Featured post

Thursday 23 July 2020

It's Okay Not To Do Anything - My Life After I Quit (Part-4)


Ga terasa udah hampir enam bulan gue di rumah aja.
Bukan karena pandemi yah tapi karena gue memang memutuskan untuk 
berhenti bekerja kantoran.
Ada beberapa yang mulai bertanya,
Gimana rasanya ?
Bosen ga ? Udah ngapain aja?
Ga mau balik kerja lagi? Gue lagi nyari auditor lho....
Mendadak gue merasa insecure.
Ternyata insecure bukan cuma milik ABG, tapi bisa terjadi sama siapa aja.
Dan seperti biasa gue lupa bersyukur. 
Untungnya waktu enam bulan ini seperti merubah support system gue, merubah inner circle gue
Thanks to my support system for always being there.....





"Lo pernah kaya gini ga? Satu hari tidak melakukan apa-apa, terus elo merasa bersalah karena ngeliat sekeliling lo tuh lagi pada sibuk semua."
Itu salah satu curhatan gue sama temen gue, kebetulan dulu dia juga sama-sama ibu bekerja tapi sudah sekitar dua tahun menjadi stay at home mother. 
Karena ada hari-hari dimana gue ngerasa capek tapi gue merasa bersalah kalau gue diem aja. Jadi gue selalu memutar otak untuk melakukan sesuatu, dan kalau sesuatu itu udah selesai, apapun itu, gue baru mulai merasa tenang.
Ngedit video, upload cerita, nyobain resep, apapun itu yang penting gue udah ngerasa melakukan sesuatu hari itu. 
Tapi tau gak temen gue itu bilang apa?
"Tapi jarang2 kan? Seringnya sibuk ini itu buat mereka kan? Break sekali2 gpp..."

Iya, gue lupa kalau hari yang gue ga ngerasa ngapa2in itu sebenernya, gue udah bikin nasi goreng untuk sarapan, siapin cemilan dan kopi untuk yang mau WFH dan LFH, order Aqua, bahkan gue udah sempet bikin karton boks buat simpan buku pelajaran anak gue. 
Lalu ketika semuanya udah selesai, tiba-tiba gue ngerasa gue ga melakukan apa2 hari itu.
Mungkin....gue masih suka kangen kerja di kantor. Masih suka kangen meeting, kangen menyapa orang pas ketemu di lift, kangen makan siang sama2, kangen menyelesaikan masalah kalau mendadak ada hal yang unpredictable, kangen menertawakan diri sendiri ketika stress bareng2 karena kerjaan, kangen melihat keluar jendela deket workstation gue ketika hari menjelang malam dan lampu-lampu mobil mulai berbaris rapi di jalan Jenderal Sudirman.
Itu aja sih......

Kemudian gue mulai mengurutkan apa saja yang sudah gue lakukan selama enam bulan ini.
Gue udah punya channel sendiri dan ternyata gue suka bikin video dan ngeditnya, meskipun viewernya masih dikit banget tapi gue suka ngerjainnya. Plus gue bisa sharing ilmu menulis juga melalui video gue. Lalu gue akhirnya punya waktu untuk ngerapiin trilogi Love's Labyrinth gue dan mempersiapkan draft cetaknya. 

Gue juga berhasil bikin roti sendiri dan nyobain berbagai resep untuk cemilan keluarga. 
Tapi suatu hari ade gue order dan minta gue buka PO, untuk pertama kalinya gue memberi harga pada makanan yang gue produksi sendiri. Kemudian gue jadi berani nawarin ke temen-temen. Dan rasanya menyenangkan. 
Gue ngeliat memasak itu sama seperti menulis, jangan cuma menulis untuk diri sendiri, tapi juga harus berani karya kita dibaca orang. Supaya kita tahu apakah karya kita sudah bagus atau masih harus diperbaiki lagi, dan kritikus terbaik itu adalah keluarga dan teman2 dekat, karena mereka pasti akan bicara apa adanya.
  Dan ga pernah terpikir oleh gue kalau masak bisa jadi adiksi baru buat gue. Ternyata ngulenin memiliki etek terapi yang sama kaya menulis. Karena bikin pengen lagi dan pengen lagi. 
Dari mulai menimbang bahan-bahan, mencampur, menguleni, sampai melihat adonan kita berkembang, rasanya luar biasa.
Belum lagi compliment spontan yang ga kita sangka-sangka,"Mami, ini brownies terenak".
Untungnya gue punya temen2 dan adik yang bisa gue curhatin kapan aja tentang baking kapan aja. Ga semua orang kan menganggap  masalah bolu kukus yang ga mekar dan 
cookies yang gosong merupakan masalah yang paling penting di dunia?
Dan gue pernah ga bisa tidur gara2 bolu kukus yang ga mekar. 
Setelah berhasil membuat bolu kukus gue mekar, rasanya seperti berhasil menyelesaikan teka-teki tersulit di dunia.
Kosa kata gue pun bertambah dengan kata-kata seperti kalis, kental berjejak, Au Bain Marie, dan kata-kata lain yang gue ga bisa definisikan sebelumnya. 
Gue juga jadi tahu perbedaan tepung protein rendah, sedang dan tinggi, gue jadi tahu kalau ragi lebih baik dikembangkan dulu sebelum dicampurkan ke adonan dan kalau bahan-bahan kue harus berada dalam kondisi suhu ruangan ketika akan digunakan.

Jadi pada saat kemarin ada yang bertanya,"Mau balik kerja lagi ga?" 
Gue memang sempat terdiam ragu. Terus terang, pasti akan sangat menyenangkan kalau gue bisa kembali kerja. 
Tapi untuk saat ini, gue sedang menikmati kelebihan waktu yang gue punya, gue sedang menikmati periode mati gaya ketika gue ga tahu gue harus ngapain lagi dalam satu hari. 
Gue sedang menikmati kapan saja gue bisa menulis, kapan saja gue bisa memasak, dan gue sedang menikmati waktu kapan saja gue bisa melihat anak2.

Itu aja sih.


Cheers, Dhidie