Featured post

Friday 28 April 2023

Happy Birthday To Me!

Semoga Tuhan melindungi kamuSerta tercapai semua angan dan cita-citamuMudah-mudahan diberi umur panjangSehat selama-lamanya

Yah, kayanya emang paling seru kalau ulang tahun dinyanyiin lagunya Jamrud, dibandingkan nyanyi lagu Happy Birthday versi apapun. Kenapa yah? Yah, mungkin karena lagunya nyeleneh aja dan kita yang ulang tahun gak berasa kaya anak kecil yang lagi ulang tahun.

Empat Puluh Enam Tahun, wow, banyak juga yah umurnya. Hahahaha... Alhamdulillah gue bisa punya umur sebanyak itu. Padahal yang pengen gue inget2 adalah umur 35 tahun, umur yang menurut gue paling ideal, karena secara otak udah lebih dewasa dan secara fisik masih bolehlah. Secara finansial di umur 35 waktu itu yah cukuplah, karir lumayan, meskipun gaji gak gede2 amat, minimal udah jadi manager dan punya anak buah. Terus anak2 udah lumayan gede2 gak terlalu ribet ngurusinnya, udah tau maunya apa. Suami juga lagi sibuk2nya di kantor pokoknya produktif banget, business trip dari negara satu ke negara lainnya.  Dan hampir setiap weekend kita ke mal karena selain nengokin ortu ke luar kota, kita gak tahu lagi mau spend weekend kemana? Gak pernah cemas sama masalah keuangan dan urusan bayaran sekolah deh. But itu dulu umur 35, terus apa kabar gue sebelas tahun kemudian?

Time Flies, kembali ke surat favorit gue dari zaman TK. Al Asr.  Meskipun waktu TK gue suka surat ini karena pendek dan paling gampang dihafalkan. Dan waktu SD gue suka surat ini karena gampang juga menghafal artinya. Dan pas mulai dewasa, semakin dalam rasanya arti surat yang singkat ini. Memang karena waktu itu singkat, dan tidak perlu surat yang panjang untuk mengingatkan kita betapa cepatnya waktu akan berlalu dan pada akhirnya kita akan kembali dan kekal di tempat yang selayaknya untuk kita. Bergantung pada amalan kita.

Kembali ke topik ulang tahun, setelah sebelas tahun berlalu gue memang merasa menjadi pribadi yang jauh lebih baik yah tentu saja dalam versi gue. Yah, minimal gue sudah berhijab. Mungkin baru beberapa tahun terakhir ini setelah gue resign, gue jadi tidak terlalu materialistis yang mendefinisikan semuanya dengan uang.  Gue juga jadi lebih peduli dengan manusia lain, dan gue menjadi lebih mau belajar tentang agama. Yah, mungkin karena gue punya waktu untuk itu. Atau mungkin juga karena ternyata hidup tidak seindah itu. Ketika biaya sekolah dan biaya hidup semakin meningkat dan tentu saja tidak sejalan dengan kenaikan upah. Dan keluarga kecil bahagia Insya Allah sejahtera kami juga akhirnya harus menyesuaikan diri menjadi keluarga dengan satu pintu rezeki, alias single income dari sebelumnya double income. But we learned a lot, actually. Gue akhirnya ngerasain juga jadi ibu2 yang mulai puter otak mengatur pengeluaran di 10 hari terakhir menjelang gajian suami... hahaha...

Gue sekarang menjadi orang benci keramaian dan lebih menyukai kesendirian. Gue merasa lebih nyaman di rumah dibandingkan berada sendirian di keramaian. Gue bukan lagi si penggagas acara, seksi sibuk di semua urusan per-meet-up-an. Lebih bisa memilih dan memilah mana yang penting atau benar2 penting. 

But, that's life. Gue merasa lebih bijaksana aja sih sekarang. Yang bisa menertawakan segala hal yang mungkin kurang baik yang kami alami. Bahkan mungkin gue sudah menjadi pribadi yang bisa berpikir, bukan segala suatu ada hikmahnya, tapi berpikir bahwa yang kita pikir itu musibah jangan2 itu sebenarnya merupakan berkah dari Allah SWT. Yah, seperti salah satu ayat favorit gue lainnya," Karena sesungguhnya setelah kesukaran ada kemudahan"

Saat ini, gue adalah orang yang dengan santainya bisa berkata," Mungkin tiga tahun yang akan datang, kita akan menertawakan masalah yang kita hadapi hari ini "

Yah, who knows?

Cheers, Dhidie



Monday 3 April 2023

My March in Words

 Kayanya bulan Maret jadi bulan tercepat di tahun ini, gak tau kenapa, tiba2 gue kok gak punya ide buat nulis blog ini ataupun nulis cerita. Tapi akhirnya gue tahu jawabannya, karena gue terlalu fokus dengan persiapan Ramadan dan berniat melakukan apa yang bisa dilakukan sebelum bulan Ramadan.

Bulan Maret diawali dengan ziarah ke makam Papa. So sad. Seperti biasa, sepanjang jalan aja udah mixed up feeling. Ini kita ajak anak2 untuk pertama kalinya. Niatnya jemput Mama dulu dan langsung cus ke Garut. Sengaja berangkat pagi2 sebelum Subuh karena memang kita berniat shalat Subuh di Rest Area. Tapi sudah takdirnya, ada insiden, gak tau kenapa tiba2 Papi jatuh aja. Padahal tadi udah pake baju bagus karena mau ketemu Yang Pa. Yah, sudah takdirnya begitu. 

Habis dari makam, kita ngobrol2 di rumah Tarogong. Yah, masih kerasa hilangnya. Ada yang kurang setiap kali ngeliat saung juga. Terus kita makan siang di restoran yang enak dan pemandangannya indah, seneng juga nyempetin ke Garut sebelum Ramadan. Terus, udah deh kita balik lagi ke Bandung, dan gue yang nyetir pulangnya karena cowok2 pada ngantuk semua.

Terus, ngapain lagi yah di bulan Maret. Yang pasti nyempetin maksi sebelum puasa sama beberapa geng. Meskipun gak bisa semuanya juga karena waktu yang terbatas dan gue males aja kalau setiap hari harus keluar rumah. Gue juga nyetok rekaman pondcast, sempet IG Live juga. Dan...nobar satu komplek... Hahaha...Epic banget yah. 

Yang menyenangkannya lagi, kita munggah ke Cirebon. Seperti biasa langsung menuju nasi lengko dan pilih paket lengkap. Plus es duren dan tahu gejrot. Anak2 tarawih di mesjid, sementara gue gak ikut dan bener dong katanya rame banget.

Bulan Maret ini ditutup dengan ulang tahun Papi dan kabar baik kalau apartemen gue sudah berhasil disewakan, meskipun gak sesuai ekspektasi but akhirnya pecah telor juga...

Alhamdulillah....

Bakal ada apa lagi yah di Bulan April ini?


Cheers, Dhidie