Featured post

Monday 30 November 2020

#bahasdrakor Start Up? Choosing Between Past and Future

Mari kita membahas sesuatu yang receh Hari Ini.



Start Up adalah drakor kesekian yang gue tonton di masa karantina ini. Cara gue menentukan suatu drakor bagus atau enggak, yah coba aja Nonton episode pertamanya, kalau ternyata gue penasaran dan pengen lanjut ke episode kedua, berarti gue bakal suka sama overall drama ini. Tapi bisa aja kalau misalnya ada ngereferensi-in drakor dan gue ga suka episode pertamanya, gue akan bertahan coba eposide keduanya, kalau ga works juga, ya udah tinggalin aja, mungkin drama itu bukan untuk gue. Hahaha.. penting banget ini topiknya.

Apa yang menarik dari Start Up. Pertama, karena dia membahas tentang topik yang lagi happening dan relate ke generasi angkatan kerja sekarang. Ketika generasi sekarang dengan bangga bilang, " Gue kerja di perusahaan Start Up." Kemudian teman-teman yang kaya ngeliat dia dengan tatapan," How lucky you are.." Drakor ini benar-benar menggambarkan kondisi seperti itu. Kayanya kerja di satu perusahaan atau membuat suatu perusahaan "start up" itu menjadi impian para fresh grade. Apapun nama perusahaannya, berapapun gajinya dimana pun lokasinya, kata "start up" seperti impian angkatan kerja baru. Dan "Start Up" berhasil mewakili impian itu. Dengan suasana kantor yang "Google" dan "Silicon Valley" banget, pakaian yang casual, fasilitas kantor yang mewah dan lengkap, belum lagi outdoor yang kayanya seru aja bisa kerja sambil santai-santai di taman, bikin mata kita dimanjakan sama background yang keren2 sepanjang drama.

Kedua, apa yah? Bae Suzy. Gue suka banget sama dia sejak di Uncontrollable Fond, terus while you're sleeping. Actingnya menurut gue sih selalu oke, dan punya karakter. Di sini dia berperan sebagai, Seo Dal Mi, seorang gadis pekerja keras namun seperti selalu dalam situasi yang tidak menguntungkan. Tapi seperti quotes yang akhir2 nampak sangat popular," kerja keras tidak akan mengkhianati hasil" nampaknya dia akan berakhir demikian. 

Ketiga, konflik percintaan yang sederhana namun tampak rumit bagi orang yang mengalaminya. Ketika seorang gadis harus memilih di antara dua pria yang menaruh hati padanya. Kombinasi karakter dua pria yang pada awalnya merupakan satu orang di pikiran sang gadis. Satu orang dari masa lalu dan satu orang dari masa sekarang yang bersjamaan muncul dan membuat semuanya jadi membingungkan. Nam Do San dan Han Ji Pyeong, yang akhirnya memunculkan dua team di kehidupan nyata. Team Ji Pyeong dan Team Do San, bahkan sampai ada hashtag #kawaljipyeong di twitter :)

Ji Pyeong merupakan orang dari masa lalu Dal Mi yang mengisi khayalan sama kecilnya melalui surat2 yang diselipkan di sebuah kandang burung yang terletak di pohon di depan warung neneknya. Sedangkan Do San, adalah seorang programmer, pemenang Olimpiade Matematika, yang semula diminta untuk berpura2 menjadi Ji Pyeong di depan Dal Mi, namun berujung benar2 jatuh cinta kepadanya. Kenyataan bahwa sosok yang selama ini tertanam di benak Dal Mi adalah dua orang yang berbeda adalah suatu konflik yang dimunculkan secara menarik. 

Gue pun sempat berdebat dengan teman gue sesama penggemar drakor. Ketika dia bertanya," Lo team siapa?" Gue langsung bilang, gue team Do San. Kenapa? Menurut gue setidaknya Do San lebih berani dalam mengungkapkan perasaannya dibanding Ji Pyeong yang awalnya bersembunyi dan tidak mau mengakui bahwa dia yang selama ini menuliskan surat kupada Dal Mi. Lalu gue di-challenge lagi," Tapi kan Ji Pyeong lebih mapan, lebih merupakan pilihan yang realistis buat seorang wanita." Tetap gue bertahan, Do San tetap sesuatu real menurut gue yang hadir di kehidupan saat ini dan dengan terbuka melakukan sesuatu yang jelas untuk menunjukkan rasa cintanya kepada Dal Mi. Sometimes what you feel is more important than what you are. Itu menurut gue, dan gue belum tahu drama ini akan berakhir gimana. Karena siapapun yang dipilih Dal Mi, yang pasti jalan ceritanya sudah cukup menghibur buat gue.

Kalau kamu, team siapa ?


Cheers, Dhidie

Thursday 26 November 2020

Ikutan Kelas Online di Masa Pandemi ?



Belajar di masa pandemi?
Mungkin gue adalah salah satu orang yang bersyukur dengan kondisi harus di rumah aja. Terus terang, gue sebenernya bukan orang yang easy going. Gue perlu waktu untuk beradaptasi dengan suatu lingkungan baru. Gue ga terlalu mudah untuk membuat teman baru, tapi sekali sudah menemukan yang klik, gue akan total :) Sebenarnya gue kangen dari normal yang dulu itu apa? Gue gak kangen ke mal. Gue kangen pergi ke kafe sendirian untuk kemudian tenggelam dengan laptop gue. Gue kangen mencoba kafe baru, menikmati suasana kafe dan kemudian mengabadikannya di account instagram gue. 

Ketika terpaksa harus di rumah aja, selain kelas yoga regular gue via zoom dan Pelajaran memasak di Youtube, gue akhirnya mulai mendaftarkan diri untuk mengikuti beberapa kelas online. Apa keuntungannya ikut kelas online ini, tentu saja yang terpenting adalah hemat biaya transportasi dan waktu tempuh menuju tempat belajar. Tidak perlu pake make-up dan berdandan. Cukup lipstick seperlunya, itupun kalau terpaksa harus menyalakan video di awal-awal pelajaran, setelah itu, bablas. Kapan lagi belajar sambil dasteran? Mungkin yang terasa hilang di kelas online ini adalah spontanitas dari interaksi dan kebersamaan dalam menuntut ilmu. Meskipun akhirnya bisa didapat juga dari masing-masing group WA yang dibentuk. Tapi tetap saja, masih lebih baik reality dibanding virtual... :) Tentu saja karena semua bersifat virtual yang terpenting dari kelas-kelas online ini adalah komitmen. Komitmen untuk hadir dan komitmen untuk mengerjakan seluruh tugas yang diberikan. 

Kelas pertama yang gue ikuti tentu saja kelas menulis. Sudah lama sekali gue pengen join kelas menulisnya komunitas Salihara dari penulis Ayu Utami. Secara ga sengaja, melalui salah satu iklan di instagram gue tahu kalau mereka sedang membuka kelas online mengenai teknik penulisan berbobot. Tanpa berpikir panjang, gue langsung mendaftarkan diri. Kelas diadakan setiap hari Sabtu selama dua jam selama satu bulan. Range umur peserta kelas benar-benar bervariasi. Kelas berlangsung cukup interaktif dan banyak ilmu penulisan yang gue dapat. Kita juga harus menyelesaikan beberapa tugas yang kemudian akan dinilai dan diberikan komentar oleh Ayu Utami sebagai pengajar. Waktu itu ada sekitar 25 orang dalam satu kelas. Rasanya senang berada di kelas bersama dengan orang-orang yang tertarik untuk belajar hal yang sama. Platform yang digunakan waktu itu sempat berganti-ganti dari Blue Jeans, kemudian zoom sampai akhirnya menggunakan google meet.

Selanjutnya gue sempat mengikuti kelas fotografi yang diadakan oleh komunitas instagram motokuyjek. Kelas berlangsung satu minggu melalui WhatsApp group. Semua peserta harus lulus kelas basic dulu sebelum kemudian naik tingkat untuk bisa mengikuti kelas-kelas lanjutan lainnya. Ada sekitar 30 orang di satu kelas, setiap hari ada tugas yang diberikan dan harus disetor paling lambat keesokan harinya. Kelasnya cukup menyenangkan sekaligus menegangkan, karena adanya deadline pengumpulan tugas dan tugas yang diberikan semakin menantang setiap harinya. Rasanya lega banget setiap kali bisa menyelesaikan satu tugas. Dan tidak harus mengulang! Yang menarik di sini adalah para pengajar benar-benar membimbing secara interaktif sehingga percakapan yang terjadi hampir terasa tidak virtual lagi. 

Kelas ketiga yang gue ikuti adalah kelas Sertikasi Financial Planner, ini kelas yang paling serius dari kedua kelas yang gue ikuti sebelumnya. Kelas ini diadakan oleh MMFEBUGM dan merupakan satu-satunya kelas CFP online yang diadakan di masa Covid ini. Lamanya kelas sekitar 4 bulan. Kelas terbagi menjadi empat modul, diadakan setiap hari Sabtu jam 8 hingga jam 12 siang. Materi yang dipelajari adalah basic financial, insurance dan risk, investment, tax dan estate planning. Kelasnya benar-benar seru karena pengajarnya selain dosen pengajar di UGM juga para praktisi di industri keuangan. Dan gue bersyukur bisa ikut kelas ini. Meskipun setiap kali mau ujian modul gue benar2 harus nge-blok waktu gue cuma untuk belajar, belum lagi ada tugas paper dan presentasi dan terakhir sertifikasi yang diadakan oleh asosiasi yang diadakan dua hari berturut-turut. Hasilnya memang belum diumumkan, cuma gue berharap bisa lulus langsung tanpa harus mengulang. 
Yang menyenangkan dari kelas ini adalah di satu kelas kita berasal dari background yang berbeda-beda, dan ternyata feel ikut kelas online itu sebenarnya sama aja kaya kuliah biasa. Cuma mungkin yang kurang adalah gak ada acara ngopi bareng temen setelah pulang kuliah...
Itu aja sih....

Untuk selanjutnya gue sudah memutuskan untuk ikut kelas baking, tapi mungkin nunggu pandeminya berakhir aja. Biar bisa ikut kelas offline aja. Biar bisa ngopi2 selesai kelas :)

Cheers, Dhidie