Featured post

Tuesday 31 March 2020

Back To School, Let's Go!

Masa kuliah tuh masa yang menyenangkan banget.
Ketika kita perlahan bertransformasi menjadi manusia dewasa.
Bertanggung jawab atas diri masing-masing
Mengamalkan apa yang selama sudah dipelajari di dalam rumah. 
Kalau menurut kamu enakan menjadi mahasiswa atau menjadi manusia dewasa ?


" Lo harus ke Ewha University," kata teman gue waktu tahu gue mau ke Korea. Gue rada bingung juga sih. Mau ngapain yah ke kampus di Korea, buang-buang waktu gak sih jadinya. Tapi gue ga nyesel dong. Karena kampus yang khusus untuk perempuan ini, cantik banget pemandangannya. 



Dari gangnam kita naik bis menuju Ewha Woman University yang berlokasi di dekat Hongdae. Gak terlalu jauh sih, kita melewati Han River. Pengin banget turun untuk menycsuri Han river ala-ala drakor,  tapi yah, hidup itu pilihan.  Jalanan waktu itu agak macet jadi kita berpacu dengan waktu supaya ga terlalu sore sampai di kampus yang berdiri sejak tahun 1886 itu. 









Bahagia pas sudah sampai di situ, kita jalan cepat-cepat karena udara sudah mulai dingin juga menjelang sore. Masuk ke wilayah kampus yang cukup sepi, tapi gue ga habis-habisnya terpesona dengan bangunan-bangunan kampus yang benar-benar Indah. Aristekturnya ga berasa kaya di Korea tapi berasa kaya ada di kampus-kampus di Eropa.  Sinar matahari menjelang sore juga sedang cantik-cantiknya membuat refleksi bangunan yang semakin indah.  

Akhirnya kita ketemu juga dengan landmark alias photo spot yang wajib kalau berkunjung ke kampus ini. Bangunan yang dirancang oleh arsitek bernama Perrault ini, gue ga tahu sih dia berasal dari mana, tapi dia merancang bangunan ke bawah dan bukan ke atas. Seperti bangunan yang terletak di pusat kampus ini berkonsep seperti lereng dimana kita akan menuju ke bawah sampai ke titik terendah diapit oleh kanan-kiri bangunan. Kemudian kita akan muncul di sisi sebaliknya dan naik tangga menuju jalan. Gimana yah ngejelasinnya, gue bingung sih, tapi yang pasti keren banget. 

Di ujung sisi ujung yang menuju jalan raya, kita bisa menyeberang. Dan nampaklah deretan toko-toko pakaan dan kosmetik khas Anak kampus. Harganya tentu saja menyesuaikan dengan kantong mahasiswa. Sayangnya kita ga sempat mampir, cuma sempat singgah di Starbucks sebentar, lagi-lagi untuk membeli tumbler titipan. Gitu deh. 


Kesimpulannya, kalau gue punya kesempatan ke Seoul lagi, kayanya gue pengin mampir lagi deh ke sini. Pengin ngerasain belanja di kampus :)


Cheers,
Dhidie




Monday 30 March 2020

Ada Perpustakaan di dalam Mal ?

Salah satu tujuan gue Seoul selain pengen lihat LED di DDP,
gue juga pengen ke perpustakaan besar yang pernah gue lihat di postingan instagram.
Sebagai penulis jadi2an dan pencinta perpustakaan sejak SD, penasaran aja pengen lihat kaya apa perpustakaan yang besar banget itu.
Dan ternyata....
perpustakaan itu berlokasi di dalam mal.



Diantara tujuan kita untuk putar-putar Seoul hari ini adalah kita mau mampir ke salah satu mal terbesar di Seoul yaitu Starfield Coex Mal yang berlokasi di daerah Gangnam. Ternyata kata Coex itu sendiri merupakan singkatan dari Convention and Exhibition. Mal ini merupakan mal underground terbesar di Dunia. Dan pas ke sana gue ga sadar mensenai hal itu. Gue cuma bingung pas nyari direction karena gak sinkron antara hitungan lantainya sama logika gue. Dan ternyata mal ini adalah mal underground. Ga sempat explore kemana-mana, karena waktu yang terbatas dan mal yang cukup (bahkan sangat) luas ini. 



Kita langsung ke tempat tujuan. Dan gue langsung terpana melihat perpustakaan yang demikian besarnya. Rak-rak buku yang menjulang sampai ke langit-langit. Katanya perpustakaan ini punya koleksi 50,000 buku. Wow banget kan. Lagi-lagi gue harus mengakui kreativitas desain interior orang Korea yang luar biasa. Gue langsung membayangkan seandainya ada perpustakaan semacam ini di Jakarta, pasti rasanya luar biasa. 


me, pretending to be candid :)
Surga buat yang bisa baca huruf hangul
Jadi perpustakaannya sendiri terdiri dari dua setengah lantai. Lantai dasar, lantai satu setengah yang mirip mezanin dan lantai dua. Di lantai dasar ada bagian informasi atau mungkin petugas perpustakaan yang melayani pengunjung. Kemudian gue melihat juga banyak petugas yang bisa membantu mengambilkan buku atau menunjukkan lokasi buku.  Selain turis kaya gue, banyak juga pengunjung yang benar-benar mau ke perpustakaan.  Jadi minat baca di Korea ternyata masih ada.  My childhood wildest dream (atau mungkin sampai sekarang ?) sebenarnya pengin punya perpustakaan sendiri. Jadi wajar kan kalau gue terpesona banget melihat perpustakaan ini?

Bahkan interiornya juga dari buku yang ditata
pemandangan dari lantai dua

Setelah puas foto-foto di dalam perpustakaan, kita coba lihat-lihat mal, karena waktu itu ada teman yang nitip EarPodsnya Samsung, yang gue ga bisa nemu juga akhirnya. So, gue  mampir ke Uniqlo yang ternyata harganya sama aja kaya di Jakarta. Dan kita shalat deh. Ada musholla kecil di area Convention-nya. Untungnya lagi sepi banget karena pas ga terlalu banyak ruangan convention terisi. Nemu musholla pas lagi travelling tuh rasanya surga banget. 

Sempat mampir ke depan SM Town yang terletak di sebelah Mal

Setelah  dari Coex Mal kita langsung menuju lokasi lain yang ga kalah pentingnya bagi pecinta K-pop. Gue sih sebenarnya ga terlalu ngerti dunia per-Kpop-an ini. Tapi karena ada satu anggota yang tergila-gila sama Kpop dan kayanya kalau udah ke Gangnam tapi ga foto sama patung BTS kok kaya keterlaluan banget yah. Seru sih, lihat satu-satu patung yang ada tulisan groupnya. Dan gue yang cuma kenal beberapa nama aja cukup puas dengan foto-foto di beberapa patung. 


Bisa dibilang, daerah Gangnam ini memang berbeda sih. Mobil-mobil yang Lewat pun lebih keren-keren dan mahal-mahal. Pokoknya seperti dunia drakor deh. Bolehlah sekali-sekali bermimpi ala drakor. 
inget oppa gangnam style ga sih ?

selain nama group, ada foto groupnya juga


Girls Generation :)



tempat jualan souvenirnya


Hayo, siapa yang age-fans sama EXO ?

BTS dong...

Hari sudah semakin sore, sekarang kita mau kemana lagi yah? Mau lihat kampus di Seoul tuh kaya gimana sih ?

Cheers,
Dhidie

Wednesday 25 March 2020

Petite French - Rasanya kaya ada di fairy tale...

Serius ada menara Eiffel di Korea. 
Ternyata bener lho, tapi kecillll... hahaha...
Ini adalah dua destinasi yang wajib divisit juga kalau sudah sampai di daerah Gapyeong. 
Meski mungkin ga seheboh destinasi lainnya. 
Jangan lupa ke Petite French dan Garden of Morning Calm di Seoul..




Setelah dari Nami Island, kita langsung cus menuju Petite French Naik Taksi, karena katanya tempat itu bakal tutup jam 5 sore. Pas banget sampai di sana jam setengah lima. Karena sudah terlalu sore dan takut ga bisa nemu untuk balik ke station, akhirnya kita minta supir taksinya untuk nunggu kita. Untungnya dapat supir yang baik hati, atau memang dia sudah kasian sama kita. 




Kita cuma waktu sekitar satu jam, karena jam 6 mereka benar-benar sudah akan tutup lokasi ini. Lumayanlah buat browsing-browsing dikit daripada penasaran. Dan untungnya karena memang sudah sore tempat ini sudah lumayan sepi, sehingga kita bisa puas menjelajah dan foto-foto di sini. Begitu masuk ke lokasi, kita langsung disambut dengan warna-warni khas pedesaan di Perancis. Tapi mungkin karena kemarin di Busan kita sudah mampir ke Gamcheon Village, gue ga terlalu merasa wah berada di sini. Mungkin juga karena tempat ini sudah didirikan sejak 2008 jadi kesannya memang sudah ga terlalu gimana gitu. 



Tempat ini berlatar belakang cerita dari novel klasik terkenal "The Little Prince" alias "Le Petit Prince" karya penulis Perancis Antoine de Saint-Exupery. Kenapa kayanya orang Korsel tergila-gila sama tokoh-tokoh di buku ini ? Karena ternyata buku ini merupakan literatur yang wajib mereka pelajari di sekolah. Makanya selain di Gamcheon, di sini juga banyak sekali patung-patung bahkan ruangan pameran yang terkait dengan si novel ini. Pokoknya seperti berada di negeri dongeng deh.


Selain itu, tempat ini sempat digunakan beberapa kali sebagai lokasi shooting drakor, di antaranya " My Love from The Stars", makanya para pengabdi drakor merasa wajib untuk datang ke sini. Yah gitu deh, senang aja ngeliat bangunan yang berwarna-warni. Tapi overall experience-nay, karena mungkin gue sudah ke Gamcheon Village, jadi seperti mengulang experience aja sih. 




Puas menjelajah tempat ini dan karena memang sudah mau tutup juga, kita akhirnya keluar benar-benar sebagai penghuni terakhir. Untungnya ga dikunciin di sini yah. Bareng taksi driver yang tadi kita cus untuk chilling out di The Garden of Morning Calm. Gue juga ga ngerti sih kenapa dinamain seperti itu. Yang pasti kita akan menikmati lampu-lampu cantik seperti di Batu Night Park-nya Malang. Untuk foto-foto di sini perlu skill tinggi dan kamera yang canggih karena memang sudah gelap banget dan hanya mengandalkan lampu-lampu hias yang ada. Udaranya semakin dingin bikin kita harus terus berjalan sampai akhirnya waktunya pulang. Tapi seru sih, cuma yah kalau berangkatnya sama pasangan pasti lebih seru lagi, karena romantis. 

Gitu deh, penutupan untuk perjalanan ke Gapyeong dan sekitarnya.
Besok kita mau jalan-jalan di sekitar Seoul aja kayanya... :)


Cheers,
Dhidie





Sunday 22 March 2020

Pengabdi Drakor - Napak Tilas Winter Sonata

Pasti semua sudah pada nonton drakor Winter Sonata kan ?
Minimal masih ingetlah sama gantengnya Bae Yong-jun zaman dulu. 
Yang bikin gue penasaran pengin ke Nami Island ini yah karena pengin lihat lokasi shootingnya si drama korea legend ini. Dan kita beruntung banget bisa datang di penghabisan musim dingin dimana pemandangannya jadi cantik banget. 
 Ternyata ga cukup seharian untuk menjelajahi Nami Island dan sekitarnya.



Bangun pagi-pagi dan excited banget karena mau ke Nami Island. Tapi yah namanya juga cewek-cewek, akhirnya kita baru keluar dari apartemen jam 10 gitu. Langsung menuju subway dan mencari rute ke station Gapyeong yang merupakan station terdekat untuk naik feri menuju Nami Island. Sempat agak salah naik kereta juga, tapi Untunglah akhirnya kita menemukan jalan yang benar. Jadi leganya berkali-kali lipat pas kita sudah selangkah lagi menuju Nami.


 Rencananya kita mau naik bike railing di daerah Gapyeong ini jadi kita naik taksi ke situ, tapi ternyata tempat itu baru buka jam 12 siang, setelah menimbang dan mengukur akhirnya kita memutuskan untuk langsung ke Nami aja. Masih ada plan 2 destinasi setelah ke Nami ini, takutnya kita kemalaman. Naik taksi lagi ke dermaga Gapyeong Warf. 




Gapyeong railing park

Ada dua cara ke Nami ada yang pakai ferry tapi kalau mau uji nyali kamu bisa naik zipwire skyline, yaitu semacam flying fox untuk menyeberang ke Nami Island.
Karena masih punya banyak agenda, kita dengan bijaksana memutuskan untuk naik cara yang konservatif aja yaitu naik ferry.

Jadi kita beli tiket dulu, satu orang itu sekitar KRW 13,000, cukup mahal yah ? Tapi itu sudah termasuk tiket ferry bolak balik kok. Di pintu sebelum naik ke ferry kita kaya ngelewatin Imigrasi gitu dan gue panik karena ga bawa paspor. Tapi ternyata itu cuma gimmick aja buat meng-attrack turis.
Naik ke ferry, ga ada tempat duduk. Ya eyalah orang cuma sebentar doang perjalanannya, dan supaya muat banyak juga ferry-nya. Jadi kita langsung menuju ke belakang dan menikmati pemandangan aja sambil foto-foto. 


beli tiket dulu

tower tempat awal kalau mau menyeberang dengan menggunakan zipwire

excited to the max

Kalau sudah lihat ini berarti sudah mau sampai

Begitu sampai langsung terlihat spot-spot cantik yang instagramable banget. Tapi karena sudah lapar banget kita cari restoran dan disini ada restoran halal yang ada musholla-nya. Jadi aman.... Kita pesen soup, jjangmyeon dan chicken karaage. 
Alhamdulillah ini enak banget, mungkin Cheff nya orang indonesia ? Hahaha
Dan dimulailah kami mengeksplor Nami Island. 
Rasanya pengin foto di semua spot. Dan karena sudah lumayan lama nge-trip kita sudah gak malu-malu minta foto sama sesama turis, biar punya foto berempat. 



the restaurant and also library in one building

our lunch so delicious. kamsahamnida....

keren banget kan perpustakaannya



Winter sonata in Nami Island
Love's Labyrinth ada di Nami :)


Tapi mana dong si Bae Yong-jun, kok belum kelihatan yah ?
Dan langsung girang pas sudah ketemu spot-nya. Untungnya ga terlalu aanjaag antrian, terus kita pas sebelum menjauh dari spot kita kita bahkan punya waktu untuk foto-foto lagi bareng Bae Yong-jun. 


And the memories will remain...

Ada potongan scene winter sonata

dream away...

Hi, Hyung...

memorable bicycle

Karena waktu itu masih karena masih kerja untuk Aussie :)

Akhirnya jam empat sore kita memutuskan untuk balik karena masih ada dua agenda yang harus kita kejar di daerah Gapyeong ini. 
So, Bye bye Nami Island, till we meet again...

Cheers,
Dhidie
















Thursday 19 March 2020

Tersesat Demi Mencari Toppokki Terenak ?

Akibat terlalu sering nonton Drakor
Jadi penasaran sama rasa Samgyetang, Budha Jigae, Bimbimbap bahkan Toppokki di negara aslinya. 
Jadi dengan mengandalkan google map dan vlog di Youtube, dimulailah pencarian kita di tempat-tempat makan legendaris di Seoul.



Gue inget banget pas awal kita arrange trip ini yang ada di kepala gue adalah gue pokoknya mau makan ini itu ini itu, yang sesuai dengan makanan-makanan yang gue lihat di drakor " Let's Eat " yang sampai ada 3 seri itu. Gue akuin pemerintah Korsel memang jago banget buat promosiin pariwisatanya termasuk makanan-makanannya lewat Drakor. Dan gue salah satu yang termakan propaganda itu. Bayangin aja dari enek banget sama kimchi sampai akhirnya sekarang gue bisa makan kimchi tanpa nasi. Gimana coba cara brainwash-nya ? Akhirnya teman-teman gue yang bak hati ini memasukan passion gue terhadap makanan ke dalam itinerary kami. Selain street foodnya yang selalu menggoda ada beberapa makanan yang memang layak dicoba. 
Untuk kehalalannya yah Bismillah aja :) Plisss jangan ditiru kalau prinsip yang ini.

1. Tosokchon Samgyetang

Restoran ini terletak di kawasan Jogno-gu Seoul.
Kalau suka makan di resto Korea pasti sudah tau dong makanan korea ini. Samgyetang tuh sejenis sup ayam yang direbus secara slow cooking, katanya sih selama sepuluh jam dengan kaldu yang dominan rasa ginsengnya. Yang bikin beda dari sup ayam biasa adalah ayam utuh itu direbus bersama beras dan biji-bijian lain didalamnya. Pokoknya cocok banget buat kita yang lagi kedinginan. Selain samgyetangnya sendiri kita juga pesan pajeon alias pancake korea dan roast chicken yang enak banget. Memang harganya rada pricey-sih kalau di-kurs ke IDR. But it's worthed every penny. Untuk tempatnya nyaman banget meskipun sangat ramai, tapi kita langsung dapat duduk karena mungkin sudah lewat jam makan siang dan belum waktunya untuk dinner. Overall experience sih top sih, kecuali bagian arak ginseng yang terlanjur gue minum sampai habis karena gue pikir itu teh Korea. Namanya juga turis, ya kan ?






2. Dongdaemun Yupdduk Tteokbokki
Pasti tahu dong toppokki, makanan yang terbuat dari tepung beras yang bisa dibumbuin apa aja ? Rasanya memang ga bosen-bosen makan makanan ini. Tapi mumpung di lagi di Seoul kita mau coba toppokki yang katanya pedes banget ini, hayo pedesan mana sama seblak di Bandung ? Nah, nyari restoran ini rada susah juga, susah banget sih sebenarnya. Jadi kita sampai ponton videonya Ria SW saat cari tempatnya. Sebenarnya sih lokasinya ga jauh dari apartemen kita, paling cuma beda 2 station gitu tapi karena sudah malam dan dan lelah jadinya terasa perjuangan banget. Pas sampai di lokasi, hampir kecewa karena sudah tutup tapi ternyata kawan-kawan, dia ada dua outlet gitu dan satu masih buka. Yeayyyy.
Kita langsung bersemangat membuka buku menu dan milih makanan yang lumayan pedas levelnya. Pas Makanannya sampai, bener dong pedes banget tapi yah enak banget juga...  Kita pesan yang satu set gitu yang buat family, udah dapat sebaskom toppokki (soalnya mangkoknya memang gede banget sih) plus side dish dan minumannya. Bikin ga nyesel nyasar-nyasar buat cari resto ini.









3. Busan Jib
Nah kalau ini halal food dong dan lokasinya di surga belanjanya turis yang datang ke Seoul, Myeongdong. Ini juga karena karena dikasih tau kalau wajib makan di sini. Lokasinya masuk gang tapi benar-benar di tengah-tengah Myeongdong jadi ga susah mencarinya. Kalau ada apple store yah langsung blok kanan gitu. Tapi restorannya kecil banget jadi harus agak antri dulu sebelum masuk. Begitu duduk dan pillih-pilih menu langsung berasa lapar dan kalap pesennya. Gue lupa sih kita pesan apa aja, yang pasti ada budajigae sama ikan yang enak banget sampai kita tanya itu ikan apa karena benar-benar kering tapi juicy banget rasanya. Dan gue udah ga inget sih nama ikannya apa :)







 Yah gitu deh pengalaman kuliner kita selama di Seoul, cuma satu yang ga kesampaian yaitu makan barbeque khas Korea. Yang kemudian akhirnya terpuaskan pas kita reuni, makan di Magal Senayan City... Hahaha....


Cheers,
Dhidie