Featured post

Monday, 14 July 2025

Satu Perjalanan Selesai, perjalanan baru dimulai...

Mungkin karena gue merasa kehilangan banyak momen dengan anak bungsu gue, gue akhirnya seperti pengen mengejar semua ketinggalan gue selama ini. 



Ga semua orang bisa mengerti apa yang gue rasakan. Waktu anak pertama, gue hamil dan masih bareng dia sampai umur delapan bulan. Setelah itu pun ketika mulai bekerja, gue masih bolak balik ke rumah untuk nyusuin dia di waktu istirahat sampai umurnya genap dua tahun. Kemudian gue full ngurusin dia karena break dari kerja sampai umurnya tiga tahun baru mulai gue tinggal kerja lagi. Full time di tempat yang lumayan jauh waktu itu.

Sementara buat anak kedua ini, dari sejak hamil dia sampai kemarin di umur dia yang ke empat belas, gue full ga ada di samping dia. Jadi bisa dibilang selama empat belas tahun gue ga ada di samping dia. Padahal dia anak bungsu yang meskipun gue deket banget sama dia, tapi gue ga pernah punya kesempatan buat ngurusin dia full setiap harinya.

Alhamdulillah tapi gue akhirnya dikasih kesempatan buat total ada buat dia di masa remajanya. Meskipun dia suka bilang," It's too late, mommy." But," It's okay, gue bersyukur banget bisa punya banyak momen bareng dia. Seenggaknya gue ada ketika dia harus full sekolah di rumah karena pandemi. Gue ada ketika dia harus masuk ke SMA baru yang hampir ga ada teman dari SMP yang lama, dan gue ada bahkan mungkin terlalu ada karena full jadi korlas di masa SMAnya. Gue tahu dia juga bahagia.

Momen ketika gue harus antar jemput dia karena dia harus bawa2 tongkat ke sekolah, momen ketika gue harus menguatkan dia karena jarak ke sekolah yang baru perlu tenaga lebih dan niat yang kuat karena dia harus berkendaraan umum hampir setiap hari. Tapi dia ga pernah sekali pun mengeluh. Karena dia suka sekolah.. hahaha...

Gue masih ingat ketika awal2 gue jemput gue tungguin di Mc D, sampai akhirnya dia bilang, ga usah ditungguin karena dia bisa pulang sendiri. Gue seneng karena dia tanpa diminta mau ikutan jadi pengurus OSIS di sekolah. Gue seneng karena gue ada ketika dia harus menelan kekecewaannya karena ga bisa jadi pengurus OSIS di bidang yang dia pengen. Tapi akhirnya dia malah jadi Ketua Divisi Bidang Rohani yang akhirnya mengantarkan dia untuk selalu jadi Imam dan pembaca doa di acara2 sekolah. Bahkan dia akhir sekolah dia dapat penghargaan karena sekolah mengapresiasi keaktifannya di bidang itu. Gue rela ikut capek2an dan bergaul dengan ibu2 dan berujung punya teman2 baru yang super baik. Gue seneng karena bisa ngobrol tentang sekolah dan teman2nya, bahkan gue senang bisa kenal baik dengan guru matematikannya karena dia selalu disuruh ikutan lomba matematika meskipun belum bisa jadi juara. Tapi gue seneng bisa ada di keseharian dia. 

Kelas sepuluh gue biarin dia berteman dan mengeksplorasi dunia remajanya setelah selama SMP terkurung di rumah. Tapi di kelas sebelas di sela kesibukan OSISnya, gue akhirnya daftarin dia ke bimbingan belajar, demi menyeimbangkan pelajaran dan kehidupan sosialnya. Alhamdulillah gue punya anak yang mau mengikuti kata orang tuanya. Hampir ga pernah bolos bimbel, tapi gue juga happy dia punya banyak teman yang masih rajin nongkrong di Blok M, nonton konser, main mini soccer dan baik banget ngajakin nonton bola. Bikin gue ga terlalu khawatir dia terlalu belajar atau dia terlalu bergaul. Karena semuanya gue lihat begitu seimbang. 

Setelah si anak pertama lulus dari Fakultas Psikologi UI, ga tau kenapa gue pengen banget punya anak dokter. Sebenarnya lebih ke membantu dia untuk memilihkan masa depannya. Dan gue lihat dia mampu dan dia juga ada di lingkungan sepupu2 yang hampir semuanya dokter dan jangan lupa dia juga cucu dokter. Yang gue lihat juga gue pengen anak2 gue bisa berdampak langsung dan bermanfaat langsung untuk masyarakat. Impian banget untuk punya pekerjaan yang bisa membantu orang. Seperti mencari pahala sambil mencari nafkah. Too good to be true kan? Gue tahu jalannya akan susah, gue tahu ini gak akan mudah, tapi dengan segala karakternya yang keras tapi lembut dan mau belajar, gue yakin dia akan menjadi dokter yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Aamiin yah pemirsa.

Akhirnya kita fokus untuk masuk ke Fakultas Kedokteran. Fakultas Kedokteran yang kita tuju ada dua UI dan UPN, dua2nya negeri. Gue tahu ini gak akan mudah, tapi gue percaya kalau dia bisa. Bukan gue ga mengizinkan dia untuk kuliah di luar kota. Tapi gue berpikir kalau kuliah kedokteran itu gak ada yang lebih baik dimana, dan seenggaknya dia akan lebih gampang kalau tidak perlu beradaptasi dengan kota dan lingkungan yang baru jadi bisa lebih fokus belajar. 

Tentu saja pilihan pertama adalah Fakultas Kedokteran tertua di Indonesia dan pilihan kedua adalah kampus yang lokasi dekat dengan rumah.  Gue sampai ajak dia untuk tur kampus membandingkan kedua Fakultas Kedokteran yang dua2nya bisa dicapai dengan mudah dari rumah. Akhirnya kita deal dengan dua Universitas itu dan dengan back up beberapa kampus untuk jalur mandiri dan satu kampus swasta yang gue tahu untuk Fakultas Kedokteran biayanya tidak murah. Tapi, Bismillah.

Perjuangan pertama dimulai, dia eligible untuk bisa mengikuti program SNBP dari sekolah. Pilihan hanya satu FK UI, mengingat tidak bisa mundur apabila diterima di kampus lain dan tujuan utamanya adalah kampus itu. Pengumunan di bulan Maret, anda belum beruntung, gue tahu dia kecewa tapi setelah belakangan kita tahu  kalau kursi yang tersedia jumlahnya hanya belasan saja, yah... make sense. Dimulailah perjuangan panjang berikutnya, bimbel tiada henti, bahkan menjelang SNBT dia ikut lima bimbel secara paralel, kok gue ga melihat ada kelelahan, dia masih tersenyum, masih bercanda, masih main minsoc, masih hang out sama teman2nya. Tapi gue tahu dia belajar sangat keras. Kadang2 gue yang cemas, is it too much? Tapi gue tahu kalau daya tahannya setelah pengalaman OSIS kemarin yang kelihatannya sangat melelahkan, dia Insya Allah bisa ngejalaninnya.  Dan dia kelihatannya masih pergi bimbel dengan senang tanpa sedikitpun pernah mengeluh. Dan sampailah pada hari yang ditunggu, Senin 28 April 2025, ujian SNBT di kampus UPN, sepanjang ujian gue di rumah ga berhenti sholat dan berdoa, mohon untuk dimudahkan dan dipilihkan yang memang paling baik untuknya. 

Satu bulan menuju pengumuman sungguh penantian yang sangat panjang. Dia akhirnya mempersiapkan diri lagi untuk mengikuti seleksi PPKB. Mulai membuat esai dan mengurus pendaftaran di sekolah. Sampai akhirnya tiba di hari pengumuman. Bulan Mei sungguh menjadi bulan terpanjang dalam hidup gue. Dan 28 Mei 2025, jam 3 sore. Dia berpesan," Mami, saya mau lihat pengumumannya sendiri yah?" Oke, gue mengiyakan. Selepas shalat Subuh gue masih bertanya." Gimana, masih yakin masuk SNBT?" Dia kelihatan mulai ragu," Bahkan UPN aja kayanya kok ragu yah?" katanya. Jam 3 sore, deg2an. Gue berusah cuek dengan nonton Drakor, tapi gak bisa. Akhirnya Adzan Ashar, gue memutuskan untuk shalat dulu daripada cemas karena tak ada kabar. Ketika selesai shalat, di ujung sujud gue berdoa, Ya Allah apapun yang terbaik untuk anakku, aku berserah kepada takdirmu. Izinkan untuk dia tidak kecewa lagi." Begitu selesai shalat ada langkah kaki dan ketukan di pintu kamar. Rasa takut dia kecewa lebih besar meskipun ada keyakinan kalau dia akan lulus. " Mami, diterima FK UPN." Mungkin ini air mata yang kesekian kalinya. Di perjalanan tiga tahun ini, ini adalah akhir yang bahagia. Alhamdulillah, Allah pilihkan yang memang paling baik untuknya di saat ini. Kami berdua sujud syukur, langsung memberikan berita gembira kepada kakek nenek yang juga menantikan berita dari cucunya. Sungguh bisa menjadi salah satu dari 250rb orang yang lolos dari 860rb peserta adalah suatu hal yang membanggakan.

Tapi, ternyata perjalanan belum selesai sampai di situ. Karena masih ada PPKB yang ditunggu hasilnya dan tidak boleh diabaikan bila lolos. Namun mengingat jumlah yang akan diterima hanya 15 orang dari 1100 peserta, sepertinya gue harus bernegosiasi lagi. Berbagai alasan kami sampaikan kenapa dia harus mendaftar ulang di PTN yang sudah meluluskannya. Baru kali ini gue melihat dia yang begitu rapuh namun keras tapi yah mungkin karena masih ada rasa kecewa di hatinya. Akhirnya kami membiarkannya untuk berpikir dulu sampai pada kesimpulan, okay, kita akan daftar ulang H-1 pengumuman PPKB. Ternyata rasa cemas gue tidak berakhir begitu saja. Sesuai perkiraan ketatnya seleksi dan kami tahu banyak faktor yang akan berpengaruh di seleksi itu, akhirnya FK UPN tetap menjadi tujuan kami. 

Apakah semuanya sudah selesai sampai di sini? Tentu saja tidak, karena masih ada ujian mandiri lain yang kami sesungguhnya tahu kalau ini sama  beratnya dengan PPKB, tapi untuk mengakhiri semuanya dan demi mengiklaskan akhirnya diikuti juga. Sampai akhirnya pengumuman tanggal 8 Juli kemarin yang semakin menguatkan kalau rencana Allah lebih baik dibandingkan rencana manusia. Resmi dia menjadi mahasiswa baru di FK UPN veteran Jakarta. 

Alhamdulillah, selamat menikmati dunia kuliah, anakku. Tuntutlah ilmu sebaik2nya, jadilah bermanfaat untuk orang banyak.

Cheers, Dhidie


Thursday, 26 June 2025

Ibu Indri Pamit

 Kok Juni rasanya cepat banget yahhhh... Padahal kemarin Bulan Mei kaya berjalan super lambat, yah kan? Apa aja sebenarnya yang terjadi di Bulan Juni sampai kaya berlalunya cepat banget. 



Selain shooting dan performance angklung dan proses edit mengedit yang sungguh melelahkan, ada berita sedih yang sebenarnya udah gue ikhlaskan dari sebelum gue mendapatkan kabar resminya. Ibu Indri udah ga jadi guru ekskul di SD lagi. 

Tapi ternyata meskipun udah bisa ketebak kok sedih juga yah, kaya patah hati lagi gitu. Kaya kok gue masih pengen bikin memori masih pengen ketemu anak2 Klub Menulis lagi, cuma ternyata fase Ibu Indri sebagai guru SD sudah selesai. Waktunya untuk melanjutkan hidup dan berkarya lagi mungkin di menulis mungkin juga di bidang yang lain yang gue belum tahu apa.





Sejak bulan Agustus tahun 2024, gue mendadak di whatsapp sama teman lama, yang sebenarnya temannya teman gue yang kemudian menikah sama senior kuliah yang sama2 jadi asisten komputer di jaman kuliah dulu. Nah, bingung kan. Intinya temen guelah.. hahaha... Dia nanya," Dhi, lo mau ngajar ekskul menulis anak SD ga?" Gue waktu itu agak bingung yah. Mengajar menulis, oke, gue pernah bikin workshop menulis beberapa kali. Tapi bagian anak SDnya yang sedikit bikin gue ragu. Gue waktu itu cuma nanya," Kelas berapa?" Ternyata untuk murid SD dengan range umur kelas  sampai kelas 6. Okay, gue pernah ada peserta workshop juga yang kelas enam SD dan ternyata kemampuan menulisnya luar biasa. Jadi, asumsi gue, gue akan mengajar anak2 dengan kemampuan menulis yang sama. Dan ga boleh diremehkan dong. Akhirnya gue iya-in offering itu. 

Agak aneh, ketika gue harus kirim CV, yang biasanya penuh dengan pengalaman kerja gue yang ini dan itu, kali itu gue harus menjual kebisaan gue dalam menulis dong. Jadi gue cuma bikin bookography gue, semacam biografi menulis gue, sama beberapa pengalaman gue bikin workshop menulis. Yang gue lupa gue ga masukin training2 jadi penulis gue. Kaya sama Ayu Utami dan beberapa penulis senior lain. Nah, jadi inget kan kalau gue harus masukin itu sekarang. 

Pertama kali Ngajar, Sep 2024


Setelah CV gue kirim, gue interview, dan Alhamdulillah lolos. Tanda tangan PKWT dan gue akan resmi mengajar di sebuah SD di kawasan Pondok Labu. Excited dan nervous, karena ternyata gue kemudian harus bikin semacam kurikulumnya juga. Untungnya mereka sudah buat draftnya dan gue tinggal sesuainya sama materi apa yang mau gue sampaikan yang bisa menyampaikan materi tersebut supaya bisa dipahami sama anak SD.

Pengalaman mengajar pertama kali, super nervous. Pertama kali ada delapan anak perempuan yang menatap gue ketika gue presentasi. Dan beratnya karena gue menggantikan guru yang sudah mengajar beberapa kali dan gaya mengajarnya memang kaya untuk anak SD, sementara gaya ngajar gue yang kaya ngasih training di kantoran.. hahaha... No wonder mereka kaya ga terlalu happy di hari pertama itu.

Tapi, gue happy, karena anak2 ini memang kreatif dengan caranya masing2. Kadang2 gemes karena menurut gue ada hal2 basic yang harusnya mereka sudah pelajari di Pelajaran Bahasa Indonesia, tapi ternyata mereka tahu. Jadi gue menurunkan ekspektasi gue dan menyesuaikan materi supaya bener2 tersampaikan. Yang paling penting, karena ini ekskul gue harus berusaha bikin gak terlalu formal biar masih ada fun-nya dan ga jadi kaya pelajaran bahasa Indonesia. 

Setiap Senin gue udah mulai nyiapin materi, dan karena sekolahnya deket banget cuma 20 menit paling lama dari rumah, gue lumayan ga nervous. Setiap sesi kelas gue ngerasanya seru aja, karena anak2 ini celotehnya lucu2 dan gue ga banyak punya pengalaman berinteraksi dengan anak perempuan seumur itu kan? Sampai akhirnya ada kritik kalau katanya gue ngajarnya boring. Danggggg kepikiran kan? Yah, cuma satu anak sih yang bilang gitu. Dan wajar aja, karena ini kan ekskul bukan workshop yang memang orang datang memang punya minat untuk belajar menulis. Kalau ekskul ada unsur keterpaksaannya dan kewajibannya juga.  Dan motifnya juga beda2, ada yang memang suka nulis, ada yang diajak temennya, ada yang yang terpaksa karena ga keterima di ekskul yang mereka tuju sebenarnya. Jadi, makin effort gue  buat ngebuat setiap pertemuan menjadi menyenangkan dan ilmunya tersampaikan.

Jadi, gue mulai ngerubah konsep ngajar gue. Materi gue bikin lebih berwarna-warni. Kelasnya lebih interaktif dan ada games2 yang biasanya ditunggu2 sama anak2nya. Gue juga mulai menurunkan ambisi untuk mengajarkan cara menulis yang baik dan benar kepada anak2. Yang penting mereka bisa sekreatif mungkin dan bisa ngerasa senang dan dapat ilmunya. Akhirnya bonding gue dan anak2 ini mulai terjalin juga. Mereka udah mulai berani dan kelas mencair, meskipun kadang2 agak terlalu berisik, tapi gue tetap fokus aja sama anak2 yang memang mau belajar. 

Dan jadilah mengajar ini menjadi rutinitas gue selama sembilan bulan. Gue jadi belajar admin menilai anak2. Kalau dulu kan bikin performance review buat team, kali ini bikin nilai di setiap pertengahan dan akhir semester. Sehabis lebaran murid2 yang kelas 6 mulai sibuk persiapan ujian kelas semakin sepi sampai akhirnya di kelas terakhir cuma ada satu orang murid kelas lima yang hadir di kelas. Tapi tetap aja gue happy dengan rutinitas ini. Terakhir gue harus siapin bahan untuk pameran karya ekskul buat dilihat anak2. Meskipun gue tetap berpikir rasanya ekskul ini gak akan dilanjutkan tapi gue tetap bikin yang terbaik, karena anak2 ini perlu dilihat karyanya oleh teman2nya. Dan.. sampai kemarin tiba2 gue mendapat pesan kalau vendor perusahaan tempat gue berinduk sudah menghentikan kerjasama dengan sekolah itu. Dan berarti berakhir juga masa kontrak gue sebagai freelancer. 





Hari terakhir ngajar Mei 2025



Sedih? Banget! Tapi kan ga boleh terlalu sedih ya? Jadi gue mulai berpikir kaya, apa yang gue dapat selama 9 bulan kemarin itu sungguh pengalamannya yang luar biasa yang kaya too good to be true bisa gue dapetin. Bayangin, sarjana akuntansi, yang pengalaman kerjanya di Bank tiba2 jadi guru nulis karena punya pengalaman bikin novel. Allah memang maha baik. 

Mungkin pengalaman ini akan menjadi sesuatu yang bisa menjadi awal mula sesuatu yang lain di masa yang akan datang. Atau kalau pun tidak, mungkin cuma menjadi pengalaman yang super indah di dalam perjalanan hidup gue. 

Ibu Indri pamit yah...


Cheers, Dhidie


Wednesday, 4 June 2025

Bye, Bali

 Hari ketiga di Bali dan waktunya pulang.. Sedih ga? Sebenernya masih kurang sih, karena emang minimal 3 malam kalau di Bali tuh baru pengen pulang. Tapi ga apa2 karena baju juga udah abis kan? Jadinya kaya emang harus pulang aja. 



Bangun pagi, tentu aja harus ke pantai. Pokoknya tiap hari harus lihat laut deh. Dan ke pantai kali ini ga terlalu pagi jadinya udah lebih seru. Dan karena hari Minggu jadi lumayan rame. Gitu. Puas main air, foto2, video, ngumpulin kerang dan pas udah mulai agak panas mataharinya langsung balik ke hotel buat breakfast. 


Santai aja menikmati breakfast sambil tetep ngeliatin orang2 yang pada seru banget. Kali ini karena kita ga punya tujuan kemana2 jadinya mau nungguin check out aja di kamar. Tadinya pengen liat2 toko lagi di sekitar hotel, tapi kok kaya mager banget karena udah panas. Pesawat kita masih malem banget lagi. Terus belum bisa prediksi berapa jauh ke bandara. Jadi kita rencananya mau ke Galeria Mal yang udah mendekat ke bandara dan nongkrong di sana. Sampai waktunya ke pulang balik ke Jakarta. 



Seru juga malnya, tapi karena di Bali yah open air gitu jadi yah tetep pliket2. Terus kita masih kenyang banget habis breakfast, padahal kalau mau ngeliat wishlist kuliner masih ada beberapa hal yang  ngangenin pengen gue makan. Cuma masalahnya kenyang ga bisa dipaksain. Jadi kita cuma liat2 toko sambil geret2 koper. Cukup lengkap juga sih Malnya dan rame banget. Kayanya semua brand yang ada di Jakarta ngumpul di sini. Beneran bisa dijadiin alternatif buat nungguin jadwal ke bandara setelah check out dari hotel. Sempet kepikir buat ke outlet baju2 surfing gitu, atau balik lagi ke Krisna. Tapi yah udah ga tau mau beli apa. 

Kita nongkrong di coffee shop sambil gantian shalat, di musholla yang sungguh memprihatinkan untuk ukuran mushollah di dalam mall. Karena letaknya di parkiran gitu macam musholla mall Jakarta yang buat driver gitu. Maklumlah mungkin karena minoritas kan? Ada matahari, uniqlo, lengkaplah pokoknya. Nongkrong beli ice americano di Excelso sampai akhirnya kita mutusin yuk ah nunggunya di Bandara aja. 






Bandara Ngurah Rai udah agak berbeda juga sih dari tahun lalu. Karena sekarang dipanjangin lagi dan kaya restonya lebih banyak aja. Tapi mungkin sama aja, tapi karena tahun lalu gue sendirian dan entah kenapa rame banget bikin ga merhatiin sekitarnya. Puas lihat2 semua toko di bandara, beli beberapa oleh2 lagi buat anak2. Sampai akhirnya baru kerasa lapar dan mutusin buat makan pizza. Habis makan pizza masih ada waktu dan ngelewatin Gelato Massimo, ke Bali masa gak makan gelato dan enak. Bisa tebak gue ordernya rasa apa? Pokoknya enak bangetlah. 

Ya udah, sekian di Balinya. Kita order tiket yang beda maskapai kan? jadi gue boarding duluan. Kali ini gue bisa tidur dengan tenang dan di depan banget kayanya baru pertama kali naik pesawat hampir palinng depan, di sebelah gue pasangan suami istri bule. Lagi2. 







Sampai di Soeta, ga ribet cuma sempet bingung gimana caranya ke terminal tiga pakai kereta bandara, yang ternyata sebenernya dari terminal citilink, tuh.. stasiun udah kelihatan jelas. Seneng sih bisa nyobain kereta bandara, emang adventure banget gue anaknya.. Hahaha...

Ya udah, gitu deh. Sampai ketemu di petualangan lainnya. 

Cheers, Dhidie

Monday, 2 June 2025

Mari Meromantisasi GWK

Serunya liburan tanpa itinerary tuh karena kita bisa diskusi mau kemana hari itu di awal hari. Jadi bener2 ga bergantung sama jadwal dan ga juga terpaksa pergi karena udah punya jadwal. Kaya kali ini, semuanya kaya go show aja.


So, udah pasti agenda pertama kita adalah pengen ke pantai. Karena itu adalah maksud dan tujuan kita nginep di sini kan? Sengaja pilih hotel ini karena dari balkon kamar aja pantainya udah keliatan jelas. Ah, beruntung banget deh kita mutusin buat nginep di sini. Dan off we go, dengan memboyong si tripod yang ajaibnya karena dia punya bluetooth bikin tripod itu kaya canggih banget dan bikin sang suami jadi berasa Hi-tech jadi suka difoto dan divideoin.. hahaha.. Thanks Mixio...

Pantainya lumayan sepi, mungkin kita kepagian yah. Dan orang2 masih tidur, dan kita masih terbiasa dengan jamnya pulau jawa. Cuma udah banyak sih kelas surfing yang udah mulai latihan. So excited kalau lihat pantai apalagi di Bali kannn.. kaya pengen berlama2 bengong aja gitu. Lumayan main air sebentar sambil narik nafas panjang... iya, kan katanya udara laut bagus untuk Asma. Setelah puas main2 air, kita balik lagi ke hotel dengan kaki penuh pasir... tapi itu seninya hidup di pantai kan? Jangan takut sama pasir.. hahaha...






Kita lanjut breakfast di hotel. Isinya asli ga ada turis lokalnya. Mungkin karena belum musim libur ya. Tapi seru aja jadi ga berasa ada di Indonesia. Dan si hotel ini, gue bilang ya, salah satu hotel yang makanannya cukup variatif dan enak2 semua. Karena breakfastnya terlalu enak, bikin gue malah jadi males jajan2 di Bali. Ga kaya biasanya....





Balik ke kamar terus kita lanjut siap2 mau ke Krisna buat beli oleh2 buat orang kantornya. Gue sih cuma mau liat2 aja. Dan agak salah milih Krisnanya. Cuma ga apa2 juga sih karena gue jadi lebih fokus ga belanja aneh2. Udah pasti wajib beli pie susunya terus beli kacang2an udah sih belanjanya gitu doang. Cus balik ke hotel lagi. 

Bali siang hari agak exhausted juga karena panas kan? Akhirnya kita mutusin buat maksinya gofood aja. Enaknya travelling di jaman sekarang kan bisa order apa aja dari hotel jadi ga usah capek2 pergi ke tempat jadi bisa santai2 aja di hotel tapi tetep kulineran. Gue order nasi pedas Ibu Andhika. Enak bangettttt.... Checked lah pokoknya kuliner Balinya. Lanjut siap2 mau ke GWK. 

Ternyata sekarang bisa aja ga usah sewa mobil kalau ke Bali. Kalau ga jauh2 amat perginya. Emang sih jatuhnya agak mahal, cuma yah kalau cuma mau ke satu tempat aja ngapain harus order mobil seharian kan? Ribet juga kaya waktu terakhir kali gue ke Bali. Akhirnya jadi ngerasa sayang pas kita udah ga tau mau kemana dan jadi diada2in gitu. 

Daaann ini hari Sabtu perjalanan ke GWK macet banget. Setelah jarak udah tinggal 3 kilo asli stuck, karena drivernya bukan org Bali jadi dia ga ngerti lewat jalan2 kecil. Cuma ga apa2, namanya juga lagi liburan tanpa ambisi dan tanpa itinerary, just go with the flow aja gitu. Sampai juga kita ke GWK, excited karena terakhir ke sini tahun 2020 dan ternyata emang udah lebih rimbun aja dan karena agak mendung jadi cuaca enak banget ga terlalu panas gak kaya Bali. 

Begitu nyampe, agak kaget juga karena ternyata kita diturunin bukan di tempat ticketingnya, jadi pas orangnya bilang kita harus balik lagi ke bawah sekitar 300m kaya udah gak punya tenaga aja. Akhirnya kita mutusin untuk beli online di aplikasi. Tiba2 ada Tour Guide yang bilang dia punya tiket lebih. Kita yang orang Jakarta dan curigaan dan udah siap2 bayar mahal. Eh tapi si Tour guide cuma ngasih dua tiket sambil bilang, Udah ambil aja. Kita berdua bengong dong... Masya Allah orang Bali baik banget yah? Maafin kita yah, Bli, yang tadi sempet curiga, lumayan bisa berhemat 240rb, Happy banget ga sih kaya semesta mendukung banget kan?

Akhirnya siap buat eksplor GWK yang gue selalu ngerasa kaya keajaiban dunia.. hahaha.. lebay yah. Tapi gue memang suka banget sama magic feeling yang tempat ini kasih. Perasaannya makin seneng karena ada hujan rintik2 dan berangkatnya berdua, dan dia mau difoto dan divideoin.. hahaha.. penting yah.... Kita jalan kaki ga naik buggy, lumayanlah olah raga, ternyata tidak sejauh itu saudara2. Tadinya kita mau naik sampai atas cuma kita akhirnya mikir masih pengen ke sini lagi sama anak2  meskipun mereka udah pernah ke sini, tapi kan belum pernah sekeluarga berempat. Let's Save The Best for Last!









Pulangnya ga macet, we're missing the sunset di pantai Double Six. Tapi ga apa2, kita jadi punya sesuatu yang bisa kita lakuin next kita ke Bali lagi, yah kan? Jangan serakah jadi manusia Habis mandi dan lain2. Kita akhirnya mau cari makan di sekitar hotel aja, sebenernya ga terlalu laper, tapi ini malam minggu dan malam terakhir kita di Bali. Masa ga kemana2, iya kan? Dan ternyata sesusah itu cari resto yang ga jual pork di sekitar hotel. Cuma gue puas bisa jalan2 dan berujung malah belanja buku di toko buku bekas di sepanjang pantai Double Six. Let's balik lagi ke hotel buat gofood... haahha... Dan apa yang kita pesan? Burger Bangor! Tapi kan ini makannya di Bali. 



Yah gitu deh Day 2 kita, capek tapi seneng luar biasa... Trip tanpa ambisi tanpa itinerary yah kan? Namanya juga Accidentally Bali!


Cheers, Dhidie

Saturday, 31 May 2025

Malam Pertama di Bali

Dan petualangan pun dimulai. Begitu sampai langsung pengen apa? Langsung pengen jalan2 aja... Bali, Baby!


Ternyata rasanya beda yah kalau berangkat sama suami, terakhir berangkat ke sini bareng di tahun 2014. My God, 10 tahun yang lalu. Itu juga kita cuma nginep di Ubud aja yang asli ga lihat pantai sama sekali, waktu itu kita ada acara Ubud's Writers and Readers Festival. Habis itu yah bolak balik ke Bali kalau ga sama beasties yah urusan kerjaan, yah kan? Dan anehnya... Ini kali ketiga gue ke Bali di dekat hari Ulang tahun gue. Yah, mungkin ini memang hadiah ulang tahun yah?

Begitu sampai, meskipun capek karena emang malamnya kurang tidur dan ga bisa tidur di pesawat dan hotelnya nyaman banget bikin pengen di kamar aja. Tapi gue ga mungkinlah enggak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, yah kan? Kaya ga mau rugi banget. Pengen langsung enjoying Bali Vibesnya.. We missed sunset, but it's okay!

Habis mandi langsung mau cari makanan. Dan off we go to Nasi Tempong Bu Indra yang lokasinya katanya sih deket. Dan ternyata 2,5 km aja dari hotel. But we don't mind untuk jalan2 di Bali di malam hari kan? So romantic kan? Mikirnya capeknya bakal terbayar dengan surrounding yang libur banget. Akhirnya berangkatlah kita. 

Nyusurin legian, banyak toko2 sambil cuci mata. Tapi eh, kok ga nyampe2. Cuma tetap bertahan, dan mungkin yang ga enaknya cuma gelap aja sih di sini tuh. Cuma akhirnya kita nyampe juga kok di situ. Ini tuh nasi tempong Indra yang lokasinya di jalan Dewi Sri Kuta. Dan sampailah kita di sana. Gue inget gue terakhir makan di sini tahun 2015 dan tempatnya masih kecil banget dan sederhana dan sepi. Waktu dulu nasi tempong kayanya belum jadi favorit di Bali. Udah gitu besok2nya kalau gue ke Bali kaya ga kepikir aja buat makan nasi tempong padahal enak banget lho. Akhirnya terkabul kan?

Begitu sampai, untung belum terlalu ramain tapi gak lama dari itu karena udah jam makan malam langsung full packed tempatnya. Gue pesen yang terlengkap dengan ayam sementara dia pesen yang pakai udang tapi karena masih penasaran kita order juga ati ampelanya. ahhhh... ngetik ini aja bikin gue jadi laper.

Ya udah makan dengan khidmat sambil merhatiin orang2 yang kayanya happy semua. Ya eyalah emang ada yang ke Bali terus sedih2an.. Yah.. ada aja sih kali... hahaha...

Pulangnya kita naik taksol aja, capek kan kalau harus jalan kaki lagi udah ngantuk banget lagi. Ya udah ah gitu aja. See you Tomorrow



Cheers, Dhidie



 

Monday, 26 May 2025

Accidentally Bali!!

Perkara tiket yang salah booking tanggal dan menjadi berkah buat gue,

 "Keputusannya harus cepet nih, kamu mau nyusul ga ke Bali?"

and off I go


Dannggg, kaya mendadak lemes. Kok jadi dejavu ke jaman ngantor dulu ya? Kalau pernah baca blog gue tentang business trip  kamu pasti inget. Dan gue, orang yang paling susah untuk beradaptasi kaya ditantang buat meng-iya-kan tantangan tersebut. 

Akhirnya berpikir sebentar untuk kemudian meng-iya-kan. Karena setelah semua ketegangan2an yang gue lalui selama 4 bulan ini, gue berpikirnya, bagaimana kalau ini rezeki dari Allah dan Allah sedang mengabulkan doa gue untuk break sejenak. Akhirnya dimulailah ke-sat set-an hari itu. 

Hari Jumat pagi yang setingan awalnya, habis selesai yoga, gue mau masak makan siang buat anak2 sebelum berangkat ke PIM karena ada undangan ultah tetangga berganti menjadi sibuk booking flight dan hotel untuk 2 hari ke depan. Mikirnya belum packing dan sebagainya. Pakai hijab, biasanya gue harus fashion show dulu buat mix and match, akhirnya cuma matching2an sebentar dan siaplah koper, tinggal masak buat anak2. Emang sih hasilnya ga maksimal karena baru kali ini gue pergi dan kekurangan baju... hahahaha... Tapi ada hikmahnya karena gue jadi bisa beli baju kan?



Terminal 1 B, khusus Citilink, so Comfy



Jadi inget kalau mau naik pesawat jaman dulu ga sih?

Cek terus kapan boarding, udah ga sabar!

Flight 1520, ga terlalu siang dan ga terlalu sore, jam 1230 berangkat dari rumah, langsung menuju terminal 1B. Dan gue harus deg2an lagi karena udah lama banget ga berangkat dari terminal 1. Untungnya semua lancar, dan Alhamdulillah ternyata senyaman itu situasi di terminal khusus Citilink ini. Kenapa yah cinta banget gue sama maskapai ini. Meskipun pesawatnya lama, tapi kaya homy aja dan pantunnya bikin nagih. Suasana terminal satunya pun chill banget ga hectic heboh kaya terminal 3. Berasa naik pesawat dengan suasana jaman dulu. Sengaja ga makan karena takut gak keburu padahal masih lama sih, cuma males aja, gue milih duduk nunggu dan baca novel aja sambil nge-charge hape.

Akhirnya boarding dan let's go. Sebelah gue bapak sama anak orang Perancis, gue takut aja dikira susternya..hahaha. Di belakang gue orangnya nubruk2 kursi gue mulu. But gue berusaha tenang karena gue mau ke Bali... Hahahahaha.... Tiba2 tak disangka2, mungkin ini yang namanya rezeki bisa datang dari segala arah. 

Alhamdulillah sampai juga di Bali. Udah bersiap buat turun di udara terbuka kaya terakhir tahun lalu. Eh, kok ternyata kali ini ada belalai gajahnya. Eh, kok agak kecewa yah.. ga bisa masuk dari gapura itu.. ahahha.. emang yah manusia ga pernah puas. Masuk ke Ngurah rai, eh kok berasa di rumah, ga pernah kepikir bisa balik ke sini lagi setelah setahun berlalu. Nunggu koper dan let's go booking gocar menuju hotel.


Finally Ngurah Rai!

Ga sabar nungguin koper


welcome to Bali
Finally hotel idaman :)

Dan... kita nginep di hotel yang gue idam2kan sejak tahun lalu, tahun lalu cuma lewat2 aja kalau mau ke pantai.  Karena gue tahu daerahnya deket banget sama pantai Double Six dan suasananya Bali banget, meskipun gue gak expect ternyata susah banget nyari resto yang ga ada menu babinya di sekitar sini. Hotelnya enak banget... dengan lobby terbuka seperti hotel Bali pada umumnya. So happpyyyyyy kaya semua sudutnya juga instragramable, interiornya kece banget. Isinya hampir ga ada orang Indonesia alias turis semua, tapi masih my kind hotel yang jalan ke elevatornya ga jauh. Daaannnnnnn....Mari kita eksplor Bali in the next two days...

Alhamdulillah, terima kasih, Ya Allah, untuk hadiah ulang tahun yang tertunda ini.


Cheers, Dhidie



Tuesday, 6 May 2025

Happy Birthday To Me !

 Tahun 2025, Alhamdulillah 48 tahun sudah. Kaya baru kemarin kan ulang tahun ke 40 dan ternyata udah 8 tahun aja berlalu. Happy birthday yah, Di. You're doing great so far!




Jujurly, tahun ini adalah tahun yang paling gue cepet berlalu ulang tahunnya. Karena besoknya anak gue bakalan SNBT so gue lebih nervous nungguin dia ujian dibanding gue nungguin ultah gue. Karena yah gue tahu juga gue gak bakal kemana2, gue tahu juga kalau kita gak mungkin ngerayain dengan makan2 di luar karena masih ada yang harus fokus ujian. Jadi yah tidur aja.... 

Sampai gue dibangunin jam setengah satu malam dengan Pizza berlilin yang ternyata anak2 yang beliin. Ma kasih yah, kesayangan2an mami... Ada hadiah voucher dan beberapa hari sebelumnya udah ada kiriman kado juga dari Bandung.

Yah gitu deh, mungkin gue mau mencoba mengingat2 aja perjalanan 40 tahunan gue yang sebentar lagi akan selesai. 

40 Tahun, Baru pulang naik haji dan gue masih all out dengan dunia penulisan gue. Masih punya mimpi kalau suatu hari buku gue akan dibaca sama banyak orang. Terus ternyata punya jobdesk baru yang gue syukurin banget di kantor, kaya.. Allah tuh baik banget sama gue...

41 Tahun,  Gue sangat menikmati kerjaan gue yang sekarang, semuanya baru dan cocok sama gue yang mulai bosan. Pengalaman akhirnya punya tim yang tersebar se-indonesia raya, ikutan berbagai meeting dan project, dan akhirnya bisa ngerasain yang namanya Business Trip, gue bener2 enjoy moment ini. 

42 Tahun, Pindah ke divisi baru, punya boss baru yang semua orang pengen jadi timnya. Tiba2 ngerasa jadi two down level. Alias minus 2 kalau di BUMN. Jadi banyak meeting yang gue ngerasa kok gue belum cocok yah ada di situ, tapi yah gue nikmatin aja. Blessing dengan tim gue yang super solid meskipun banyak hantaman dari sana sini. 

43 Tahun, moment ketika gue harus mengucapkan selamat tinggal kepada karir gue. Kepada kantor tercinta, kepada tim tersayang kepada semua yang udah menjadi identitas gue selama 11 tahun ini. Dan ternyata saying goodbye juga dengan kehidupan normal karena pandemik yang melanda dunia. Stay Safe... kaya jadi slogan. Dan di tahun ini pertengahan tahun adalah waktu dimana Cheers Dhidie berdiri, so happy.

44 Tahun, angka kembar.. hahaha... masih covid tapi kita udah vaksin dan berakhir dengan new normal. Gue masih sibuk dengan per bakingan dan gue juga makin intens dengan IG Live Financial.

45 Tahun, wow makin tua yah... masih sibuk baking, angklung dan IG Live sampai akhirnya harus terpuruk dengan kepergian Papa. Yang paling kerasa adalah gue jadi gak pengen baking lagi. Cuma gue masih ngelanjutin semuanya kecuali baking.

46 Tahun, Semuanya masih sama, kecuali gue cuma terima baking sedikit2 aja, intensnya pas lebaran baru gue nawarin ke semua orang. Selebihnya masih IG Live dan akhirnya kita mutusin untuk pindah platform ke Spotify buat jadi podcast beneran. Seru dan gak terlalu ngabisin waktu dan uang karena kita cuma harus take sebulan sekali. So.. gue enjoy banget aktifitas ini.

47 Tahun, masih angklung, podcast, gue mulain baking lagi tapi lebih ke kaya buat jumat berkah aja, gue jadi mikir kayanya gue harus ngelakuin ini lagi deh di tahun ini, biar hidup gue lebih berwarna. Masih bertahan dengan podcast rumpi finansial dan gue punya status baru jadi guru ekskul menulis di SD. Hal yang yang sebelumnya ga pernah terpikirkan oleh gue. 

Dan tibalah tahun ini.. Gue seneng karena bisa nemenin anak2 gue di rumah, bisa keep up sama kehidupan pendidikan mereka dan keseharian mereka. Gue seneng bisa ada di rumah dan bikin gue tambah males keluar rumah, apalagi yang jauh2. Gue mulai ikutan jadi pengurus mesjid di komplek. Cuma yang gue kangen yah, gue sebenernya pengen nulis lagi, bikin buku, mungkin ga usah diterbitin tapi gue pengen punya karya lagi, gue pengen mimpi gue punya toko roti terwujud lagi. Yang penting anak2 gue juga bisa dapat pendidikan yang mereka impikan. 


Thank you for being you and all your hard works along these amazing 40s journey so far. 

Cheers, Dhidie

Friday, 25 April 2025

Lebaran Tahun Ini :)

 Apa yang berbeda?

Sebenernya sih berbeda banget ga tau kenapa? Yah sebenarnya gue tahu sih karena satu dan lain hal menyebabkan kita bertiga ga bisa lebaran bareng2. But it's okay karena masing2 juga punya prioritas dan urusan masing2 yah kan?



Happy, karena mau ke Bandung. Dan rasanya kali ini agak panjang karena kita nginep 4 malam di Bandung. Setelah selama ini selalu tergopoh2 dan cukup puas dengan jatah dua malam aja karena ga mau ninggalin si anabul2 ini.


Kita berangkat dari hari Jumat, meskipun menjelang berbuka dan kita akhirnya harus buka puasa di Rest Area. Cuma ga apa2 kan besoknya masih punya kesempatan untuk sahur bareng dan buka puasa bareng juga di Budisari. Perjalanannya Alhamdulillah lancar, kita pikir karena faktor orang2 pada ga mudik, tapi ternyata memang kita berangkat lebih cepat dari orang lain aja jadi gak ada macet2 banget. Dan jam delapan malam kita udah mendarat dengan selamat di Budisari. 


home sweet home


Mie kocok Rumah Mode

Buka Puasa Aci2an hahaha

Bunga Sedap malam adalah Koentji

Ngopi malem di Fore

Besok paginya sahur bareng, untungnya gue sempet bawa bekel yang harus dimakan di jalan untuk buka puasa tapi karena kita malah mampir di rest area jadi bekelnya bisa buat makan sahur. Terus tidur deh tepar banget karena emang kita kurang tidur kemarin. Pas bangun kita sempetin ke Rumah Mode. Belanja! Hahaha... Seru karena gue bisa lunch karena lagi gak puasa. Habis itu beli sate dulu buat buka puasa yang ternyata masih survive sampai buat sahur. Agak kaget sama harga sate di Bandung yang masih murah banget. Memang ga segendut sate Pertok sih, tapi lumayanlah. Malamnya pada taraweh terakhir dan lanjut ngopi di Fore...

Jadi inget tahun lalu kita masih ngumpul banget, gue dan anak2 dan para keponakan mampir ke Kmart seru2an karena dia baru buka di deket rumah. Kali ini ngopinya agak sepi aja cuma sekeluarga plus satu keponakan. Tapi tetep sih happy2an karena emang harus happy kan udah mau lebaran? Yah kan?

Lebaran kali ini, kakak udah jadi sarjana, Irvin udah mau masuk kuliah. Gue udah full time housewife plus jadi guru SD :)  dan Papi mau masuk kantor baru. Bersyukur dengan segala  rezeki yang gak cuma berbentuk materi tapi juga anak2 dan suami yang baik. Jangan sampai gue berhenti bersyukur yah...

Besoknya kita foto2 early pakai baju baru yang dibeliin mama waktu Umroh kemarin. Terus tiktokan velocity sama Irvin dan keponakan. Seru ga? Seru aja sih.. ahahahha... Cuma yah gue harus diet. Hey, look who's talking? I'm the one who is writing this right now accompany by a glass of cappucino... hahaha...

Menjelang buka puasa kita akhirnya pamitan buat ke hotel karena sekarang giliran berbakti kepada mertua. Kita cuma bawain kue2an aja sih karena pasti udah banyak banget makanan. Dan ternyata kita masih capek. Tadinya nginep di sini pengen jalan2 ke Braga dan sebagainya, tapi boro2 habis buka kita udah teler banget dan baru bangun besoknya untuk shalat Tahajud.



Bukber di hotel, all the good foods are here

Pagi2 siap2 untuk shalat Eid di hotel, biasalah nyiapin anak2 dulu. Dan seneng banget karena mertua seneng banget sama baju yang gue beliin. Tumben cocok seleranya.. hahaha.. Terus kita shalat di pelataran hotel dan lanjut makan di restorannya. Berkesan sih karena cuma kita sekeluarga yang nemenin Papa Mama. Jadi berasa kali ini gak ada saingannya buat ke dua cucunya ini. Kita sempet video call semuanya sama kakak dan adik dan mama. Yah, tahun ini cuma video call aja. Cuma ga apa2lah Insya Allah tahun depan kita ngumpul lagi. 



Nemenin mertua shalat

Ini lebaran kita !

Ya udah gitu aja lebarannya. Lanjut kita Budisari karena mama sendirian jadi bakal ditemenin sama kakak. Sementara kita bertiga balik ke hotel. Cuma yah kita diem2 aja karena emang udah malem juga sih. Dan tidurrrr.... kebangun malem2 cuma buat order Mc D karena kerasa laper banget. Serunya di hotel yah gitu deh kayanya harus banget delivery malem2. 



mendadak nungguin gofood di Lobby

Besoknya baru deh berlebaran di Cililin sambil OTW pulang. Ini juga seru, karena emang udah lama juga gak ke sini. Tahun lalu kayanya kita skip deh gak ke sini. Waktunya ngobrol panjang lebar sama keluarga ade ipar. Biasalah ngobrolin yang penting2.. hahaha...

Santri dari Jakarta

Oleh2nya sayur mayur dari Lembang

Ke Jakarta aku kan kembali

Akhirnya Lebaran Sama keluarga Bintaro


Akhirnya pulang ke Jakarta dengan lancar. Dan gue tidur kecapean sepanjang jalan. Mampir dulu buat beli makanan karena gak masak dan bawa makanan apa2 yang bisa langsung dimakan. Dan sekianlah perjalanan lebaran kali ini. Bersyukur di Ramadhan ini gue kaya puasa banget beribadahnya, dan bisa ngabisin waktu yang bener2 berharga sama orang2 tersayang... 

Insya Allah bisa ketemu lagi Ramadhan tahun depan..

Aamiin....