Featured post

Tuesday 27 December 2022

Year 2022 for Me

 Happy New Year!!

Belum sih, masih beberapa hari lagi menuju tahun yang baru :) Tapi, apa sih arti 2022 buat gue? Dan buat kamu?



Tahun 2022 mungkin untuk lebih mudahnya akan gue buat menjadi tiga fase:

Pertama, January - April, Fase Penulis

Iya, gue kembali menulis. Di tahun 2022 ini gue menyelesaikan beberapa buku. Not really a book sih. Mungkin lebih tepatnya gue menyelesaikan beberapa cerita. Gue pernah nulis juga gimana gue berakhir dengan sekumpulan penulis yang hobi menulis antologi. Antologi ada kumpulan cerpen. Bermula dari ajakan yang iseng2 gue terima sampai akhirnya berakhir dengan keterlibatan pada lima buah novel antologi dan satu buah novel gue sendiri. Pokoknya gue berusaha keluar dari zona nyaman gue. Gak bermaksud apa2, tapi pada akhirnya gue sadar kalau gue tidak bergabung ke sebuah publisher besar, gue hanya akan menelurkan karya dan gue tidak bisa mencari uang dari sana. Dark Side; Aku, kamu dan kopi; 4 Dongeng Istimewa; Memoar dan Dear Anakku. Dan Sebuah novel berjudul, Cerita tentang Langit dan Senja akhirnya menutup perjalanan menulis gue untuk sementara. Karena proyek yang terakhir yaitu challenge menulis novel selama satu bulan penuh terjadi terlalu menguras tenaga, pikiran dan waktu, malah membuat gue ingin istirahat sejenak dari aktivitas menulis. Itu yang yang terjadi dalam empat bulan pertama di tahun 2022. 

Kedua, May - Agustus, Fase Kehilangan

Masih gak mau mengingat, tapi memang ini adalah kenyataan, empat bulan kedua menjadi fase kehilangan di dalam keluarga kami. Papa akhirnya terbebas dari segala sakit yang dideritanya. Papa akhirnya kembali ke hadapan Allah SWT. Di fase ini gue merasa benar2 terpuruk. Gue gak pengin melakukan apa2. Gue berhenti melakukan segala sesuatu. Semua yang gue lakukan hanya sebatas jadwal yang memang biasa gue lakukan. Gue malas melakukan apa2. Bahkan gue berhenti menerima pesanan kue dan gue berhenti menulis. Gue juga disibukkan dengan si bungsu yang mau masuk SMA. Satu hal baik yang mungkin terjadi di kuartal kedua ini adalah gue pertama kalinya main angklung di luar kota. Dan gak tanggung2 di hotel Tentrem di depan Gusti Putri. Lalu main angklung di Museum Nasional Jakarta, kemudian untuk pertama kalinya sejak kepergian Papa kita berkumpul lagi lengkap satu keluarga di Lembang. 

Ketiga, September -  Desember, Fase Recovery

Kuartal ini diawali dengan sebagian besar keluarga besar terkena Covid. Ada duka, ada doa dan air mata. Tapi Alhamdulillah semuanya sudah kembali sehat. Gue juga mulai disibukkan dengan segala kepengurusan, dan semakin terasa perbedaan semua aktivitas yang kembali menjadi normal. Harus adaptasi lagi, waktu seperti berlari. Terkadang masih rindu untuk kembali bekerja di kantor. Tapi masih sulit untuk melepaskan waktu bersama anak2 yang begitu berharga, bisa morning walk di GBK dan bisa yoga sendiri setiap pagi.  Mungkin gue harus mencari cara lain untuk menghasilkan uang tanpa harus terjebak di dalam rutinitas dan jadwal yang padat. Aktivitas financial sharing sebentar lagi akan mengembangkan sayap menjadi sebuah channel podcast bernama Rumpi Finansial.  Dan gue juga akhirnya bisa membuat satu channel podcast yang membahas tentang drama korea. Gue kembali menulis di blog ini, dan gue memiliki saluran baru untuk menulis tentang makanan di aplikasi pergi kuliner. Di bulan Desember ini si bungsu akhirnya berangkat umroh, yang nampaknya menutup perjalanan tahun 2022 ini dengan sempurna. 


Hampir tidak ada mimpi di tahun 2022 ini. Hanya menjalani apa yang harus dijalani. Dan bersyukur atas apa yang sudah diberikan. Dan belajar dari apa yang sudah terjadi. 

So Long 2022, Hello, 2023!

Cheers, Dhidie

Saturday 24 December 2022

Minum Kopi di Ketinggian : Kopi Banaran #PKLSMG

 Akhirnya Semarang. Kota Lumpia dan Wingko Babat. Terakhir kali ke sini tahun berapa yah? Pokoknya kaya masuk ke wishlist gue karena gue punya dua sahabat yang tinggal di sana. Dan waktu kecil juga pas road trip pulau Jawa sama keluarga, Semarang termasuk kota yang cukup berkesan buat gue. Tapi kali ini beda, kan perginya bareng tetangga...



Salah satu yang menarik buat itinerary ke Semarang ini adalah kita bakalan ngopi di Kampoeng Kopi Banaran. Pernah denger tapi lupa ada apa sih di situ. Ternyata kopi Banaran ini merupakan area perkebunan kopi milik PTPN, makanya luas banget. Cuma mereka bekerja sama dengan pihak swasta untuk bikin semacam tempat rekreasi, kaya ada stall2 makanan, ada cafe dan restoran juga dan tempat main untuk anak2. 



Begitu sampai di restorannya, langsung disambut dengan udara yang segar. Karena memang letaknya yang cukup tinggi. Excited ngeliat view nun jauh di sana, ada danau apa yah namanya kok gue lupa. Bentar googling dulu. Oh yah, namanya rawa pening. Katanya sih ada wisata airnya juga, tapi karena waktu yang terbatas kita memilih untuk eksplore kebun kopinya aja pakai mobil golf. 





Lumayan lama sih leyeh-leyeh di sini. Karena pas baru datang kita disuguhin, kopi, lumpia, tahu baso dan wingko babat serta kopi dan teh panas. Jadi langsung berasa kenyang padahal sebentar lagi jam makan siang. Terus sibuk deh kita foto2 di spot yang memang khusus disediakan. Lagi2 lihat yang hijau2 bikin hati jadi damai. Apalagi sambil ngerasain semilir angin pegunungan. Kaya pengen berlama-lama di situ.








Tour kebun kopinya juga menyenangkan. Masuk2 ke kebun kopi, lihat pohon kopi ada monyet juga. Terus foto2 deh. Dan gue baru tahu kalau kopi itu cuma dipanen satu kali dalam satu tahun. Akhirnya lihat pohon kopi juga. 




Makan siang yang disajikan juga lumayan enak, gue milih nasi wader. Wader tuh ikan kecil, kaya kalau di Bogor mah mungkin ikan balita kali yah tapi ini ukurannya lebih kecil. Tasty juga, tapi karena masih kenyang sama snack jadinya harus ngabisinnya dengan susah payah. Seru aja sih makan siang sambil ngeliat kebun kopi. 



Setelah selesai makan, kita chill out lagi, ada juga yang lanjut line dance. Dimanapun kapan pun yah saudara2. Mungkin kalau bawa angklung kita udah main angklung...Hahaha...

Yah gitu deh, perjalanan day di Semarang. Nanti malam kita mau melewatkan malamnya di kota lama Semarang. Gak sabar.


Cheers, Dhidie

Pekalongan Semarang - Trip di Akhir 2022 #PKLSMG

Sempat on and off antara mau ikut trip akhir tahun ini. Karena tanggalnya pas bertepatan sama anak gue ulang tahun. Tapi setelah menimbang dan mengukur, serta mendapatkan restu dari pihak2 terkait, akhirnya gue memutuskan untuk berangkat. Dan keputusan terbaik bulan ini sih karena gue tidak menyesal sama sekali... :)



Jadi kita berangkat naik kereta Argo Mulia jam 7.05 pagi. Lumayan sih excited, seperti biasa kalau pergi rame2 gini, 25 orang, kaya berasa gerbong milik kita sendiri. Meskipun agak gak enak hati pas kita agak ribut yah, dan gue seperti biasa memilih untuk tidur. 

Gak kerasa setelah sekitar 4 jam di perjalanan, kita sampai juga di stasiun Pekalongan, buru-buru turun karena kita cuma transit aja keretanya. Terakhir gue ke Pekalongan itu sama ibu2 juga, 9 tahun yang lalu. Gak kerasa banget yah. Dan tujuan pertama begitu sampai adalah restoran milik Dian Pelangi di daerah Batang. 

First stop restoran Kaca Langit

Dingin2 makan tekwan


Selama ini kan cuma baca kabupaten Batang di TV aja kan? Ternyata dia kaya dataran tinggi semacam Lembang atau Dago Atas lah. Sekitar satu jam ke sana dari Kota Pekalongannya. Seneng pas nyampe karena jadi bisa lihat yang hijau2 perkebunan. Jadi nama daerahnya itu Kembanglangit. Makanya rata-rata restoran atau kafe di sana pakai nama Langit atau Kembang. 

Kita sholat dan lunch di sana. Lanjut ngobrol-ngobrol santai sambil menikmati suasana pegunungan. Sempat hujan lumayan deras, tapi kita nikmatin aja karena kita duduk di kaya lantai atas gitu yang atapnya transparan jadi syahdu aja ngeliatin titik hujan. Setelah hujan muncullah kabut tebal. Pemandangan yang juga sudah jarang bisa dinikmati sekarang, bahkan di Lembang sekalipun. Biasanya lihat asap polusi aja kan yah? Hahaha

Dari situ, kita lanjut ke kotanya lagi. Langsung ke Butik Dian Pelanginya. Betah kan biasa, cewek disuruh belanja. Dan udah beda banget sama kondisi sembilan tahun yang lalu. Tapi masih seru buat ngubek2 cari daster dengan motif shibori di sana. Dan daster yang gue beli sembilan tahun yang lalu tuh kaya masih awet dan gak berubah. Emang jarang dipake sih, jadi gue beli lagi aja, kali ini tangan panjang karena udah berhijab kan?

Capek belanja, udah pliket juga, kita ke penginapannya jalan kaki aja. Karena kita masih ada acara makan malam habis ini. Semuanya di lokasi yang sama sih. Penginapannya homy banget, berasa Losmen Bu Broto, barang2nya personal banget dan kaya hand picked gitu. Jadi berasa kaya lagi bertamu di rumah orang bukan di penginapan. Kayanya semuanya pengin gue foto untuk diabadikan. Kita makan malam di restorannya yang juga cantik banget dekorasinya. Jadi pengin bawain keramik2 di rumah Nyokap habis ini... Hahaha


Kita Makan Malam di sini 

Berasa kaya lagi sarapan di rumah kan?

Keren banget vibes nya

Banyak aksesoris antik lucu2 di sini


Alhamdulillah bisa tidur nyenyak malam itu. Dan kita dapat surprise makan pagi yang lezat banget. Semuanya enak dan hampir gak ada yang fail rasanya. Gue makan nasi megono yang kayanya gue baru makan saat itu pertama kali. Pokoknya breakfastnya paket lengkap dengan ruang makan dengan meja panjang yang berasa kaya lagi di ruang makan keluarga. 

Yah, gitu deh, masih harus perjalanan lagi ke Semarang. But I really have a good time here in Pekalongan yang katanya kota penghasil batik yang konon penghasil pendapatan daerah tertinggi juga. 

Next kita Semarang, See you...



 

Wednesday 21 December 2022

Kafe boho tercantik, bonus dilayanin robot...

 


Tak sengaja, lewat depan rumahmu. Eh gak dong.. Maksudnya kita nemuin kafe ini tuh gak sengaja. Awalnya mau cuci mobil aja di daerah Tubagus Ismail. Dan ternyata berbonus bisa ke kafe yang cantik banget.


Namanya Reveuse. Hm... bingung sih artinya apa, karena kalau dibaca cepat jadi seperti Refuse alias menolak. Tapi setelah pakai google translator, arti pengkhayal. Ooh... Alhamdulillah bertambah lagi satu kosa kata hari ini. 

Ini asli gak keliatan sih dari luar dan gak pernah masuk ke wishlist trip gue ke Bandung. Tapi ternyata, ini interior Boho terniat yang pernah gue lihat. Jadi interiornya benar2 kaya kafe2 di Korea dan tempatnya juga memang luas banget. 

Jadi, gue yang memang excited sama Boho style dan warna pink dan hijau kaya berasa dimanjain banget matanya. Rasanya pengen berlama-lama menikmati interior yang super cantik ini. Tapi apa daya, ketika cuci mobil selesai kita harus pulang..Hahaha...

Makanannya enak ga? Hm... menunya sih so so aja, dan gak banyak variasi juga. Berhubung kita memang gak berniat makan berat jadi order yang ringan2 aja, seperti cireng misalnya.. Hahaha tetep yah. Dan yang mengejutkan gue gak expect kalau robot yang sering gue lihat di drama Korea yang bakal nganterin makanannya.... 











Overall experience, yah... cukup menghiburlah. Karena bisa jadi ide interior di rumah juga...

Cheers, dhidie





Tuesday 20 December 2022

Jajan Pastry di Bandung

 



Waktu zaman kuliah dulu, kayanya jajanan di Bandung cuma ada bakso malang, Bakmi, ayam goreng, mie kocok, batagor, yah pokoknya yang tradisional2. Waktu dulu juga lagi musim warung2 steak murah meriah. Atau kalau mau yang rada2 western, cuma ada cafe Oh La La di Dago, Kafe Victoria Di BIP atau makan di PT RASA di Jalan Tamblong. Atau kalau mau yang seger2 minum Yoghurt di Cisangkuy plus jajan kentang goreng sosisnya. Udah deh simple. Tapi sekarang 20 tahun kemudian Bandung penuh dengan coffee shop dan kafe2 yang jual dessert dan pastry. Dan banyak yang enak2 dan bikin kangen. Jadi sekarang kalau ke Bandung pengen nyobain semuanya rasanya. Karena emang enak2 sih....

Dimana aja?

Yang pertama ada Ambrogio Patisserie, yang letaknya di Jalan Banda. Kayanya ini udah umum dan semua orang tahu yah. Waktu itu ke sananya pagi-pagi. Jadi yah gak makan berat, cuma pastrynya belum semuanya ready sih, jadi waktu itu gue cuma almond croissant yang katanya enak dan mango cake yang signature dessertnya. Icip2 macaroonnya juga. Dan semuanya enak, gue lupa sih gue order kopi apa, mocha atau apa gitu, agak mahal sih kalau buat ukuran Bandung, tapi banyak banget, pake gelas tinggi gitu. 

Cafe ini juga punya menu makanan berat yang harganya menunjukkan kelasnya. Karena gue juga suka masak gue yakin harganya sama dengan kualitas sih, kalau lihat dari lokasi, udah pasti dia pakai ingredients yang premium. Makanya semua yang gue pesen enak2 dan pake teknik bikinnya.

Untungnya karena pagi, suasananya jadi gak terlalu rame, padahal biasanya, apalagi weekend orang sampai antri2. Jadi kita masih bisa nikmati suasana kafe yang tenang dan nyaman banget. Cuma gak asiknya, karena pas kita udah selesai dan mau bayar, dessert dan pastrynya udah lebih lengkap di display dan semuanya tampak enak. Mungkin lain waktu harus diulang. By the way, Ambrogio itu bahasa Italia yang artinya Abadi. Seperti nama toko roti yah? Hahaha







Kafe yang kedua, namanya Bellamie Boulangerie, keren yah. Bacanya harus pake aksen Perancis yah. Kalau bahasa Perancis artinya tampan alias ganteng. Emang ganteng sih, enak2 semua. Kalau yang ini lokasinya di Cihapit. Tempatnya lebih kecil dan agak susah cari parkir. Terus gak tau kenapa suasananya lebih hiruk pikuk aja. 

Pas lihat displaynya, bingung dong mau pilih apa. Karena semuanya tampak enak dan layak dicoba. Akhirnya gue menjatuhkan pilihan pada croissant cheese, kemudian akhirnya memesan peach pastry, bahn mi, sandwich dan croffle. Tapi gak rugi sih, karena semuanya enak.... Kopinya juga gue pesen yang caramel pop corn, dan itu enak banget. Pesen satu minum untuk berdua karena takut porsinya sebanyak di Ambrogio kemarin, tapi ternyata tidak. Jadi lain kali pesen minum sendiri2 aja yah, daripada seret. Oh yah, saking banyaknya sampai di-take away sebagian.




Tempat ketiga itu, semacam hidden gem. Karena mungkin gue gak bakal bisa balik lagi ke situ sendiri. Namanya Waroeng Snoepen. Tempatnya kecil kaya di ruko gitu di daerah geger kalong. Bisa di-googling sih sebenernya. Tadinya udah kaya underestimate sih, masa enak? By the way, snoepen tuh dalam bahasa Belanda artinya camilan. Lengkaplah kosa kata kita dari berbagai negara kan? Hahaha...

Terus gue karena belum sarapan gue pesen croissant tunanya, padahal katanya cheese croissantnya yang enak. Tapi yah sudahlah, terus gue pesen kopi dari sister companynya di sebelahnya. Dan benar saja dong, enak. Harganya juga paling murah di antara pastry2 yang kemarin gue coba, meskipun tempatnya kecil dan belum tentu bisa makan di situ kalau pas lagi rame tapi lebih sejuk karena memang terletak di daerah atas. Pengen sih next time coba yang lain, kalau punya banyak waktu....





Jadi sebenarnya mana yang paling enak? Yah, preferensi aja sih. Kalau mau beli suasana, kalau mau fancy2 yah ke Ambrogio. Kalau mau makanan yang enak dan lumayan terjangkau ke Bellamie. Tapi kalau mau sesuatu yang humble but really good yah ke Snoepen. Udah sih gitu aja....

Cheers, Dhidie