Featured post

Thursday 28 January 2021

Ngopi - Ngobrol Finansial - Behind The Scene

 Finally....Sebenernya gue bikin tulisan ini karena obligasi aja. Apa sih obligasi itu ? Obligasi adalah surat hutang. Enggak deng, hehehe.... mentang2 mau ngobrol finansial langsung pembukaannya obligasi aja. 

Gue sebenarnya memang berencana untuk mulai nulis tentang finansial setelah gue berhasil lulus sertifikasi finansial planner, yang Alhamdulillah sudah berhasil gue capai di bulan Desember kemarin. Setelah S1 sekitar hampir 25 tahun yang lalu, akhirnya gue berhasil menyelesaikan sesuatu yang berbau ilmu lagi, yaitu certified financial planner.

Kenapa kok gue ngotot banget pengen Belajar lagi tentang keuangan?

Ini sebenarnya bukan ide semalam aja. Tapi mengambil sertifikasi ini sudah pengen gue lakukan mungkin sejak hampir sepuluh tahun yang lalu? Kenapa gue tertarik? Gue tertarik buat Belajar tentang keuangan lebih dalam, kalau dulu lulus kuliah, sebenarnya gue pengen banget ambil S2 manajemen keuangan, cuma karena kondisi tidak memungkinkan akhirnya enggak sempat gue lakukan. Dan gue terlena dengan dunia kerja dan kesibukan gue berkeluarga sampai akhirnya ga terasa waktu ber lalu begitu cepat. Dan kayanya kok ga masuk akal untuk membagi waktu antara kerja, mengurus rumah tangga dan kuliah. Akhirnya impian untuk lanjut kulian lagi terlupakan sampai gue merasa gue sudah terlalu tua untuk kulian lagi. 

Sampai akhirnya, teman2 kantor gue di cabang dibayarin buat ikutan training financial planner ini di salah satu universitas swasta di Jakarta. Gue pengen banget, tapi waktu itu pekerjaan gue ga nyambung sama sertifikasi ini sehingga gue ga bisa juga mengajukan ke kantor untuk ikutan training ini. Dan biayanya pun cukup mahal, menurut gue, sehingga pasti enak kalau ga perlu bayar sendiri... hehehe.  Dan gue merasa sertifikasi ini mungkin menjadi obat, hahaha... iya, obat penawar untuk membalas ketidakbulatan tekad gue untuk melanjutkan kulian S2 di bidang finansial. 

Dan sampailah akhirnya di keputusan kalau gue akan mengundurkan diri dari dunia perbankan selamanya. Dan uang pensiun gue, gue pergunakan untuk mendaftarkan diri di kursus ini. Itupun karena secara ga sengaja, ketika gue lagi browsing instagram, nungguin sahabat gue di satu coffee shop di kantornya (maaf terlalu detil.... :D), tiba gue teringat cita2 gue yang ini. Gue langsung mencari dimana gue bisa ikutan training ini dan muncullah MM UGM sebagai jawaban gue. Dan yang menyenangkannya lagi karena di masa pandemi kelas akan dilakukan full online, meskipun gue harus mengorbankan hari Sabtu gue selama empat bulan, tapi It's worth every seconds I spent. Gue bener2 tidak menyesal sedikitpun...(mungkin beberapa kali aja, kalau menjelang ujian modul) sudah mendaftar di kelas ini. 

Kenapa finansial planner? Apakah gue akan menjadi seorang financial planner seperti safir senduk atau ligwina hananto? Sebenarnya bukan itu. Gue pengen aja jadi penulis finansial, dengan background gue sebagai mantan mahasiswa ekonomi, penulis dan praktisi di industri keuangan selama lima belas tahun, kok kaya semua seperti nyambung aja. Tujuan gue cuma mau jadi penulis finansial.. udah itu aja. Kalaupun nanti gue akan mengamalkan ilmu gue untuk membantu orang lain merencanakan keuangannya, yah gue ingin lebih fokus untuk membantu orang dalam membebaskan orang dari hutang2nya, at least financial freedom versi kecil2an. I really want to help people who's in debt. Ironis yah ? mengingat sebagian besar karir gue, gue habiskan di bidang kredit. Kadang idealisme muncul dari keseharian kan? Bukan itu aja sih, secara overall gue ingin ilmu yang gue dapatkan bisa bermanfaat supaya orang bisa memiliki kendisi finansial yang sehat, tidak konsumtif, dan tahu prioritas keuangan dan tujuan keuangan yang ingin mereka capai. Sedap kan? hahahaha

Lalu, apa selanjutnya. Gue memang belum punya rencana apa-apa. Cuma ke depannya gue akan nulis santai tentang finansial di blog ini. Selain nulis2 tentang drakor yang gue tonton... :) Supaya orang lebih melek finansial, agar orang tahu kalau finansial itu ga ribet kok, karena gue akan melihat dari kacamata gue sebagai orang yang baru melek finansial. Kok ngurusin duit sih? Rejeki kan udah ada yang mengatur? Iya, bener. Tapi kalau kita bisa punya rencana keuangan yang lebih baik tentu kita tidak mau menyusahkan keturunan kita di hari tua nanti kan? Semua agama juga mengajarkan untuk tidak hidup berlebihan, dan dengan kondisi keuangan yang lebih baik, yang pasti kita jadi bisa lebih banyak membantu orang ? bener ga?

Lalu yang lainnya apa? Sebenarnya satu minggu sekali sudah hampir dua bulan ini gue sharing tentang literasi finansial di IG LIve bareng temen CFP gue. Gak lama sih cuma sejam, dan minggu depan udah masuk episode ke delapan. Kita bahas yang enteng2 dan berinteraksi sama temen2 yang kebetulan nonton IG Live kita. Gue cuma berharap kalau apa yang gue lakukan bisa bermanfaat buat orang lain.


Udah sih itu aja, sampai ketemu di tulisan finansial gue yang sebenarnya... 


Cheers, Dhidie


Monday 11 January 2021

After One Year - My Life After I Quit (Part 6)

 Demi Masa.

Tahun 2020 itu adalah tahun tersingkat dalam hidup gue, gimana tiba2 sudah hari Senin, tiba2 sudah Jumat lagi dan begitu terus. Banyak yang udah terjadi, tapi karena tahun ini bisa dibilang ga normal, jadi kaya tiba2 sudah Desember aja, bahkan gue masih inget apa yang gue lakukan di malam tahun baru 2019 kemarin. 


Yang paling gue inget lagi adalah setahun yang lalu gue efektif melepaskan status gue sebagai karyawan bank yang merknya sudah melekat hampir 11 tahun lamanya. Yang lebih penting lagi meninggalkan status gue sebagai perempuan bekerja untuk menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Yah akhirnya gue mulai terbiasa dengan profesi baru gue. 

Tulisan-tulisan seri gue My Life After I Quit yang sampai 5 episode itu sebenarnya merupakan salah satu terapi gue dalam menghadapi perubahan status ini. Tapi gue memang perlu media untuk merekam apa yang terjadi selama satu tahun ini. Sebelum menulis ini, gue baca tulisan  pertama yang waktu itu cukup  heboh (in my version hehehe) karena gue ga nyangka ternyata banyak yang memberikan dukungan atas keputusan gue untuk berhenti bekerja pada waktu itu. 

Lalu apa yang terjadi satu tahun kemudian, untuk membuatnya lebih sederhana gue akan membaginya menjadi tiga fase:

Fase Pertama - Fase Penyangkalan

Atau bisa dibilang fase denial. Gue masih belum berasa apa2 karena masih di rumah aja kan? Satu bulan kemudian gue sempat ke Bandung menengok orang tua, sempat liburan sebentar kemudian pulang liburan gue langsung sakit. Mungkin hampir sekitar tiga bulan gue merasa badan gue ga fit. Pokoknya serba salah aja. Belum lagi tiba2 di Akhir Maret kita semua harus karantina, yang membuat beberapa rencana yang ingin gue lakukan setelah gue berhenti bekerja menjadi tertunda.  Mungkin yang bikin happy adalah gue jadi ga sendirian di rumah karena semua penghuni rumah berkegiatan di rumah. Tapi seperti lagu Raisa, gue terjebak nostalgia. Otak gue bilang kalau gue sedang cuti dan gue merasa tidak ada yang berubah. Karena sosmed gue masih dipenuhi teman-teman kantor. Dan celakanya gue baru sadar kalau selama ini gue telah mengabaikan teman2 yang lain sehingga gue seperti mendadak kesepian. Kemudian masuk bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Mungkin karena tidak banyak aktivitas juga yang bisa dilakukan membuat  gue merasa tidak ada yang berubah. Mungkin juga, perasaan itu merupakan bagian dari fase denial gue. Dan gue masih di fase yangmenyangkal kalau sekarang gue tidak punya pekerjaan. Untuk sedikit pengalihan akhirnya gue ikut satu workshop menulis selama sebulan yang untungnya seperti menyadarkan kembali kalau salah satu alasan gue resign adalah gue ingin bebas bisa menulis kapan saja.

Fase Kedua - Fase Penerimaan

Di empat bulan kedua, gue akhirnya bisa mulai bisa menerima status baru gue. Gue mulai terbiasa dengan menjawab pertanyaan orang yang gue jawab dengan, gue sekarang ibu rumah tangga yang penulis dan juga berjualan tas online. Sampai akhirnya gue harus kehilangan salah satu sahabat yang harus pindah ke kota lain. Gue merasa gue harus mulai memiliki aktivitas lain. Gue akhirnya mengambil sertifikası financial planner di UGM dan gue mulai menerima order membuat roti dan kue yang Awalnya cuma iseng2 saja. Ternyata kedua kesibukan baru itu bisa membuat gue lebih mudah untuk menerima diri gue sebagai manusia tanpa institusi. Gue akhirnya sibuk mempersiapkan status baru gue. Gue juga mulai bisa menerima kalau gue sekarang bisa menghitung berapa jumlah teman gue dan gue mulai membuka diri terhadap pertemanan baru lewat aktivitas yoga dan angklung yang rutin gue jalanin setiap minggunya.


Fase Ketiga - Fase Merelakan

Di empat bulan terakhir, akhirnya gue bisa merelakan masa lalu gue. Gue sudah enjoy dengan semua aktivitas baru gue. Gue sudah merelakan "teman-teman" gue untuk akhirnya menikmati waktu gue dengan lingkungan aktivitas baru gue. Dan gue bahagia dengan terbatasnya teman yang gue miliki sekarang. Gue bahagia dengan dukungan yang mereka berikan kepada apa yang gue kerjakan sekarang. Satu per satu gue mulai menyelesaikan apa yang sudah gue mulai, gue mencetak buku gue, akhirnya berhasil menyelesaikan sertifikasi finansial gue dan berusaha terus belajar untuk menyempurnakan skill baking gue. Dan gue sekarang bisa sharing literasi finansial melalui instagram satu minggu sekali.  Gue bahagia dengan apa yang bisa gue capai sejauh ini.


Kesimpulannya apa?

Tidak mudah melepaskan sesuatu yang sudah melekat selama bertahun-tahun. Menggantikan rutinitas yang sudah berulang selama bertahun-tahun. Nikmati saja prosesnya jangan berusaha terlalu keras, tapi Jangan juga terlalu terbuai dengan masa lalu.

Just let it go, let it flow and find the new you....



Cheers, Dhidie