dikit langsung ga laku lagi. 

Sebenarnya yang gue suka dari Nonton Drakor adalah tidak vulgar. Kalau di Drakor cerita percintaan yang kayanya so sweet banget. Dan mungkin budaya asianya juga masih kental, jadi apa yang menurut kita tabu juga berlaku lebih kurang sama di Drakor. Kemudian nilai-nilai seperti keluarga, hormat kepada orang tua, kasih sayang dengan saudara, hormat kepada atasan di kantor itu masih sama dengan yang biasa kita hadapi sehari-hari. Kemudian dari drakor-drakor yang gue tonton, ada aja pengetahuan baru yang bisa gue tarik. Karena mereka menyajikan drama dengan begitu complexnya, kalau cerita tentang dunia pertelevisian, dunia politik, tentang congressman, tentang satu perusahaan yang bergerak di industri tertentu itu disajikan dengan jelas jadi ga cuma cerita berfokus pada sepasang kekasih saja, kayanya mungkin pemerintahnya memang mewajibkan drama itu ga boleh bikin rakyatnya jadi bodoh. Selain itu kebudayaan Korea juga banyak diselipkan, seperti makanannya, tempat-tempat wisata sampai make-up dan fashion-nya juga. Mungkin yang agak ngeselin kalau mereka sudah memasukan sponsor produk ke suatu scene yang kaya too obvious gitu kalau itu iklan, biasanya menjelang episode akhir. Cuma yah ga apa-apa juga, kita masih enjoy aja kan nontonnya ?

Sejak #dirumahaja, gue sudah nonton sekitar lima drama korea, sedikit gue review aja yah, siapa tahu bisa buat referensi.

1. www. search. 
Terus terang gue nonton ini karena ceritanya tentang office life gitu. Dan gue suka banget Nonton drakor dengan background situasi di kantor itu. Yah mungkin naluri sebagai mantan karyawan. Cerita tentang tiga wanita karir yang bekerja di bidang "mesin pencarian" alias search engine semacam google gitu. Intrik-intrik yang gue suka adalah bagaimana sebuah mesin pencarian bisa dijadikan sebagai alat propaganda maupun untuk saling menjatuhkan antar lawan politik. Dan bagaimana apa yang menjadi trending itu biasa diatur. Yang pasti message drama ini "Girl Power" banget.

2. CLOY alias Crash Landing On You
Tadinya ga pengin nonton karena menurut gue ini terlalu mainstream. Tapi banyak banget yang nyuruh nonton drama ini. Akhirnya gue menyerah dan nyobain episode pertama. Dan gue suka, karena cerita yang unik banget dan gue memang lagi penasaran tentang ada apa sih sebenarnya di North Korea. Apalagi sejak gue nonton film "The Interview". Drama ini bikin gue ga berhenti nonton karena seru aja lihat segitu bedanya kehidupan di Korsel dan Korut.  Dan ternyata cinta itu tidak mengenal utara dan selatan lho.... :)

3. Itaewon Class
Ini juga tadinya males nonton karena masih happening banget. Tapi, lagi-lagi gue disarankan untuk lanjut ke drakor ini. Episode pertama langsung nge-klik. Dasarnya pelajaran yang bisa kita ambil dari drama ini adalah ga ada yang ga mungkin di dunia. Selama kita masih punya mimpi dan konsisten untuk berusaha mencapai mimpi itu. 

4. What's Wrong With Secretary Kim
Gue nonton ini karena suka sama aktingnya Park Seo-joon di Itaewon Class. Dan karena background-nys adalah perkantoran lagi akhirnya gue nonton sampai habis. Padahal inti ceritanya adalah yah gitu aja, si sekretarisnya mau resign (dan karena gue habis resign jadi gue penasaran banget sama endingnya), terus ternyata boss-nya merasa kehilangan karena sudah bergantung banget sama si sekretaris yang sudah sembilan tahun bareng dia. Akhirnya dia mengupayakan berbagai cara supaya si sekretarisnya ga jadi resign. Yang menarik adalah, dengan topik yang sederhana banget, dia bisa bikin kita penasaran karena dia masukin cerita tentang penculikan yang menjadi masa lalu sang tokoh, jadi dapat thriller-nya juga. 

5. When The Weather is Fine
Ini drama baru sih dan gue nonton gara-gara Park Min Young yang main jadi secretary Kim. Masih berlanjut dramanya tapi gue berhenti dulu karena sebenarnya gue ga suka drama yang lagi on-going males aja nunggu episodenya.  Ceritanya sih lumayan bagus tentang seorang yang pulang ke kampung halamannya dan dia jadi ingat masa-masa SMA karena cukup buat dia trauma gitu. Ga mau spoiler ah, pokoknya nonton aja. 

6. My ID is Gangnam Beauty
Akhirnya gue sekarang lagi nonton ini, telat banget yah. Ada kasih tau kalau ini awalnya webtoon. Pantesan tokoh-tokohnya kaya epic situ kata di Itaewon Class. Ceritanya menarik karena menggambarkan bagaimana di Korea Selatan orang itu masih di-judge by how he/she's look. Jadi body-shaming itu memang parah banget, menurut gue klinik-klinik oplas di sana juga muncul yah gara-gara budaya ini. Ini juga yang bikin industri fashion dan kosmetik menjadi begitu berkembangnya, yah karena semua orang ingin tampil cantik. 
Yang terakhir ini belum selesai sih gue tonton tapi bentar lagi juga tamat.

Kalau kamu lagi nonton apa sekarang ?


Cheers,
Dhidie








Friday 10 April 2020

Bye Bye Seoul


Akhirnya sampai juga kita di hari terakhir di Seoul dan besok kita harus pulang ke Jakarta.
Senang tapi kok sedih juga yah. 
Bye bye Seoul, Insya Allah datang lagi ke sini.
Till we meet again....



Namdaemun Market

Jadi setelah kita pindah ke hotel dari apartemen, kita memutuskan untuk cari makan siang sekaligus jajan di Namdaemun market yang ternyata letaknya ga jauh dari hotel kita. Kaya cuma satu stasiun aja gitu. Rencananya mau cari souvenir-souvenir gitu yang katanya harganya jauh lebih murah dibanding di Myeongdong. Ga niat belanja yang besar-besar karena dengan kondisi sekarang aja sudah pasti overweight deh koper gue.


Suasana di lingkungan apartemen



Namdaemun market
Dan ternyata tempat ini memang beneran pasar. Banyak banget makanan, pokoknya surga banget. Dan harganya jauh lebih murah sih dibanding di Myeongdong tadi malam. Agak nyesel juga gue udah belanja lumayan banyak di Myeongdong. Barangnya sebelas dua belas, cuma perlu lebih mili aja sih biar dapat dessin yang oke. Terus, antara satu gerobak dengan gerobak yang lain juga suka beda harga gitu, kalau bisa yah lihat-lihat dulu sampai dapat harga terbaik.

Jadi di sini tempatnya belanja souvenir kaya dompet2 kain, gantungan kunci, magnet kulkas dan lain-lain. Bisa ditawar kalau belanja dalam jumlah besar. Selain itu ada juga toko yang ngejual snack-snack khas Korea untuk oleh-oleh. Seru aja pokoknya. Jadi next time kalau ke Seoul lagi, jangan random belanja oleh-oleh, tapi langsung ke sini aja. Selain itu di sini ada juga tas dan koper kalau kira-kira butuh tambahan.


Ini sih enak banget

Mau jajanan apa aja ada di sini

kue telur yang enak banget



Makannya nangkring di motor orang

Beneran telur isinya

Malamnya kita jalan-jalan ke Myeongdong lagi. Sekalian say goodbye.. hahaha.. apaan sih. Sambil liat-liat kali aja ada yang lupa dibeli. Alasan yah ? Niatnya mau nongkrong di Starbucks aja tapi ternyata kita kemalaman, jadinya yah nongkrong di pinggir jalan aja. Sambil lihat orang yang ramai berlalu-lalang. Memang kota ini sayang ga pernah tidur. 

Young Plaza Myeongdong

Zara dan H&M

Seramai ini Myeongdong
Setelah sempat jajan-jajan lagi untuk terakhir kalinya kita pulang ke hotel karena besok kita harus berangkat pagi-pagi banget dan menggeret-geret koper lagi menuju Airport. Kita rencanannya mau naik Arex ke Incheonnya, karena kalau naik bis atau kereta biasa takut terlambat aja gitu. Harganya memang lebih mahal sih hampir dua kali lipat kereta biasa, cuma karena penasaran yah sudah kita nyobain aja.

Kita menuju Seoul Station dan lanjut menunggu kereta itu. Sepi banget keretanya karena kalau dipikir-pikir harganya mahal dan ternyata lama perjalanannya ga terlalu beda jauh, cuma ga berhenti di setiap station aja sih. Terus agak bingung juga pas mencari station pemberangkatannya dan ga mudah juga begitu sampai di Incheonnya. Kayanya kalau punya kesempatan ke sini lagi, mending naik kereta all stop aja deh.












Dan begitulah perjalan kita selama dua belas hari di Korea Selatan. Senang banget karena pergi bareng teman-teman yang menyenangkan. Cuma berharap semoga pandemic ini segera berlalu, biar gue bisa libérant lagi dan kali ini bareng keluarga kecil gue.


Cheers,
Dhidie

Sunday 5 April 2020

Semalam di Aesthetic Hotel di SEOUL

Tinggal satu malam lagi kita di Seoul, seneng karena sudah mau pulang dan ketemu keluarga tapi sedih juga Karena kita harus ninggalin Seoul. Kaya belum puas gitu 12 hari di Korea Selatan ini. Dan, pas kita sampai di Seoul dari Busan, terjadilah percakapan ini.
" Kayanya Kita kurang semalam deh booking apartmentnya. "
" Whatttt ????"
Jadi ada semalam kita harus tidur di Incheon gitu ? 
Dan gue mulai mempersiapkan mental gue. 

Welcome to Hotel Gaon Golden Park

 But Thanks, God, it's not happening. Meskipun sedikit tegang juga, pas tahu kalau apartemen tempat kita menginap juga sudah ada yang booking jadi ga mungkin untuk nambah satu malam. Gue sudah hampir pasrah. Untungnya akhirnya kita dapat hotel yang letaknya ga terlalu jauh dari apartment ini, sekitar lima belas menit jalan kakilah. Jadi kita bisa pindah tanpa harus sewa-sewa kendaraan lagi.
Tapi good side of the story, kita jadi punya kesempatan buat nyobain nginep di hotel di Seoul, hotel kecil yang aesthetic banget.
Selalu ada hikmah di setiap kejadian kan.

Foto satu-satunya di apartment Seoul
Akhirnya malamnya sebelum pindah, meskipun capek setelah main ski dan jalan-jalan di Myeongdong, kita berempat langsung packing kaya mau balik ke Jakarta aja. Tough bangetlah. Untungnya acara hari terakhir besok cuma jalan-jalan aja di sekitar Seoul, jadi agak santai. Baru Berasa kalau barang bawaan kita bertambah banyak, masing-masing dari kita kaya nambah satu traveling bag gitu. Bismillah untuk adegan geret-geret kopernya besok.

Sebelum pindah mampir dulu di Daiso sebelah apartment
Pagi-pagi sudah lumayan segar juga rasanya, dan we're so ready to move to the hotel. Nama hotelnya Hotel Gaon Golden Park. Mungkin dia masih satu group sama hotel kita yang di Jeju. Akhirnya setelah sarapan dan ngerapiin apartment kita menarik nafas dan lanjut berangkat. Muncul lagi adegan menggeret-geret koper. Pas bad timing juga Karena waktu itu hari Sabtu dan kita harus ngelewatin flea market Dongmyo yang sedang ramai-ramainya. Cuma akhirnya lega juga pas kita sudah sampai. 

Ternyata hotelnya cantik banget, meskipun berada di dalam gang, tapi aesthetic banget dan memang mirip hotel kita di jeju. Suka banget deh gue sama interiornya. Kayanya memang hotel-hotel kecilnya cantik-cantik kaya gini. Seperti biasa kita ga boleh masuk dulu, jadi kita cuma titip koper dan langsung pergi lagi untuk jalan-jalan di pasar Namdaemun. Enaknya hotel ini berada cukup di tengah yang kita bisa jalan kaki kemana-mana. Next time nginap di sini aja kali yah. Setelah Covid19 ini berlalu tentunya.


di depan hotel ada lampu cantik gini
Selesai belanja-belanja cantik di Namdaemun, kita balik ke hotel dan sudah boleh check-in. Jadi kita langsung menuju kamar di lantai lima. Liftnya tuh kecil banget sampai harus bolak-balik gantian kita naiknya. Kamarnya sih lumayan luas kalau menurut gue. Yah jangan bayangin kaya di apartment, mirip-miriplah sama hotel di Jeju. Ada dua queen bed, kamar mandi, tivi dan cukup ruang untuk renggelar koper-koper kita. Kamar mandinya ada shower, lengkap dengan dispenser sabun dan shampo, bikin betah berlama-lama kalau ga inget dingin.



ruang tunggu tempat kita nitipin koper
bersih dan rapi banget




Karena lapar karena tadi siang kita cuma jajan-jajan aja di pasar, kita langsung naik ke pantry di lantai enam. Di sini ada kitchennya gitu dan kopi dan teh dan air mineral yang bisa kita pakai secukupnya. Pantrynya juga naman banget, rasanya betah ngobrol lama-lama di sini. Sayangnya gue baru sempat foto pas ruangannya sudah gelap. Tapi suka banget deh sama interiornya yang aesthetic gini.

Bisa internet di pantry

Salah satu sudut cantik di pantry

Betah banget ngobrol lama-lama di sini.



Overall experiencenya menyenangkan banget. Semoga masih bisa balik lagi dan menginap di sini.

Cheers,
Dhidie

Friday 3 April 2020

Shooting Drakor ? Belajar Main Ski ?

Katanya tempat ini jadi tempat shootingnya Lee Min Ho di drakor Legend of The Blue Sea. 
Tadinya karena penasaran aja dan masa sih liburan pas penghabisan winter kita ga main ski sih, dan berakhirlah kita di Vivaldi Ski Park ini.
Let's Ski, Everybody....


Exciting juga sih. Karena pertama dan terakhir kali ke tempat ski itu waktu liburan di Melbourne tahun 1996. Udah lama banget yak, dan itupun ga ski cuma main tobogan aja, kaya snow slider gitu. 
" Kita mau ke ski resort gitu yah, Mbak ?"
" Oke"
Tadinya gue ga mau ikut sih, gue mikirnya mau di hotel aja terus belanja ke Myeongdong. Tapi udah jauh-jauh ke Korea pas winter masa ga lihat salju.  Apalagi teryata Lee Min Ho pernah shooting di sini kan ? Meskipun gue belum nonton LOBS (karena waktu itu telalu mainstream kalau menurut gue). Lumayan juga sih biayanya sekitar Rp. 1,2 Juta per orang. Itu udah termasuk perlengkapan ski, pakaian, dan transportasi ke resortnya. Tadinya sih mau ke satu resort di daerah Pyeongchang yang lokasi 3 jam dari Seoul, tapi katanya pas tanggal kita berangkat sudah mulai tutup dan diperkirakan saljunya sudah mulai mencair. Akhirnya yang masih open yang di Daemyung Vivaldi Park yang cuma 2 jam perjalanan dari Seoul. 

Gue lupa sih kita kumpul dimana di Seoulnya, tapi akhirnya kita naik coach gitu sampai akhirnya berhenti di tour office-nya. Di sini kita di-brief tentang gimana cara handle si alat skinya, terus gimana basic ski-nya. 
Habis briefingnya selesai kita langsung ambil pakaian skinya sesuai size masing-masing. Semacam winter pack gitu kaya setelan bahan parasit tapi yang lebih tebal itu. Jadi gue di dalamnya cuma pakai long john aja. Gue beli gloves juga sih katanya harus khusus biar ga basah dan licin, jadi mending udah bawa sebelumnya karena kalau beli disitu lumayan mahal juga. Jangan lupa pakai kaos kaki yang agak tinggi yah.
And off we go, exciting....


Dan resortnya benar-benar keren pemandangannya. Jadi di dalam kompleknya itu ada hotelnya juga gitu, jadi kalau ada duitnya sih bisa aja nginep di situ dan main ski seharian. Sementara kalau di ski parknya sendiri ada foodcourtnya yang lumayan lengkap makanannya, tapi kalau kita bawa makanan dari luar juga bisa aja, disediain tempat buat makannya.


Pas sampai di sana, kita langsung dikasih kunci loker, karena harus bayar lagi, kita sharing satu loker berempat aja. Namanya juga budget holiday..hahahaha. Terus kita dikasih kertas yang sudah ada ukurannya kemudian antri untuk ambil peralatan ski dan sepatunya. Kita tinggal kasih kertasnya ke penjaga counternya dan dia langsung ambilin. BTW penjaga-penjaganya itu kaya di drakor2 banget mukanya..


Kemudian kita dikumpulin per team untuk briefing lagi gimana cara bawa peralatan skinya biar ga jadi berbahaya untuk orang lain. Dan saudara-saudara, peralatan ski itu ternyata super duper berat. Dan di detik itu gue menyesal kenapa gue ga duduk-duduk aja sambil foto-foto di foodcourt. Hahaha.. Tapi gue diingetin sama temen gue tersayang, " Mbak, kita udah bayar mahal lho..." 
" Baiklah.

Akhirnya dengan menyeret-nyeret peralatan ski dan dengan balutan sepatu ski yang juga ga nyaman, gue menyerah masuk ke medan perang. Ikut rombongan menuju ski parknya. Dan sumpah keren banget tempatnya. Pertama kali kita diajarin cara pasang skinya, kemudian cara pegang tongkat skinya dan cara menjatuhkan diri.  Menarik sih tapi ternyata ga gampang.
Dan gue yang penakut ini benar-benar tersiksa. Sebenarnya bukan penakut banget sih cuma gue itu orangnya takut banget kalau harus jatuh. Kalau udah jatuh takut susah untuk bangkit lagi... eaaaa....

" Yuk, mbak. Naik ke skylift-nya."
" No, thanks," kata gue. 
Gue sudah cukup puas main-main di bawah sini aja. Itupun perlu effort yang luar biasa untuk bisa berdiri dan bertahan di atas si papan ski. Tapi yah gue sukses main-main salju dan foto-foto. Terus sumpat vidcall juga sama anak-anak di rumah. Bahagia gue yah gini aja, ga perlu naik, ke atas dan ski dari puncak. Kayanya gue rugi yah bayar semahal itu.. hahahaha. Jiwa pelitnya berteriak. 

Jam dua belas kita break makan siang. Akhirnya lega terbebas dari peralatan ski yang berat itu. Tapi karena sepatu ada di loker, kita tetep pakai sepatu skinya dan berjalan dengan gaya robot menuju ke wilayah hotelnya karena sekalian mau shalat di sana. Kita beli makanan di convenience store situ dan enak-enak. Dasarnya aja suka jajan yah. 
Setelah makan dan shalat kita balik lagi ke tempat ski untuk main-main lagi sampai jam empat waktunya pulang. Lega, puas main-mainya, dan lapar.....

Kalau buat pengalaman pertama sih tempat ini boleh banget dicoba karena kita disajikan pemandangan dan pengalaman yang ga mungkin kita dapat di Indonesia. 
Mungkin next time gue akan lebih berani yah, atau mungkin ga ada next time, karena gue mendingan belanja di Myeongdong aja... :)

Cheers,
Dhidie

Wednesday 1 April 2020

Dear Kakak, Angkatan 2020

Menyaksikan sebuah video di Youtube,
Mendadak kenangan tentang masa SMA muncul dipelupuk mata. 
Perjuangan, solidaritas dan persahabatan di masa-masa terakhir di bangku sekolah.
Jatuh bangun dalam proses menyerap ilmu demi mencapai cita-cita.
Di masa terakhir belajar dengan mengenakan seragam sekolah.
Di masa terakhir ketika kita sudah mengenal satu angkatan di sekolah.
Di masa terakhir kita begitu dekat dengan guru-guru kita.
Di masa terakhir, kita masih boleh bermimpi kelak hendak menjadi apa. 
Dear anak sulungku, tulisan ini untuk kamu....



Dear Kakak, 
Masih ingat waktu pertama kali kita tahu kalau kakak diterima di sekolah itu. Rasanya senang luar biasa. Meskipun sebenarnya mami selalu yakin kalau kakak pasti akan diterima di sekolah itu. Kakak masih ingat ga ? Sebelum diterima di sekolah itu ada tiga sekolah yang kita kunjungi. Di daerah tebet, di pasar minggu dan di sekolah kakak yang sekarang.
Ketika kita masuk satu persatu sekolah itu, di dalam hati mami sebenarnya ada rasa tidak rela kalau kakak harus menempuh perjalanan sejauh itu demi menuntut ilmu. Apalagi harus kos segala, mami pikir belum waktunya.

Tapi, ketika kita sampai ke sekolah kakak yang sekarang, meskipun ini pilihan ketiga kakak, hati mami mendadak tenang. Sekolahnya terasa nyaman dengan lingkungan yang hijau.  Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari rumah, hanya lima belas menit dengan ojek online. Mami langsung berpikir, ini tempat yang tepat untuk kakak belajar. 

Mungkin tanpa sadar mami berdoa agar kakak bersekolah di sana saja. Supaya tidak perlu berangkat kepagian dan kesorean. Supaya sepulang sekolah kakak masih bisa melakukan aktivitas yang lain atau cepat pulang ke rumah untuk beristirahat. Dan Alhamdulillah, kakak diterima. Meskipun mami tahu kakak pengin sekali sekolah di SMA di Tebet itu, karena mami juga dulu begitu. Sistem zonasi membatasi usaha kita. Dan mami sangat bersyukur karena kakak tidak perlu berangkat sekolah jauh-jauh bahkan sampai tinggal jauh dari rumah. Mami jadi tahu alasan eyang melarang mami juga bersekolah di tempat yang jauh dari rumah. Mami yakin, ini yang terbaik buat Kakak.

Dear Kakak,
Mami tahu kakak mengalami masa adaptasi yang luar biasa. Karena sampai SMP kakak bersekolah di sekolah swasta dengan lingkungan yang cenderung homogen. Tiba-tiba kakak harus bersekolah di lingkungan yang lebih heterogen. Mami tahu bagaimana shocknya kakak, meskipun kakak ga pernah bilang ke mami. Dalam hati mami juga bertanya-tanya, apakah keputusan mami dan papi ini benar ? Apakah tidak sebaiknya kakak tetap ada di sekolah swasta.
Mami tahu kalau selama masa adaptasi itu kakak masih sering main ke sekolah yang lama. Karena sahabat-sahabat kakak melanjutkan SMAnya di sana. Mami tahu kalau kakak masih suka pergi dengan mereka, masih suka membanding-bandingkan antara sekolah yang baru dan sekolah lama, tapi yah mami biarkan saja. Memang perubahan itu  ga bisa sekaligus dipaksakan, perlu waktu untuk move on....

Dear Kakak,
Mami akhirnya senang ketika mendengar kakak mau ikut seleksi menjadi pengurus OSIS, berarti kakak sudah mulai betah di sekolah. Kemudian ketika kakak akhirnya janjian nonton dengan teman-teman sekelas. Kemudian ketika mulai ada satu, dua orang teman yang main ke rumah. Kakak akhirnya bisa move on.
Kemudian ada lagi tantangan yang lain, kakak harus belajar keras. Mami tahu kalau kakak bangun tengah malam untuk belajar, mami tahu kakak dan teman-teman pakai LINE untuk belajar, untuk saling support, untuk mengajarkan supaya tidak ada teman sekelas yang ketinggalan. Satu hal lagi yang berbeda, tidak ada lagi yang namanya belajar disuapin guru. Guru hanya membimbing, murid-murid yang berusaha untuk belajar sendiri. Diam-diam mami kagum, betapa kompaknya teman-teman kakak di kelas sepuluh kemarin. Seperti tidak ada persaingan karena yang pintar masih mau mengajari yang kurang. Ternyata kekompakan muncul dari rasa senasib sepenanggungan.

Dear Kakak,
Di tahun kedua di bangku SMA, kakak mulai sibuk dengan kegiatan berorganisasi. Mami juga tidak pernah melarang, karena mami juga dulu begitu. Bahkan mungkin lebih parah. Mami tahu bagaimana sibuknya mempersiapkan suatu acara sekolah. Mami tahu bagaimana kakak harus berangkat subuh apabila menjadi panitia acara, karena mami tahu bagaimana senangnya ketika suatu acara sudah selesai dan sukses dilangsungkan. Rasa senangnya bisa membayar rasa lelahnya, dan mami senang kakak bisa mengalami juga hal itu. Pengalaman berorganisasi yang akan kakak ingat seumur hidup. Dan meskipun sibuk, kakak bisa tunjukin ke mami kalau nilai rapot kakak selalu lebih baik di setiap semesternya. Itu yang bikin mami tenang dan percaya sama kakak. 

Dear Kakak,
Ga terasa akhirnya sampai juga di tahun terakhir masa SMA. Tiba-tiba mami sadar kalau kakak sudah dewasa, akhirnya punya KTP dan selalu ribut minta dibuatkan SIM juga. Ketika kakak bilang jurusan kuliah apa yang akan kakak pilih nanti, benar-benar di luar dugaan mami. Mami terus bertanya apa alasan kakak pilih jurusan itu, dan ketika kakak bisa menjawabnya dengan alasan yang masuk akal, akhirnya mami mengerti kalau itu yang benar-benar kakak inginkan. Karena apapun yang menjadi pilihan Kakak, mami akan selalu berdoa agar memang menjadi yang terbaik untuk kakak. Masa kelas dua belas ini Mami tahu kalau kakak dan teman-teman belajar dengan sangat keras. Tidak hanya di sekolah tapi juga di tempat bimbel. Bahkan sampai malam. Mami senang Anak mami menyadari apa yang menjadi kewajibannya.  Mami tahu ketika kakak sudah jenuh belajar kakak diam-diam main PS, atau mendengarkan musik keras-keras di kamar. Atau bahkan tidur seharian. Tidak apa-apa, Kak. Kalau memang harus break dulu, otak juga perlu istirahat.  Mami selalu berdoa agar kakak diberikan kesehatan dan keselamatan, karena mami tahu satu persatu teman sekelas kakak sakit karena kelelahan belajar. Waktu kakak bilang, kakak jenuh dan mau di rumah saja, mami juga izinkan kan ?

Dear Kakak,
Sejak awal tahun kemarin tidak henti-hentinya ujian yang kakak hadapi. Simulasi ini itu, try out ini itu. Doa mami cuma satu, kakak selalu diberi kesehatan. Mami tahu kakak capek, bosen bahkan mungkin sudah muak dengan kegiatan belajar ini. Tapi mami juga ga bosan-bosannya mengingatkan kalau kondisi ini hanya sementara, setelah semua ini berlalu kakak akan punya banyak waktu untuk melakukan apa yang kakak mau sambil menunggu masa kuliah dimulai. Waktu itu mami berjanji, Nanti kita liburan yah, Kak.

Dear Kakak,
Ditengah-tengah ketegangan Ujian Sekolah, tiba-tiba ada hal yang lebih mengejutkan. Hal yang menyebabkan semua hal seperti terhenti diam. Wabah virus penyakit, Covid19, sudah muncul di Indonesia. Mendadak ada instruksi untuk belajar dari rumah. Ketika semua menjadi antiklimaks, ketika doa yang dipanjatkan di setiap sujud mendadak berubah total.
" Ya Allah, hindarkanlah kamu sekeluarga Dari penyakit ini." Ketika ucapan," Manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan yang menentukan" benar-benar terasa di dalam kehidupan. Mendadak ketakutan akan wabah dirasakan di seluruh penjuru negeri.

Sekolah, murid dan orang tua bingung harus melakukan apa. Ujian Sekolah yang belum selesai terpaksa ditangguhkan. Murid-murid dibimbing dengan kelas online untuk menghadapi UN. Semua beradaptasi kembali, guru, murid dan orang tua. Orang tua benar-benar kembali menjadi bagian proses belajar-mengajar, 
Mami menjadi rajin bertanya, kakak belajar apa hari ini ? Kakak, sudah absen belum ? 
Bukan cuma kakak yang stress, mami juga stress, guru-gurunya juga pastinya stress karena ada pekerjaan yang menjadi tertunda. 
Satu minggu kemudian, ada berita baru lagi kalau UN ditiadakan untuk tahun ini. Kembali semua orang bertanya-tanya. Berarti tidak ada nilai NEM dan nilai STTB adalah berdasarkan nilai rapot saja.
Mami tahu mendadak kakak menjadi tidak bersemangat. Kakak bilang kalau kakak sekarang bingung harus belajar apa, sekolahpun bingung. Karena sekarang tidak ada lagi yang harus dilakukan. Semua berakhir sebelum waktunya. 

Tapi, Kak.
Perjalanan ini masih panjang. Masih ada seleksi perguruan tinggi negeri yang harus kakak lalui. Masih ada usaha yang harus dilakukan demi mewujudkan cita-cita Kakak.
Pasti tidak enak rasanya ketika semua menjadi antiklimaks. Tapi di dunia ini tidak ada perbuatan yang sia-sia. Tidak ada istilah," Buat apa kemarin capek-capek belajar." Tidak ada. Semua itu pasti ada gunanya. 

Pada saat pergantian tahun kemarin tidak ada yang tahu kalau tahun 2020 akan dimulai dengan kisah sedih ini. Ingat mami pernah bilang, " Wah kakak keren yah angkatannya namanya angkatan 2020." Iya, memang sekeren itu angkatan kakak. Angkatan yang dicatat dalam sejarah ketika kehidupan seperti di-reset kembali dari nol. Ketika banyak teori yang ada yang mendadak menjadi usang dan banyak teori baru yang akhirnya ditemukan. Solidaritas tercipta ketika seluruh dunia berperang melawan musuh yang sama. Tahun 2020 akan menjadi catatan sejarah terbesar sepanjang masa.

Dear Kakak,
Life goes on. Kondisi yang memaksa kita untuk terus beradaptasi dengan perubahan. Perjalananan masih panjang, karena begitulah kehidupan. Masih akan banyak rintangan di luar sana. Tidak cukup  hanya sampai masuk kampus impian, tidak sekedar bisa lulus menjadi sarjana dengan IPK tinggi, bukan juga sekedar mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. 

Karena makna kehidupan jauh lebih luas dari itu. Bagaimana kita bisa berbuat baik kepada orang lain, bagaimana kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Bagaimana kita bisa berbagi dan tidak hanya memikirkan diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa memberikan hal yang positif kepada lingkungan kita. Dan bagaimana kita senantiasa berdoa, beribadah dan bertingkah laku sesuai ajaran agama kita. Itu yang akan menjadi dasar bagaimana orang akan mengingat kita setelah kita tiada.

Dear Kakak,
Tetap semangat. Jangan khawatir dengan pesta perpisahan yang gagal dilakukan, jangan khawatir dengan ucapan perpisahan dengan teman-teman dan para guru yang belum sempat disampaikan. Kebersamaan tiga tahun dengan teman-teman kakak ini tidak akan lekang oleh waktu. Kakak akan tetap menjadi angkatan 2020 yang lulus dari sekolah itu. 

Mami selalu bangga sama kakak. Mami akan selalu berdoa yang terbaik untuk kakak. Dan semoga bumi ini segera sembuh dari sakitnya.  Bila doa kita belum dikabulkan, jangan menyerah, karena mungkin belum saatnya.


Cheers,
Mami.